CakNun.com

Wama Adraka Mal-Corona

Corona, 50
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 4 menit

Hari ini belum ada apapun tentang Covid-19 beserta akibat-akibatnya yang bisa engkau finalkan penilaiannya. Berapa sebenarnya yang terpapar Coronavirus di seluruh Indonesia? Fakta statistiknya “belum 10 besar Dunia”, jauh di bawah Amerika Serikat, Spanyol atau China sendiri. Ada yang membantah: “Emang dari 250 juta penduduk Indonesia sudah berapa % yang ditest? Belum ada 1%”.

Saya, dan kita Jamaah Maiyah tidak ikut mempertanyakan. Semua “dhonny”, persangkaan, baik pernyataan maupun bantahannya. Mungkin yang agak mendekati fakta tunggu nanti di ujung pertandingan, berapa yang meninggal di Negeri kita yang dahsyat ini. Berapa jumlah Jamaah Maiyah yang terpapar Covid-19?

Apakah Maiyah menuturkan kiat-kiat agar jamaahnya diperkenankan terhindar dari Corona? Bisa menjadi riya` atau sombong kalau engkau menjawabnya sekarang. Harus kita tunggu “menit ke 90” sepakbola Corona ini, baru seluruh bahan penilaiannya lengkap.

Rumus dasarnya adalah: setiap atau semua ODP, PDP atau orang yang positif terpapar, lathang-lathang di Rumah Sakit, bisa sembuh. Dan semua atau setiap orang yang sehat atau merasa sehat, yang tidak merasakan dan tidak mengalami apa-apa, bisa akhirnya meninggal. Jadi apa yang bisa kau rumuskan secara matang hari ini?

Muatan dan aspirasi ilmu kita semua berbeda antara pra-Corona, sedang Corona, serta nanti pasca-Corona — andaikan Allah bermurah hati dan berkenan kita “menangi” waktu pasca-Corona itu. “Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan atau ketentuan Allah terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman”. Saya dan Jamaah Maiyah termasuk yang beriman atau tidak di pandangan Allah? Bukan di pandangan kita dan manusia siapapun.

Sebenarnya relatif sudah kita telusuri jarak antara sakit dengan sembuh, rentang ilmu kehidupan antara penyakit dengan kepulihan. Dari yang eksklusif-fakultatif, di mana sejumlah hipotesis vaksin sudah diikhtiarkan, dalam skala international hingga yang dekat dengan Maiyah, yaitu misalnya apa yang diinformasikan oleh teman-teman Nahdlatul Muhammadiyin. Sejak awal kita mohon dan anjurkan agar semua pihak yang memungkinkan bergerak melakukan penelitian dengan percobaan-percobaan: apakah di antara sekian jenis rempah-rempah tanah air kita, di antara sekian ribu kemungkinan tanaman, dedaunan, akar-akaran, kulit atau cairan, pangkal atau pucuk suatu pohon — pasti tidak ada unsur-unsur yang bisa menolong manusia dalam menghadapi Coronavirus?

Kemudian perspektif kesehatan yang lebih luas: cara hidup, nutrisi hidup, menentukan langkah hari-hari hidup. Kemudian yang lebih luas lagi, hubungan timbal balik antara sakit-sehat dengan Maha Pemilik Kehidupan: ada aqidah di situ, ada akhlaq, ada ibadah, ada dzikir, ada wirid, ada taqwa dan tawakkal. Ada kelancaran darah dan metabolisme karena ketenangan iman. “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”. (Ash-Syu’ara). “Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dhalim selain kerugian”. (Al-Isra`). Sejumlah tawaran dari khasanah Al-Qur`an dan tradisi Islam sudah selalu di-share untuk semua.

Coronavirus menempati suatu titik dalam aliran antara hidup dengan mati dalam diri manusia.

Pas sampai di kalimat ini saya memperoleh kabar bahwa sahabat kita Pak Andi Darussalam Tabusala positif terjangkit Covid-19. Beliau sahabat dalam urusan sepakbola dan ruwetnya urusan lumpur di Sidoarjo 6 tahun sejak tahun 2006. “Saya ikhlas dengan apa yang Allah berikan kepada saya. Saya kembalikan semua ke Allah. Karena Dialah yang Maha Penyembuh. Jika ada adik-adik ada yang pernah bersentuhan dengan saya untuk bisa memeriksakan juga. Saya minta doanya semuanya”, kata beliau. Pak Andi hatinya tenang. Jiwanya damai dalam kepasrahan kepada Allah. Itu yang utama. Dan demikian pulalah sikap jiwa kita semua seharusnya diikhtiari selalu.

Apakah Jamaah Maiyah ingin saya mengatakan: “Sudahlah tenang saja, kalian tidak akan terpapar Covid-19, karena perjalanan hidup kalian selama ini penuh tawakkal kepada Allah Swt. Kita akan segera berkumpul Maiyahan kembali segera sesudah semua kecemasan massal ini reda?

Kenapa ada opsi taqwa dari Allah? “Ittaqullaha haqqa tuqatih”. Tidak sekadar taqwa, melainkan sebenar-benar taqwa, setaqwa-taqwanya taqwa. Bahkan langsung disambungkan oleh Allah ke kematian: “wala tamutunna illa wa antum muslimun”. Jangan pergi mati kalau tidak dengan sikap jiwa Islam.

Manusia tidak tahu apa-apa tentang Corona yang sejatinya. “Mal corona, wa mal corona, wa ma adroka mal corona”. Bahkan semua manusia di dunia, bahkan para pakar, para ilmuwan kesehatan dan apapun, tidak tahu-tahu amat tentang Coronavirus. Tidak ada yang tidak kelabakan. Masih untung Jamaah Maiyah punya gudang ilmu dan kebijaksanaan Maiyah.

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini datangnya dari sisi kamu (Muhammad)”.

Katakanlah: “Semuanya datang dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu orang-orang munafik itu, hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?

Jamaah Maiyah dan saya berlindung kepada Allah Swt semoga tidak tergolong di dalam klaim firman-Nya itu.

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mentaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan atau ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. (Al-Isra`).

Jamaah Maiyah pasti bertanya kepada Allah: kalau menurut Allah kami tidak termasuk dalam “mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu” — kenapa kami harus diikutkan untuk hancur, ya Allah? Dan Allah menjawab, sebagaimana dalam teater “Sunan Sableng dan Paduka Petruk” yang harus tunda pentasnya karena Corona: “Innallaha ya’lam wa antum la ta’lamun”. Aku tahu, kalian tak tahu. *****

Lainnya

Ultra Lebaran Mega Idul Fitri Giga Takbir

Ultra Lebaran Mega Idul Fitri Giga Takbir

Ketika malam naik dan suara takbir melangkahkan kaki gaibnya dari pulau ke pulau, dari negeri ke negeri di seluruh permukaan bumi — bagaikan echo lagu semesta — Kyai Sudrun muncul di tempat persemayaman terakhirnya ketika hidup.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Exit mobile version