Well Educated Jamaah Dalam Pembelajaran Aktif Sinau Bareng
Salah satu yang mengesankan dari Sinau Bareng tadi malam di Lapangan Karanggintung Sumbang Banyumas adalah puluhan ribu jamaah yang full memenuhi lapangan yang berada di pinggir jalan menuju Baturaden dari sisi timur mengikuti setiap tahapan Sinau Bareng dengan baik.
Walaupun mereka datang dari daerah yang berbeda, tak hanya dari wilayah Kabupaten Banyumas, melainkan dari kota-kota lain, termasuk juga ada rombongan dari Banjar Jawa Barat, semuanya seakan berangkat dari rumah masing-masing dengan niat yang sama: mau belajar bersama kepada Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Dan di lapangan itu, saat Sinau Bareng berlangsung, mereka menyuguhkan bahwa mereka adalah well educated jamaah.
Saat berdzikir dan bershalawat, mereka khusyuk dan partisipatif. Saat para narasumber berbicara, mereka mendengarkan dengan saksama. Saat workshop digelar, mereka ambil peran dengan baik pula. Dan dalam semua peran maupun ekspresi dari mereka, yang tertangkap adalah suatu kekentalan yang berisi kegembiraan mereka dapat mengikuti Sinau Bareng bersama Mbah Nun dan KiaiKanjeng.
Dalam bahasa Mbah Nun tadi malam, wirid tidak hanya seperti yang jamak kita mengerti dan lakukan selama ini. Ada satu terminologi dalam Islam yaitu shalat da’im, yang menurut Mbah Nun salah satu wujud terindahnya adalah dzikir bareng-bareng di Lapangan Karanggintung semalam, di samping juga mewujud dalam konsentrasi yang konstan dari mereka dalam beriyadhoh dalam workshop bersama KiaiKanjeng. “Tingkat semangat dan disiplinnya terbaik,” puji Mbah Nun untuk mereka.
Di sini pula, menarik menyimak penuturan Pak Rektor Muhammad Raqib ketika memberikan komentar atas presentasi tiga kelompok yang telah berdiskusi menjawab tiga pertanyaan yang berbeda dari Mbah Nun untuk masing-masing kelompok di mana total kesembilan pertanyaan itu bermuara pada ilmu dakwah. Pak Rektor mengatakan apa yang baru saja jamaah lihat adalah strategi pembelajaran aktif Sinau Bareng yang memberi motivasi tersendiri agar jamaah terbiasa dengan berpikir, senantiasa berpikir, dan berpikir bersama orang lain.
Lebih lanjut dikatakan, di tengah individualisme yang meruyak di mana-mana Sinau Bareng mengajak orang untuk mau kerjasama atau kooperatif, bahwa dua kepala lebih baik daripada satu kepala alias berpikir bareng-bareng itu lebih baik daripada berpikir sendirian. Bahkan, kata Pak Rektor, jika pertanyaan-pertanyaan Mbah Nun dapat dijawab dengan baik, akan luar biasa hasilnya, melebihi capaian di Kampus sekian SKS yang menjenuhkan. “Di dalam proses Sinau Bareng ini, ada penawar batin, ada penggerakan pikiran, ada ilmu fikih, tapi juga ada hakikat, ada dzikir dan pendekatan diri kepada Allah secara terus-menerus,” tegas Pak Rektor.
Seraya menyitir ayat al-Qur’an ud’uu ila sabili robbika bil hikmati wal mauidlatil hasanah wa jaadilhum billati hiya ahsan, Pak Rektor menegaskan bahwa mengajak itu orang yang mengajak memulai terlebih dahulu, dan ketika dalam Sinau Bareng ini sangat kuat atmosfer tidak menggurui, orang biasa bisa belajar bareng, kalau ada yang kurang bisa ditambahi, tak ada yang merasa lebih pandai, itulah hikmah.
Itulah sebagian dari yang dikemukakan Pak Rektor semalam mengenai Sinau Bareng. Sementara itu pesan Mbah Nun, pertanyaan-pertanyaan yang sudah didiskusikan tidak hanya untuk malam itu, melainkan untuk dibawa pulang. Sebab, makin banyak yang ikut mendiskusikan, makin baik. Juga, bahwa jawaban malam ini akan sangat mungkin berbeda dan berkembang pada esok hari dan esoknya lagi. Harapan Mbah Nun, sangat bagus jika semua pertanyaan tadi bisa menjadi tema diskusi di kelompok-kelompok jamaah di tempat masing-masing. (Helmi Mustofa)