Seolah-Olah
Pengalaman kebersatuan dengan Tuhan tidak bisa diungkapkan dan dijelaskan dalam bentuk bahasa apa pun. Bahkan dengan bahasa isyarat sekalipun. Para pejalan sunyi yang memperoleh pengalaman ini menegaskan bahwa pengungkapan yang paling memungkinkan bagi pengalaman tersebut hanyalah “seolah-olah”. Seolah-olah iya tapi tidak, seolah-olah tidak tapi iya. Seolah-olah Dia padahal bukan, seolah-olah bukan padahal Dia. Seolah-olah sampai padahal belum, seolah-olah belum padahal sudah sampai.
Ini bisa lebih dekat dengan pengalaman cinta, di mana peniadaan diri, penghapusan independensi kau-aku dan kebersatuan direalisasikan, tapi tetap tak bisa diungkapkan kecuali dengan bahasa “seolah-olah”.