Tadabbur Teman-Teman Kita Untuk Quiz Ular Mbah Nun (2)
Eliyas Yahya, Jombang
Menjawab tugas atau dawuh dari SiMbah, soal Quiz Ular, pekerjaan saya selain dagang online adalah kehutan atau kehilir sungai, mencari beberapa tanaman herbal ataupun non herbal.
Mengenai hubungannya dengan Quiz Ular, wirid-wirid ijazah SiMbah senantiasa saya baca ketika atau hendak pergi.
Ada hal aneh, ketika beberapa jam sebelum SiMbah menuliskan Quiz Ular, sekitar qobliya Ashar, saya dipertemukan dengan ular, besar se-kaki, lari dengan cepat, ciri-cirinya badan hijau buntut berwarna putih. Belum sampai 10 menit saya juga diperlihatkan kepala Ular besar, berupa tengkorak, besarnya sebesar buah kelapa.
Dalam 2 Minggu ini selama saya mencari tanaman atau dirumah sudah 4 kali bertemu ular, dan ini yang paling aneh menurut saya.
- Ular kecil hampir meninggal (sekarat) di hutan gunung penanggungan.
- Ular menyabrang jalan di daerah persawahan Jombang kalau dalam Jawa disebut Ngadang kala
- Ular hendak saya injak dimalam hari di Jombang seperti ular yang banyak makan atau kewareken
- Ini hal yang aneh ular besar hijau dan tengkorak kepala ular besar, di sungai lereng gn Anjasmoro, sebelum beberapa jam siMbah menuliskan Quiz Ular
Menurut saya dalam opsi A. Ular yang dilepas oleh penyihir sewaan Fir’aun.
Karena ular itu Ghaib dan menyeramkan, ular sekitar dua meter dari atas kepala hingga perut berwarna hijau dan satu meter kebawah sampai ekornya berwarna putih dan tengkorak kepala ular itu adalah warna petunjuk, bahwa keadaan (covid) itu disebabkan oleh Fir’aun masa kini. Mungkin ini digunakan untuk memperbaiki sistem ekonominya atau hal-hal yang lainnya.
Sikap mental dan ilmu:
Mentadabburi Dalil Allah bahwa :
- (Musa) Peganglah ia dan jangan takut.
- Tegak dan kepitkan tanganmu di ketiak, niscaya ia akan menjadi putih cemerlang.
Nb: bisa jadi ular hijau putih itu, adalah tanda bahwa telah tiba Musa, pemegang ular yang akan menjadi putih cemerlang. Yang akan memakan ular penyihir sewaan Fir’aun.
Nb: wirid yang sering saya amalkan adalah sholawat Alfa salam dan Wirid Penjagaan.
Sekian, wallahua’lam.
Semoga ini ada hubungannya dengan hidayah dan petunjuk Allah.
Eliyas Yahya.
Jamaah Maiyah yang hidup di dusun kedunglo, karanglo, Jombang
Ulul Albab, Demak
- Andaikan “yang merayap dengan cepat” itu adalah Covid-19, makai ia adalah (A) ular-ular yang dilepas oleh gerombolan Penyihir sewaan Fir’aun, ataukah justru (B) adalah ular yang menjelma dari tongkat Nabi Musa. Apa dan bagaimana refleksi pemahaman Jamaah pada opsi A dan bagaimana kalau opsi B? Refleksi pemahaman saya pada Opsi A :
Refleksi pemahaman yang saya dapat pada opsi A, Jika yang merayap dengan cepat adalah sihir dari gerombolan Fir’aun yakni Covid-19, maka bisa saya tadaburi bahwa Covid-19 ini adalah semacam sihir atau tipuan, atau sesuatu yang sebenarnya tidak ada dalam kesejatiannya, namun direkayasa menjadi seoalah-olah ada keberadaan/ wujud/ eksistensinya oleh gerombolan yang sekarang ini mungkin bisa dikategorikan sebagai tangan panjang Fir’aun yang asli, atau bisa juga dikatakan sebagai utusan Fir’aun, atau juga bisa disebut sebagai sang pengemban dan penerus perjuangan Fir’aun dalam Kedholiman dan kerakusan. Bisa saja itu adalah penguasa/ pengendali suatu Negara, atau bahkan lebih dari itu, ia mempunyai kuasa dan kendali besar atas dunia, sehingga gerombolan itu bisa merayapkan sihir Covid-19 nya dengan cepat ke segala penjuru dunia.Refleksi pemahaman saya pada Opsi B :
Refleksi pemahaman yang saya dapat pada opsi B, Jika justru yang dimaksudkan Covid-19 ini adalah analogi dari ular yang menjelma dari tongkat nabi Musa, maka saya rasa Covid-19 ini adalah ular wabal yang dilemparkan beliau Mbah Nun beserta barisan Jama’ah Maiyah di belakangnya, yang telah dari beberapa waktu lalu memohon Wabal kepada Allah Swt. Atas dipenuhinya sihir tipu daya yang dilakukan oleh orang/gerombolan tertentu atas pimpinan Fir’aun masa kini, guna untuk melakukan kedholiman, perusakan, kerakusan atas dunia, penindasan atas sesama manusia, memperas golongan yang lemah, serta melakukan penjajahan tidak hanya ke manusia ataupun cara berpikir, tapi juga penjajahan kekayaan alam, kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan juga politik, baik lingkup nasional maupun internasional. Ular wabal (Covid-19) ini adalah wujud yang dikehendaki oleh Allah swt muncul dari tongkat (Keteguhan dan kesungguhan Mbah Nun dan Maiyah dalam berposisi selalu berupaya berjuang di dalam Allah hingga bisa di analogikan sebagai tongkat atau pusaka berwujud tongkat dalam arti maknawi).
Ular wabal (Covid-19) ini keberadaan dan kehadirannya yaitu menelan, membinasakan, dan meluluh lantakkan segala sihir yang dilahirkan oleh gerombolan penyihir Fir’aun (Nasiona/ ataupun Dunia). Bisa sebagai bentuk dari bahwa segala sihir / tipuan / strategi yang telah berlaku dan berjalan baik di nasional ataupun dunia, yang dilakukan oleh elit-elit sihir Fir’aun masa kini, kini semuanya ambruk tak berdaya dihadapan Ular Wabal (Covid-19) ini. Termasuk kebudayaan kehidupan individu yang sebelumnya hidup secara dan berpedoman dengan rumus dari sihir gerombolan Fir’aun, yaitu dipenuhi dengan gaya hidup yang bersandar kepada sesuatu yang di luar diri, kini sandaran yang di luar diri tersebut terputus sementara, atau terpaksa diputus oleh kehadiran Ular Wabal (Covid-19) ini, karena sebagian besar dari masyarakat saat ini dipenjara dan di paksa untuk bertapa di dalam gua rumah dan kembali diberi kesempatan untuk melihat kesejatian dirinya.
- Apa menurut Jamaah maksud Allah: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula”.Menurut saya maksud dari “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula” adalah bahwa kita (Mbah Nun dan Jama’ah Maiyah), di perkenankan oleh Allah untuk memegang (mengontrol dan mengkhalifahi ular wabal “Covid-19” ini ) setelah Ular Wabal (Covid-19) ini telah selesai melakukan tugasnya yakni memakan dan membinasakan ular-ular (Tipu daya dunia) tukang sihir Fir’aun masa kini. Dan Allah akan mengembalikan (menghilangkan ular wabal “Covid-19) ini.
- Menurut Jamaah petunjuk tentang apa, sikap mental, sikap ilmu, keketatan iman atau apapun yang terkandung di balik firman berikutnya: “dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula)”.Menurut saya, pada ayat tersebut kita diberi petunjuk oleh Allah bahwa kita dianjurkan untuk mengepitkan tangan yaitu isyarat maknawi bahwa tangan bisa kita artikan sebagai wujud dari tindakan atau kekuasaan, atau segala gerak gerik kita dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini agar untuk di kepitkan di ketiak. Nah kenapa di ketiak?, saya rasa ketiak letaknya di dekat dada atau juga hati, di sini berarti segala gerak gerik kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini dianjurkan dan diingatkan oleh Allah agar selalu atau sebisa mungkin berpedoman kepada hati nurani, atau nilai-nilai kebaikan yang tentu berasaskan pada nilai-nilai ke-ilahian.Selanjutnya setelah tangan (gerak gerik, tingkah laku dan perbuatan telah kita jalani dengan mengepitkannya ke ketiak “nurani”), maka ia keluar atau akan nampak wujud atau hasil yang cemerlang, yaitu bersih dan indah sesuai dengan Nilai-nilai anjuran Allah sehingga tanpa cela atau cacat atau akan terbebas dari sebab akibat yang buruk. Dengan singkat kata akan selamat. Hal ini bisa termasuk sebagai mukjizat dalam arti maknawi yaitu bukti yang bisa di saksikan oleh diri sendiri yang menjalaninya, ataupun juga bisa di saksikan sebagai mukjizat yang lain yang meniru, ataupun juga orang lain yang melihat (yang mengambil pelajaran).
- Tuturkan atau tuliskan apa saja yang Allah menginformasikan kepadamu sehingga muncul di benakmu, yang terkait dengan firmaan-firman itu. Semua pertanyaan dan pancingan ini berada dalam lingkup akhlaq tadabbur, bukan ilmu tafsir.Terkait firman-firman di atas, saya mendapati pelajaran bahwa semua itu, sihir, segala tipu daya buata manusia dalam rangka memperkaya diri sendiri / kelompok, yang dilakukan dengan mendholimi dan merampas hak-hak sesama, itu semua pada saatnya tetap akan musnah dan di musnahkan oleh Allah swt. Pengemban kedholiman akan menemui dan menuai ganjaran atau akibat dari perbuatannya itu sendiri. Dari sini, kita bisa mengambil pelajaran juga agar kita selaku individu sebisa mungkin agar bisa terhindar dari melakukan perbuatan dholim, kerusakan dan sejenisnya yang tidak seharusnya boleh kita lakukan. Tak bisa juga kita untuk tidak meminta pertolongan kepada Allah agar memberi kekuatan kepada kita agar mampu menerapkan rumus hidup yang telah dibuatNya.Selanjutnya ada hikmah juga yang kita petik yaitu ketika kelak diantara kita ada yang di beri amanah oleh Allah untuk menjadi seorang pemimpin, sebisa mungkin agar kita selalu bisa mengemban kepemimpinan itu dengan tetap berpegang pada rumus yang telah disediakan oleh Allah swt. Kacuali kita di akhirat kelak bisa lepas dan bersembunyi dari pertanggungjawaban atas kepemimpinan kita.
Ulul Albab
(Jamaah Maiyah Kenduri Cinta)
Kota Asal : Demak
Bekasi, Selasa 3 November 2020
Amin Ungsaka, Surabaya
Mengendalikan Kebenaran Di Dalam Diri, Menyebarkan Kebaikan Ke Luar
Setelah membaca tulisan Mbah Nun “Quiz Ular”, kepolosan jiwa saya menarik kembali kesadaran saya pada wilayah orbitnya. Karena selama ini sudah sangat jauh kesadaran saya mengorientasikan diri dari ketentuan dan hidayah Tuhan.
Maka setelah merenungi tulisan tersebut, saya dikembalikan kepada kepolosan jiwa dan kesadaran manusia yang mengutamakan akal sebagai alat untuk membaca hidayah Allah, dibarengi dengan kedalaman hati—yang dengan kepekaannya dapat menangkap frekuensi hidayah sehingga tertuntun untuk memahami dan mengerti maksud ayat-ayat Allah.
Setelah membaca Al-Fatihah, beristighfar, bersholawat sampai tertuntun menyentuh kedalaman rasa, saya coba buka Al-Qur’an surat ke-20, ayat ke-20 sesuai anjuran Mbah Nun dalam tulisan tersebut. Setelah saya baca ayat ke-20 beserta terjemahannya, maka saya dituntun pada kuda-kuda rasa dan kesadaran bahwa kita(maiyah) diamsalkan sebagai Musa. Musa yang dalam hidupnya adalah menegaskan dan meneguhkan orientasi ketuhanan di hadapan penuhanan diri Firaun dan ultrahedonisme Qorun. Sesuai dengan pijakan orientasi hidup kaum Maiyah: Maiyatullah (bersama Allah), inna ma’iya Rabbi(sesungguhnya Allah bersamaku), dan La takhaf wa la tahzan, Innallaha ma’ana(Jangan takut jangan sedih, Allah bersama kita).
Pada ayat ke-20 “Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat”. Sesuai perintah Allah, Musa melemparkan tongkat dan seketika itu berubah menjadi ular yang merayap sangat cepat. Tongkat itu bisa kita tadabburi sebagai keteguhan dan prinsip hidup Maiyah yang kita bangun dari tauhid dan usaha kita istiqamah bermaiyah: bersholawat, sinau bareng, membaca wirid Maiyah; membaca Wirid Wabal, Hizib Nashr, dan Wirid Kelembutan Muhammad, maka menjelmalah seketika tongkat Maiyah menjadi ular besar pandemi yang bergerak sangat cepat menyebar seluruh dunia. Ular itu memakan semua bentuk kapitalisme dan hedonisme Qorun, hasil dari globalisasi penuhanan diri Firaun. Dan berkat kuasa dan kehendak jawaban Allah itu tak sedikit diantara kita yang ketakutan menghadapinya.
Maka pada ayat ke-21 “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula”. Allah menginformasikan bahwa kita disuruh memegang ular besar itu dan tak boleh takut. Sebab menurut tadabbur saya, setelah ular itu bekerja sesuai tugasnya, maka Allah akan mengembalikan ke bentuk semula, yakni tongkat Musa. Tongkat keteguhan dan ketegasan kita dalam bertauhid kepada Allah.
Dan pada ayat ke-22 “dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula)”. Allah mengingatkan kita untuk mengepitkan tangan atau mengendalikan kebenaran di dalam diri, supaya kelak yang keluar adalah tersebarnya kebaikan dan kebijaksanaan kita yang putih cemerlang menerangi langkah kita tanpa cacat meraih baldatun tayyibatun, dan yang terpenting wa rabbun ghafur.
Sebab menurut Mbah Nun dalam tulisannya berjudul Negerinya Pak Amin, “Islam memandu manusia untuk mengerti arah, jalan, dan titik tujuan. Silahkan memilih atau menolaknya. Asalkan tetap berlaku dan berinteraksi sebagai manusia bersama sesame manusia. Islam bukan subyeknya. Bukan pelaku peradaban. Pelakunya adalah ahsanu taqwim, karya terbaik Allah yaitu manusia yang Ia tegakkan untuk memandang lurus ke titik cahaya cinta-Nya”
Surabaya, 2 November 2020
Syafiih Kamil
Assalamualaikum wr.wb,
Covid 19 ini memang sihir yang dilemparkan oleh pembantu pembantu firaun. Namun ketika Cak Nun melemparkan tongkat mafaza 31 oktober 2020 kemarin, dan dengan sangat cepat akan bertransformasi menjadi perhimpunan Indonesia 3.0, maka maiyah bersama dengan semua stakeholders yang mendukungnya akan menjadi gerakan social yang akan melenyapkan semua bentuk bentuk sihir ataupun tahayul termasuk covid ular kecil kecil ini. Bumi akan damai kembali (syurga).
Wassalamualaikum wr. wb,
Syafiih Kamil
Mafaza Eropa
Bayu Riga Kusmita
- Opsi (A) : kalau covid itu adalah ular yg di lepas dari penyihir Fir’aun, bisa di artikan Covid itu hanya tipu daya yg di atur oleh Fir’aun, yg dapat membuat Nabi Musa sendiri pada awalnya merasakan takut di hatinya. Covid itu tipu muslihat yg di atur oleh kelompok penguwasa.Opsi (B) : Kalau Covid itu adalah ular jelmaan tongkat Nabi Musa, bisa di artikan Covid itu adalah sebuah manfaat, untuk tempat bertumpuh, ( saya mentadaburi kalimat Nabi Musa “Aku merontokan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku”, Covid itu bermanfaat untuk membantu keberlangsungan hidup. dan masih banyak lagi manfaatnya. (tp ini mentadaburi ayat yg sebelumnya).Bahwa Allah telah menunjukan tanda-tanda kebesaranya yg sangat besar dengan sesuatu yg merayap dengan cepat. Covid ini bisa jadi merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Covid ini harusnya kita pegang dan tidak perlu takut, karna ini adalah bekal untuk menghadapi musuh, Maka siapa yg akan pergi menemui musuh itu? siapa musuh itu? dimana Istananya?
- Maksud Allah “peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaan semula? menurut pemahaman saya itu, jawabanya ada pada ayat sebelumnya, saya agak sulit mentadaburinya, tapi saya merasa itu jawabanya ada pada ayat ke-14 s/d 16.
untuk yg ke-3 saya blom bisa mentadaburinya.
Sedikit Cerita.
Tanggal 12 Mei saya pernah memposting foto di instagram yg nunjukkan tangan kiri saya yg memegang seekor ular kecil. ular itu entah dari mana masuknya dan tiba-tiba udah ada di dapur rumah saudara saya, kebetulan waktu itu lagi ada hajatan kawinan. Di postingan itu saya menulis seperti ini :
Kalau ular ini semisalnya adalah coronavirus, gimana caramu menerimanya? karna mau nggak mau dia ada dimana-mana, tek terhitung jumlahnya, bisa bermutasi, nggak tau dari mana asalanya, dan menurut ini, itu, dia, mereka dll, serta dsb. bagaimana kamu menerimanya sebagai mahkluk yg juga hidup di bumi ini?
Apakah benar kita harus melawan atau memerangi coronavirus? kata “melawan & memerangi” harus di maknai seperti apa? apa seperti “yg ngalah belum tentu kalah”? di seminar-seminar aa banyak pemikir, intelektual, manusia-manusia modern yg mengungkapkan “susah-susah dahulu baru senang kemudian” artinya, kalau keadaan sekarang ini adalah ke susahan, berarti aka ada kesenangan yg menanti kita kan? bapak-bapak? ibuk-ibuk?
sebelumnya banyak individu & kelompok yg saling menyalahkan, itu artinya mereka ngerti kebenaran, seharusnya mereka tampil lebih depan dari petugas medis, baik secara jasmani & rohani.
Ya Allah.. kenapa engkau biarkan ini keluar dari pikiranku, aku ini nggak bisa berbuat apa-apa, bahkan masih nyusahi orang tua, mbok ya ke mereka-mereka yg pinter-pinter dan punya wewenang, kan ini jadi sia-sia ya Allah.
#maiya #coronavirus.
itu saya tulis sama dgn yg saya posting, beserta kekurangannya, hanya simbol “mereka2” yg saya ubah disini jadi mereka-mereka.
semoga ada manfaatnya.
Wahyu sudrajad
Assalamualaikum,
Setelah membaca dan mencoba memahami tulisan Mbah Nun soal quiz ular ,yang sejatinya tidak begitu paham juga tentang maksud dan tujuan tulisan itu, karena awal membacanya kaget, tiba-tiba Simbah mengadakan quiz.
Namun setelah membaca sampai alenia terakhir, saya merasa sedikit ada gambaran meskipun saya rasa itu ngawur dan sebatas imajinasi saya atau dugaan saya saja.
Dari 4 lingkup kemungkinan yang Simbah tawarkan di situ, saya mencoba menduga duga yang mungkin saya salah menduga.
- Andaikan yang merayap dengan cepat itu adalah covid 19, maka menurut saya kemungkinan A & B memiliki keterkaitan antara keduanya, dugaan saya covid_19 memang dari Allah akan tetapi ada sebagian pihak yang menyamarkan itu seolah olah bukan atas kehendak Allah tapi bagaikan sesuatu yang diciptakan seperti ilmu sihir, sehingga kita yang sudah meyakini bahwa itu adalah kuasa Allah akan merasa samar samar dan tidak yakin karena ada tandingan peryataan atau pendapat yang dikuatkan dengan fakta fakta ilmiah.Namun dugaan saya yang lain bisa terpisah antara kedua kemungkinan itu:Jika kemungkinan A,maka covid adalah bagian dari ilmu sihir untuk memberi ketakutan sebagaimana ular-ular firaun menakuti kaum Nabi Musa a.s,dan kemungkinan B menjadi covid yang memang diciptakan Allah untuk memakan ular ular sihir dari firaun.
- Maksud dari “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula”. Menurut saya itu adalah,tak perlu takut atas covid ini karena Allah akan menyelesaikan,atau memberi solusinya. Namun syarat agar kita tidak takut dan agar Allah mau memberi solusinya,mungkin ini yang masih menjadi tanda tanya,sementara sebagian dari kita tak punya keyakinan bahwa Allah akan menyelesaikannya.
- Untuk yang ketiga ini menurut saya, ketiak yang lebih gelap saja bisa menjadi penyebab tangan menjadi lebih putih atas kehendak Allah, dan letak ketiak yang relatif lebih terlindung dari sinar matahari .
- Menurut dugaan saya, sebenarnya kita pribadi mampu mengatasi kondisi ini, jika sebagai bangsa dan negara kita memiliki keyakinan atas Kuasa Allah Swt.
Wassalamualaikum,
Wahyu sudrajad
Jamaah maiyah kidung syafaat
Anas Al Lubab, Serang
Assalamualaikum Wr.Wb
Semoga Mbah Nun, dan keluarga besar Maiyah Nusantara senantiasa sehat, Afiat, dan dinaungi keberkahan.
Merespon pertanyaan Mbah Nun terkait surat 20 ayat 20. Begini kurang lebih tanggapan saya.
- Yang dilempar dan menjadi ular yang merayap cepat jelas adalah tongkat pegangan Nabi Musa As. Jika dikorelasikan dengan covid, saya kira semacam petunjuk agar kita semua kembali pada “tongkat” yang menjadi pegangan masing-masing.
- Ayat berikutnya Allah menenangkan kita agar jangan takut dan tetap berpegang teguh pada “tongkat” yang terjadi “perubahan besar” karena itu kehendak Allah, dan Allah maha pembolakbalik situasi dan keadaan sudah berjanji akan mengembalikan ke situasi dan keadaan semula.
- Adapun tangan dikepit di ketiak. Itu mengisyaratkan kepada kita untuk senantiasa memperketat puasa kita semua, jangan sampai unjuk tangan unjuk kemampuan atau kekuasaan merasa mampu memberi solusi atas setiap permasalahan, biar hanya Allah yang menuntun langsung sehingga “tangan” kita semua dicahayai langsung oleh terang pertolongan Allah. Wallahu a’lam
Cucumu
Anas Al Lubab
Serang, 04 November 2020 pukul 02.39 WIB