CakNun.com

Tadabbur Teman-Teman Kita Untuk Quiz Ular Mbah Nun (1)

Redaksi
Waktu baca ± 7 menit
Foto: Adin (Dok. Progress)

Pengantar Redaksi

Tidak perlu waktu lama dari Mbah Nun menulis Tajuk Quiz Ular yang meminta teman-teman Jamaah Maiyah melakukan perenungan, analisis, dan tadabbur atas empat poin berkaitan dengan semesta pesan atau kandungan Al-Qur’an surat ke-20 ayat ke-20 (dan dua ayat sesudahnya) dan Beliau minta teman-teman mengirimkan tadabburnya ke redaksi www.caknun.com., sejak itu pula langsung masuk ke email redaksi rangkaian tadabbur dari teman-teman. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasinya, dan berikut ini secara bertahap kami hadirkan rangkaian tadabbur atas Tajuk Quiz Ular Mbah Nun tersebut sebagai salah satu kebersamaan tadabburiyah di antara kita semua.


jonwicksnowofrivia

Berdasarkan keterbatasan pemahaman saya tentang ini Quiz Ular,

Mungkin ada kaitannya dengan pernyataan Mbah Nun bersama KiaiKanjeng pada saat Sholawatan Live di Youtube beberapa saat lalu. Di mana saat itu pada akhir acara, Mbah Nun dan KiaiKanjeng meminum segelas air yang di-estafet-kan ke semua yang hadir.

Menurut saya ekspresi tersebut termasuk ungkapan/pernyataan yang berlandaskan keyakinan terhadap ayat di mana Allah menyuruh Musa untuk melempar tongkatnya. Dalam konteks ini saya menganggap tongkat sebagai protokol covid19. Lemparkan lah!! Yang mana sudah diekspresikan oleh Mbah Nun dan KiaiKanjeng pada saat Live Sholawatan di Youtube saat itu.

Banyak sekali demonstrasi besar-besaran yang muncul di tengah pandemi covid19. Seandainya demo-demo tersebut bukanlah bagian dari rencana para penyebar propaganda covid19, maka kemungkinan besar demo-demo tersebut adalah ular Nabi Musa yang memakan ular-ular kecil penyihir Firaun. Ular besar berupa pembangkangan terhadap protokol covid19 yang menegasikan kengerian terhadap covid19 yang marak dipropagandakan oleh media dan pemerintah, dan melahap semua tipu daya mereka.

“Peganglah ketidaktakutan terhadap covid19 dan ketidakpatuhan terhadap protokolnya, nanti semua akan kembali normal”.

Allah suka memberi perumpamaan dengan gesture/bahasa tubuh/ekspresi gerak dalam ayat-ayat, seperti tertengadah, duduk bersandar di atas dipan-dipan, lalu di sini, “kepitkan lah tangan mu ke ketiak mu”. Bahasa tubuh itu universal. Saya coba mengapitkan kedua tangan saya ke ketiak saya, tangan kanan di ketiak kiri, tangan kiri di ketiak kanan, hasilnya tangan saya bersilang di depan dada. Sebuah ekspresi kepercayaan diri. Lumayan relevan dengan kisah nabi Musa yang waktu itu kurang percaya diri menghadapi Firaun.


I A, Jombang

Sejauh ini, pemahaman mengenai poin A dan poin B pada diri saya sangat terbatas dan bisa saja terjadi karna kedangkalan berfikir atau dominan ego. Untuk poin B, Allahlah yang menghendaki pandemi covid-19 ini terlempar di hamparan bumi ini. Untuk poin A, Ular (covid-19) itu bukan diciptakan oleh segerombolan orang namun semua orang bisa saja tiba-tiba menjadi jelmaan fir’aun dalam situasi seperti ini, termasuk si penulis.

Surat At-Taha ayat 21: “… peganglah ia dan jangan takut…”. Allah sendiri sudah mengatakan bahwa manusia akan mengalami ketakutan, namun sebelum itu Allah sendiri mengatakan jangan takut, jangan takut pada ayat ini di perjelas dalam Surat At-Taha ayat 22: “… kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu………”. Kepitlah mengandung sebuah situasi sangat berpasrah, berpasrah di sini bisa mengandung makna sebuah introspeksi diri atau hal yang lain yang penulis juga belum mampu menemukan jawabannya atau mungkin lebih baik tidak menemukan jawabannya.

Titip salam untuk Mbah Nun, dari tadabbur elek-elek’an oleh cucumu di Jombang.


Sur Yanto

Tongkat yang dilemparkan dan menjadi ular (covid19) adalah sihir dari para tukang sihir bayaran firaun, dan kita tidak perlu takut, tetap tenang dan khusnudon bahwa Allah swt. Akan mengembalikan semua kepada penyihir dan yang membayarnya, Allah masih belum tega kalau untuk saat menurunkan azabnya.


Iven Hartiyasa Prima, Tenggarong

Assalamualaikum wr.wb. merespon quis ular dari Mbah Nun

Pertama-tama perlu kiranya (setidaknya bagi saya pribadi) untuk menyampaikan bahwa saya tidak memiliki ekspertasi ilmiah akademis pun begitu juga dengan latar belakang pendidikan pesantren. Saya hanya menuliskan apa yang terlintas di benak saya. Murni tadabbur lepas.

Langsung saja ke bagian respon..

Andaikan itu adalah opsi A, yaitu merupakan ular-ular yang dilepas oleh gerombolan penyihir sewaan Fir’aun, maka kita tinggal menunggu perkenan Allah menghadirkan Musa untuk meladeni sihir itu. karena melihat dan mengalami (dengan konteks masing-masing) perkembangan sampai dengan hari ini tinggal yang kapasitas, kaliber, maqom itu yang belum turun tangan. Meskipun mafhum bahwa tidak akan ada lagi Nabi maupun Rasul setelah Muhammad SAW. Artinya, murni memohon perkenan Allah SWT untuk persoalan tersebut. Entah dengan cara-Nya, apapun itu.

Andaikan itu opsi B, maka ia merupakan teguran konkrit terhadap perilaku kita selama ini dan berlaku di berbagai skala kalau dilihat dari dampaknya. kalau dari narasinya, toh sihir tongkat Musa itu belakangan menyadarkan gerombolan penyihir sewaan Fir’aun itu dan justru malah jadi beriman kepada Tuhannya Musa. Artinya, kemenangan hak dari yang batil. memang belum. Tapi bismillah arahnya jelas kesitu.

Maka ia merupakan recovery dari ulah manusia atau perliaku kita selama ini. Ular-ular jelmaan tongkat Musa itu dimunculkan untuk menandingi sihir dari gerombolan Fir’aun tersebut.

Sedemikian itukah parahnya kita manusia terhadap kehidupan? Terhadap pemilik kehidupan. Fir’aunisme? Astaghfirullah, nauzubillah min dzalik. Namun demikian “peganglah ia dan jangan takut, kami akan mengembalikannya kepada keadaan semula”.

Terakhir, “dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula)” adalah percikan rahmat Allah pada kita semua. Mengingat “inama al usri yusro” bersama kesulitan terdapat kemudahan, dalam konteks ini manusia adalah virus sekaligus vaksin dari covid itu sendiri. Bismillahirrahmanirrahim, memohon “mukjizat kecil-kecilan” untuk/pada kita semua. Tentunya sambil waspada jangan sampai GR kemudian sok-sok’an jadi “Musa”.

Wallahu a’lam bishawab..

Salam.


Ahmad Saris, Gresik

Sekarang pergi ke pancuran air untuk berwudlu!,

Saat membaca Tajuk dari Mbah Nun yang berjudul Quiz Ular. Aku belum pernah merasakan bangun dari rebahan seringan ini. Bagi kaum rebahan pemalas seperti saya, bangun untuk mengambil wudlu kemudian sholat adalah hal yang amat berat sekali.

Langkah kaki begitu ringan dan pikiran melayang-layang sambil berkata “apa ya yang mau saya tulis.” banyak ide dan pikiran tapi untuk menuangkan kedalam tulisan bukan pekerjaan yang mudah. Pikiran itulah yang berputar-putar di kepalaku sepanjang ritual permohonan petunjuk ini sehingga aku malu. Saya menyadari dalam hati bahwasanya ini bukannya memohon petunjuk kepada Allah tapi ingin pamer atau apalah itu saya menyebutnya. Malu. Sehingga sampailah aku di ayat 20.7

“dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Allah mengetahui rahasia dan apa yang lebih tersembunyi”.

Terkait Quiz Ular;

Opsi A. Yang merayap cepat adalah ular-ular dari gerombolan penyihir sewaan Fir’aun.

Opsi B. Ular yang menjelma dari tongkat Musa.

Saya memandang ada kohesitas diantara keduanya. Bisa opsi A dan B. Opsi A adalah ular yang dimantram. Maksudnya di mata kita ia ular tapi di mata penyihir ia adalah tali temali. Konspirasi. Opsi B adalah pengejentawahan mukjizat. Tongkat Musa itu menjadi ular asli. Dan ingat Musa sendiri takut dengan ular ini (20.21).

Baik ular bohongan maupun ular beneran Musa sama-sama takut. Seperti itulah Covid-19. Kita tidak sepenuhnya tahu dan mengerti. Dia bisa pandemi atau justru plandemi. Covid-19 itu benar-benar wabah atau dibuat seperti wabah. Sampai kita benar-benar bisa menyentuhnya seperti halnya Musa yang diperintah untuk menyentuh ular itu meskipun dengan perasaan takut dan bimsalabim langsung jadi tongkat kembali.

Ingat, tongkat itu membersamai Musa sepanjang hidupnya. Buat tumpuan berjalan, mengembala kambing dan kegunaan lainnya. Ini adalah perintah menolak vaksin yang dicanangkan pemerintah mulai awal tahun 2021 depan. Allah sudah menciptakan kita beserta perangkat penyembuhan di tubuh kita. Imunitas tubuh kita sudah bersentuhan dengan Covid-19 yang secara otomatis herd imunity alias kekebalan terbentuk.

(“peganglah ia dan jangan takut, kami akan mengembalikannya kepada keadaan semula”)

Tangan Musa mengeluarkan cahaya setelah dikepitkan di ketiak untuk menerangi jalan menuntun umatnya lari dari kejaran bala tentara Fir’aun saat gelap gulita menuju ke pertemuan darat dan laut dimana Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam. Adalah pesan untuk mengkampanyekan gerakan anti vaksin. Allah akan menyelamatkan kita dari kendali-kendali seputar Covid-19 seperti halnya Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israel dari hegemoni Fir’aun.

Vaksin tambah memperburuk keadaan. Bukan hanya di kemungkinan eror uji klinisnya maupun efek samping yang menyertainya seperti semakin ganasnya virus atau justru mematikan tentaranya Allah yakni imun tubuh. Tapi keharusan vaksin yang digelorakan pemerintah bagi setiap warga negaranya seperti menabuh genderang perang dengan Allah. Kita harus menentukan sikap.

Salam salim.


Rawinda, Cikarang

Atas apa yg Mbah Nun tulis pada caknun.com tentang quiz ular.

Izinkan saya belajar untuk mentadaburi apa yg Mbah Nun minta dalam quiz ular tersebut

  1. Opsi A
    Covid 19 yg melanda hampir di berbagai negara bisa jadi ini adalah tipu daya, kedzoliman, konspirasi para manusia manusia kerdil dengan maksud dan tujuan untuk mengelabui kita, membuat kita jadi tidak berdaya. Sehingga dengan maksud dan tujuan tersebut mereka memanfaatkan, mencuri, merampas segala sesuatu yg mereka inginkan.Opsi B
    Bisa jadi kemungkinan covid 19 ini adalah cara dan kuasa Allah untuk membuat para manusia kerdil dan dzolim tersebut kalangkabut, panik, frustrasi dengan keadaan yg terjadi saat ini atas kebodohan dan kesombongan yg mereka buat sendiri.
  2. Bahwasanya Allah di sini menegaskan semua yg telah terjadi ini adalah atas kuasa diri-Nya. Kita harus meyakini bahwa covid 19 adalah makhluknya dan setiap makhluk akan tunduk atas perintah-Nya. Dan kelak Allah lah pula yg akan mengakhiri wabah covid 19 ini
  3. Bahwa segala sesuatu yg telah terjadi di dunia ini termasuk wabah covid 19 merupakan pelajaran yg bisa kita ambil hikmahnya, karena kelak akan menjadi suatu ilmu yg akan berguna buat kita di masa yg akan datang.

والله اعلم با الصواب


Adi Tegar Budi Argo, Daegu – Korea Selatan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Sejauh Pemahaman saya untuk menghusnudhdhoni “tanda” dengan cara Belajar memaknai dalam konteks Tadabbur Surat 20 ayat 20 dalam Kitab Al-Quran:

Ular-ular yang dilepas oleh para Penyihir itu bisa berupa Covid19, dan lain sebagainya yang berpihak kepada Fir’aun, mungkin saja atas perintah Haman dan didukung oleh Qarun. Pada ayat ke-20 “tongkat” Nabi Musa menjelma menjadi seekor ular yang lebih besar dan merayap dengan cepat untuk melahap ular-ular para Penyihir yang membela Fir’aun, yang pada ayat sebelumnya Allah memerintahkan Nabi Musa untuk melemparkan tongkatnya, kemudian Allah menyuruh untuk memegangnya dan tidak boleh takut lalu Allah mengembalikannya kepada keadaan yang semula, Nabi Musa diperintahkan oleh Allah lagi mengepit tangan ke ketiak sebagai mukjizat yang lain untuk diperlihatkan sebagai tanda Kebesaran Allah yang sangat besar karena: Fir’aun telah melampaui batas.

Kalau saya mentadabburinya: kita semua juga berpotensi untuk menjadi “Musa di zaman ini” yang diperintah Allah Swt untuk menggunakan “tongkat” yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita. Selain untuk melawan Fir’aun yang sudah melampaui batas, juga sebagai tanda kebesaran Allah yang lain entah itu Mu’jizat, Karomah, Ilham, atau apapun sesuai yang Allah kehendaki dan perintahkan.

Kita tetap berpegangan “tongkat” dari Allah dan tidak takut atas keadaan yang insya Allah kemudian akan dikembalikan oleh Allah seperti semula. Mengepit tangan adalah tanda agar kita tetap tenang dan “sunyi” serta bisa saja sebagai tanda kita tidak mempunyai kapasitas/kapabilitas apa-apa untuk mengatasi semua keadaan yang ada, karena hanya Allah-lah yang berkehendak atas segala keadaaan. Yang sebelumnya kita pancing dengan ikhtiar “mengepit tangan”, dan lain sebagainya sesuai yang Allah perintahkan.

Maturnuwun lan Pangapunten Mbah Nun
3 November 2020

Lainnya

Topik