CakNun.com
Majelis Ilmu Kenduri Cinta Jakarta, Jumat, 14 Februari 2020

Terima Kasih Emak, Bahagianya Kenduri Cinta

Fahmi Agustian
Waktu baca ± 5 menit

Mimpi yang paling nyata
Harapan yang paling indah
Adalah bahagianya keluarga

Rumah yang penuh berkah
Kehidupan yang mulia
Adalah bahagianya keluarga

Malam itu, kebahagiaan mengepung Kenduri Cinta edisi Februari 2020. Cak Nun hadir bersama Bu Via. Langsung ikut bergabung menemani Jamaah Maiyah sedari awal. Otomatis bungah hati Masyarakat Maiyah saat itu, ditambah Bu Via membawa “hadiah” dan berbagi banyak cerita dan pengalaman hidup mengenai keluarga.

Setibanya di Kenduri Cinta, Cak Nun dan Bu Via sedekap naik ke panggung, alunan musik dari minus one terdengar. Yaa, Bu Via menyanyikan lagu “Mimpi Paling Nyata” untuk pertama kalinya. Dibawakan secara live, perdana di Kenduri Cinta. Lagu ini adalah original soundtrack film “Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah”, yang akan tayang di bioskop akhir Maret 2020 ini. Bu Via menjadi pemeran utama pada film tersebut sekaligus sebagai produser. Lagu tersebut dapat juga dinikmati pada tautan ini.

Tak cukup sekali, setelah berbagi kisah dan cerita, jamaah tak sabar dan meminta Bu Via untuk membawakannya sekali lagi, namun kali ini dengan iringan gitar akustik oleh Krist. Syahdu terasa Bu Via menyanyikan lagu “Mimpi Paling Nyata”, koor jamaah menyertai, menggema memenuhi Kenduri Cinta, flashlight dari HP mereka pun menambah suasana epic, romantis. Lucu memang, ini semua terjadi di tanggal 14 Februari, di mana para milennialwan-milennialwati merayakan hari Kasih Sayang. Lengkap sudah. Momen manis dan kegembiraan itu dapat dinikmati pada tautan ini.

Di Kenduri Cinta, Bu Via berbagi cerita dan proses kreatif film “Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah”. Bagi generasi 90-an, pastinya mereka akrab dengan salah satu film mini seri yang dibintangi oleh Bu Via, dimana Bu Via berperan sebagai Emak bersama beberapa artis lain yang memerankan Abah, Euis, Ara dan Agil. Nah, film yang kemudian disingkat dengan TETA ini merupakan film reuni para pemeran film mini seri yang tayang di sebuah stasiun televisi pada medio 90-an akhir itu.

Pada medio 90-an Bu Via cukup dikenal, berbagai karyanya memenuhi media masa nasional kala itu, mulai dari kemampuan akting yang mumpuni, olah vokal bernyanyi yang baik, dengan itu, sangat cepat melambungkan nama seorang Novia Kolopaking. Namun, setelah menikah dengan Cak Nun, Bu Via “menghilang” dari sorotan spotlight popularitas selebriti di Indonesia. Muncul dugaan bahwa Bu Via dilarang Cak Nun untuk tampil di layar kaca, baik bernyanyi maupun bermain film.

Kesempatan di Kenduri Cinta ini, Bu Via menceritakan dugaan tersebut secara santai dan segar, tak kadang membuat Cak Nun dan para jamaah tertawa. Bahwa keputusan 19 tahun meninggalkan dunia selebriti bukanlah karena ada larangan dari Cak Nun sebagai suami Bu Via, tetapi justru keputusan pribadi Bu Via yang memang menginginkan fokus mengurus keluarga setelah menikah dengan Cak Nun. Bagi Bu Via, menjadi artis itu bukan karier. Sehingga meninggalkan panggung popularitas enteng-enteng saja, dan sama sekali tidak ada ketakutan bahwa dengan meninggalkan dunia selebriti, kemudian tidak bisa hidup normal dan berkeluarga karena tidak ada pemasukan finansial. Tidak demikian rupanya.

Dalam hidup berkeluarga, tentu saja ada riak-riak tajam, problem rumah tangga, suka duka, tawa sedih, semua merupakan suatu kesatuan dan rangkaian, begitu juga yang dialami oleh Cak Nun dan Bu Via. Tidak lantas lancar-lancar saja. Terbukti, Cak Nun bersama Bu Via bisa survive dan membangun keluarga yang harmonis. Jadi sangat tegas dan jelas bahwa keputusan Bu Via untuk meninggalkan gemerlap popularitas di Jakarta adalah salah satu keputusan yang berdasarkan skala prioritas, bahwa Bu Via lebih mengutamakan dan ingin fokus mengurus keluarga.

Kembali ke #TETAMOVIE. Keputusan Bu Via untuk mau kembali syuting film, bukan soal kembali ke dunia selebriti tadi, tidak, ini karena didasari oleh semangat berkumpul kembali, reuni, nostalgia, rindu satu sama lain yang pernah terlibat dalam keluarga Abah dan Emak di era 90-an itu. Adalah Mas Dedi Setiadi, seorang sutradara yang menemukan bakat akting Bu Via yang kemudian berhasil mengumpulkan keluarga besar Abah dan Emak ini. Tak mudah untuk merayu Bu Via buat kembali ke dunia seni peran, untuk hal menyanyi yang sangat digemari saja Bu Via biasa-biasa saja. Maka, alasan mau untuk mengambil film ini adalah keluarga, silaturahmi, reuni. Itu saja, sederhana bukan? Maka tak bisa mengelak lagi Bu Via untuk tidak terlibat, bahkan terseret menjadi produser di akhir-akhir produksi film ini. Begitu ini terkait keluarga, Bu Via sangat concern, jadi ringan saja untuk segera meng-iya-kan.

Bu Via menjelaskan, film ini bukan film komersiil, karena ada banyak nilai keluarga. Bukan hanya sekadar film reuni keluarga Abah dan Emak saja. Dan sangat related dengan kehidupan masayarakat di Indonesia. Ya, Bu Via tentu tidak menjelaskan secara detail isi fim tersebut, dan baru akan kita ketahui bersama detail lengkap #TETAMOVIE ini ketika nanti sudah ditayangkan. Kalau dijelaskan sekarang, spoiler dong.

Sementara sembari menunggu pengumuman kapan film ini ditayangkan, maka lebih baik teman-teman membuka akun medsos masing-masing, kemudian follow akun official TETAMOVIE di Twitter, Instagram, Facebook dan juga Subscribe akun Youtube-nya. Karena nanti melalui platform-platform itu pengumuman resmi #TETAMOVIE ini akan dirilis. Sebaiknya kita semua menonton ini, sebuah film keluarga, ramping dan sederhana, sangat dekat dengan keseharian kita, dan tiang pancang atas hidup kita adalah keluarga. Dan kita jamaah Maiyah juga masyarakat Indonesia, bisa reuni di bioskop pada akhir Maret yang akan datang, mengajak keluarga, kerabat, dan sahabat untuk ikut melihat isi dari nilai film #TETAMOVIE ini.

Lalu, berlanjut Bu Via menceritakan peran-peran lain di dalam keluarga, terutama terkait dengan mendidik dan pendidikan anak-anak. Di Kenduri Cinta kemarin, jamaah mendengar langsung testimoni dari Mas Ari, yang kebetulan adalah GM dari jaringan sekolah Turki, di mana anak-anak Cak Nun dan Bu Via bersekolah di salah satu sekolah dari jaringan sekolah tersebut. Mas Ari menjelaskan bahwa Cak Nun dan Bu Via sangat mencontohkan bagaimana sebaiknya orangtua berperan meskipun anak-anak sekolah di Boarding School. Setiap anak-anak mengikuti lomba, Cak Nun dan Bu Via selalu datang ke tempat berlangsungnya lomba.

Ada satu momen yang diceritakan Bu Via. Suatu hari Haya ditunjuk untuk mengikuti lomba nyanyi sebuah lagu dengan bahasa Turki di sekolahnya. Cak Nun dan Bu Via sempat khawatir, apakah Haya bisa bernyanyi atau tidak? Karena memang sebelumnya Haya tidak pernah menunjukkan kemampuan bernyanyi di hadapan Cak Nun dan Bu Via. Ternyata ketika tampil di atas panggung, Haya menunjukkan kemampuan bakat dalam bernyanyi yang sangat baik.

Pada momen ini, Bu Via seperti hendak menyampaikan bahwa peran orangtua terhadap anak-anaknya adalah mendukung aktualisasi dari bakat masing-masing anak, bukan memaksakan keinginan orangtua kepada anak-anaknya. Hal ini yang masih sering salah kaprah di masyarakat kita. Bahwa anak-anak dipaksa menjadi seperti yang dimaui oleh orangtua, padahal setiap anak memiliki keunikan dan bakat masing-masing yang seharusnya didukung dan dikembangkan agar maksimal.

Tema keluarga menjadi pondasi Kenduri Cinta edisi Februari 2020 kali itu, maka memang diperlukan Bu Via untuk ikut hadir berbagi berbagai cerita. Momen yang sangat berharga, langka, dan sudah pasti membahagiakan. Bu Via menyapa jamaah Kenduri Cinta, berkesempatan menceritakan mengenai Film “Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah”, dan juga bercerita mengenai banyak hal yang memang menurut Bu Via perlu disimak oleh Jamaah Kenduri Cinta.

Jadi, jangan lupa. Jika pengumuman resmi penayangan film “Terima Kasih Emah Terima Kasih Abah” sudah dirilis, maka kita sebagai jamaah Maiyah selayak menempati shaf pertama memenuhi bioskop di hari perdana dan diakhir pekan penayangannya.

Dalam suka duka
Setia bersama
Mensyukuri berdoa ikhlas menerima

Saling menguatkan
Saling memaafkan
Penuh rasa cinta tulus kasih sayang

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Sunda Mengasuh___

Sunda Mengasuh___

Sudah sejak pukul 18.00 penggiat Jamparing Asih berkumpul di gedung RRI.

Jamparing Asih
Jamparing Asih