CakNun.com

Tetes Kelembutan Muhammad

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 1 menit

Syaikh Nursamad Kamba menuturkan bahwa para jamaah melingkar, berkumpul, dan sangat asik menikmati Sinau Bareng atau Maiyahan itu terjadi bukan terutama karena ilmu, melainkan karena di kedalaman jiwa mereka dianugerahi oleh Allah Swt semacam tetes kelembutan.

Mbah Nun kemudian menyebut kelembutan itu adalah Kelembutan Muhammad. Lebih tepatnya lagi Mbah Nun sebut Tetes Kelembutan Muhammad yang jika dibahasa-arabkan menjadi Qothrotu Luthfi Muhammadin.

Barangsiapa ingin hidupnya lebih baik, lebih segar, lebih tenteram, dan lebih terlindung — cukuplah tetes Muhammad itu ada di dalam dirinya dan menjadi inti ruh dalam jasadnya. Jamaah Maiyah ber-riyadlah memohon kepada Allah agar diperkenankan mendapatkan Tetes Kelembutan Muhammad itu di dalam hatinya, tubuhnya, ruh dan hidupnya. Untuk itu sebagai kalimat doanya, Mbah Nun membuat wirid Tetes Kelembutan Muhammad itu. Semoga Allah memperkenankan tetes kelembutan Muhammad di dalam dirinya menjadi sumber ketenteraman, kesejahteraan, kesehatan, dan ketangguhan dalam menjalani kewajiban hidup yang Allah tetapkan.

Pada Sinau Bareng di Pendhapi Gede Balaikota Solo (7 Maret 2020), di Majelis Ilmu Padhangmbulan Jombang (9 Maret 2020), dan tadi malam di Sinau Bareng di Negeri Atas Angin Bojonegoro (10 Maret 2020), Mbah Nun telah mengajak jamaah untuk merasakan, meresapi, dan melantunkan bersama wirid Tetes Kelembutan Muhammad ini.

Pelaksanaan doa atau wirid ini di Maiyahan mendayagunakan pembagian kelompok, lagu, dan disiplin kolektif sedemikian rupa agar lebih mudah menjadi milik setiap jamaah, gampang dihapal dan merasuk, sehingga masing-masing akan terbimbing untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Lainnya

Setelah “Sinau Bareng”

Setelah “Sinau Bareng”

Di markas Maiyah Kadipiro sedang intensif dan khusyu’ dirembug lanjutan ijtihad dari “Sinau Bareng”, yang sebelumnya pernah ada era “Pengajian Tombo Ati” dll.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Delapan dari Sepuluh

Delapan dari Sepuluh

Di tengah panas terik dan puncak kehausan, seteguk air itu dahsyat, nikmat, ajaib, bahkan serasa “mukjizat”.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib