Saling Berbagi Informasi Simpul Maiyah
Sebanyak 63 Simpul Maiyah diundang mengikuti Conference Call Sabtu (18/04) di Zoom. Mereka mengabarkan kondisi wilayah dan simpul masing-masing selama pandemi. Tiap perwakilan simpul menjelaskan tiga poin. Pertama, kondisi kesehatan keluarga penggiat inti, keluarga, dan saudara/tetangga. Kedua, aksi sosial sebagai respons atas tanggap darurat penggiat kepada lingkungan terdekat. Ketiga, perkembangan situasi teraktual di kota simpul.
Koordinator Simpul Maiyah memberi kesempatan mereka berbagi kabar selama kurang lebih lima menit, mengingat jumlah Simpul Maiyah yang juga banyak. Riza Aria Nugroho, perwakilan Maiyah Batam, menuturkan sebanyak 18 penggiat inti dan keluarganya sehat. Di tengah wabah, kebanyakan mengeluh karena omzet ekonomi menurun. “Yang sehari-hari kerja Ojek Online sudah mulai sepi. Satu hari bisa satu orderan. Awal-awal Corona masih agak mendingan, bisa dapat 80 ribu per hari,” jelasnya.
Lokasi pariwisata di Batam yang strategis biasanya didatangi pelancong. Umumnya dari Singapura dan Malaysia. Pandemi Covid-19 mengakibatkan sektor ini anjlok, pemasukan penjual di kawasan wisata ini nihil. “Yang gajian masih aman. Tapi yang kerja harian tidak,” lanjutnya. Beberapa wilayah di Batam juga sudah menerapkan PSBB tapi industri kebanyakan masih jalan.
“Perusahaan saya 1 dari 3 perusahaan. Saya jadi tidak mendapat efek PSBB.”
Para penggiat Maiyah Batam ikut melebur bersama masyarakat untuk melaksanakan aksi sosial. Mereka bergotong-royong menyemprotkan cairan disinfektan ke daerah Piyayu, terutama sekitar masjid. “Pendistribusian beras atau bahan pokok juga dilakukan warga yang baru pulang dari Arab Saudi,” imbuhnya.
Lain Batam, lain Mandar. Simpul Maiyah Papperandang Ate menginfokan kegiatan rutin Yasinan tiap malam Jumat terus berjalan. Kalau hari normal Ziarah Wali ramai, selama pandemi ditiadakan sementara. “Yang paling penting teman-teman di sini sehat,” ujar Aslam. Menurutnya, salah satu penggiat juga masuk tim Jarkom Covid-19 di Polewali Mandar. Ia bertugas di Kecamatan Tutar, Polman. Saat ini kecamatan Tinambung dinyatakan zona hijau. Sementara wilayah di sekitarnya seperti Mamuju Tengah, Majene, dan Mamuju Utara telah dinyatakan zona merah.
Penggiat Maiyah mempunyai kepekaan sosial di masyarakat. Seperti di Demak, Simpul Maiyah Kalijagan, jamak penggiatnya merupakan bagian anggota Karang Taruna setempat. Habib Arafat mengujarkan kalau selama hari Jumat simpul menginisiasi sedekah nasi bungkus. Bentuk kepedulian di ranah logistik ini dinilai penting di tengah serangan Covid-19, terutama diberikan kepada kelompok rentan. Komunikasi internal dilakukan melalui grup WhatsApp. “Tapi minggu lalu di sebuah kafe kami berbagi banyu panguripan. Kami juga diskusi tulisan Mbah Nun selama Corona ini,” ucapnya.
Situasi wabah memang menjenuhkan, apalagi rutinitas sehari-hari tak lagi seperti biasa. Hilmy Nugraha, Juguran Syafaat, menjelaskan hampir sebulan tak merapat. Selama ini dialihkan via daring, kendatipun saat mencoba Zoom, sinyal beberapa penggiat kurang kondusif.
Selain itu, A. Saifullah Syahid dari Padhangmbulan mengungkapkan pula bahwa meski Maiyahan rutin ditiadakan sejenak, namun banyak jamaah bertandang ke Menturo pekan silam. “Padangmbulan mestinya kamis minggu lalu. Tapi diliburkan. Ternyata ada banyak jamaah yang tetap datang, padahal dua atau tiga hari sebelumnya telah diumumkan via medsos,” jelasnya.
Mas Saiful mengabarkan pula warung kopi milik salah seorang jamaah tutup. Namun, sekitar lima orang, masih sering berkumpul di Menturo. Aktivitas sosial dinyatakan jalan terus. “Teman-teman Padhangmbulan di Wonosalam ikut kerja sama dengan masyarakat setempat. Kalau di kampung saya sendiri di Jagalan menginisiatifi kerja sama dengan Yayasan Baitul Maal. Bentuk kerja samanya pembagian masker gratis. Ini sudah masuk periode kedua dan mendapat tambahan 150 masker,” tuturnya.
Kewaspadaan juga turut ditingkatkan selama pandemi. Guntur, penggiat Maiyah Relegi Malang, mengatakan di wilayahnya angka kriminalitas meroket tajam. “Di desa yang saya tempati saja dalam seminggu sudah ada tiga motor yang hilang. Ada rumah yang sempat dimasuki maling. Dan kotak amal salah satu masjid juga menjadi sasaran,” lapornya.
Di Blitar sendiri juga ditemukan kasus serupa. Aria, Maiyah Blitar, menyampaikan kalau masyarakat mulai resah dengan aksi kejahatan. Selain kasus pencurian, di Blitar terdapat kasus penculikan anak. “Di desa saya, Komed, sudah ada satu pencuri yang tertangkap,” katanya. Kekhawatiran massal itu akhirnya berujung pada kontrol sosial yang berlebihan. Menurutnya, seorang pasien di sana sampai dikucilkan karena diduga terjangkit Covid-19, padahal ia terkena penyakit jantung.
Beberapa Simpul Maiyah bergerak menguatkan ekonomi mikro. Salah satunya Majlis Gugur Gunung, Ungaran. Hamid menjelaskan pihaknya sedang mematangkan konsep pertanian. Tanaman cabai menjadi salah satu unggulan. “Meski di Ungaran Timur, barat, dan selatan masuk zona merah, namun stok bahan pokok di wilayahnya relatif normal,” katanya.
Suluk Pesisiran di Pekalongan, Eko Suprihatin, menandaskan hal sama. Simpulnya tak absen bersama masyarakat untuk terus mengawal sirkulasi ekonomi mikro. “Sekarang sedang direncanakan menjual hasil bumi dengan harga terjangkau,” tandasnya. Istri Gus Asep, lanjut Eko, sedang dirawat di rumah sakit karena batu empedu. Ia meminta doa kepada simpul-simpul lain supaya istri Gus Asep kembali sehat.
Beberapa simpul juga melakukan inovasi kreatif. Maiyah Dua Lapanan, Bandar Lampung, mempunyai alat fogging. Roni Yansyah mengatakan alat tersebut dari dalam kabin mobil miliknya. Terdapat dua alat yang harganya murah. Sebesar 900 watt seharga 900 ribu. Demikian pula Mocopat Syafaat. Anggarista mengatakan telah melakukan eksperimentasi fermentasi probiotik rempah sebanyak 1000 botol.
Di Gresik, Simpul Maiyah Damar Kedhaton, M. Alfian K. membuat lumbung yang diisi dari teman-teman sekitar yang mempunyai kelebihan rezeki. Lalu hasilnya disalurkan ke kerabat Damar Kedhaton yang membutuhkan. “Sudah 10 orang yang menerima,” ucapnya. Jembaring Manah, Jember, menurut pengakuan Terbina menandaskan kalau pihaknya bekerja sama dengan Jamaah Shalawat Al-Ghofilin.
Mereka membuat aplikasi berbasis marketplace untuk memediasi para pedagang supaya bisa berjualan. “Sudah ada 6000 jamaah yang terkoneksi di aplikasi tersebut,” jelasnya. Aplikasinya diberi nama Sholawat Al Ghofilin. Bermula dari aplikasi lirik sholawat, namun sejak pandemi, fiturnya diperlengkapi dengan koneksi jual-beli.
Relatif berbeda dengan Indonesia, kondisi di luar negeri cukup mencemaskan. Ahmad Karim, perwakilan Mafaza, Maiyah Eropa, juga menyiarkan kalau 10 penggiat sekarang sehat semua. Salah satu penggiat, Nafis, sempat dinyatakan positif sejak 30 Maret silam. Selama pandemi, ia bertugas langsung menangani mayat korban Covid-19 di Rumah Sakit Jerman. Sekarang sudah pulih tapi masih isolasi mandiri di rumah.
“Belanda sendiri tidak lockdown tapi masuk zona merah. Ribuan yang terkena tiap hari, seratus lebih meninggal,” ujar Karim. Ia menambahkan pula para pekerja ilegal di Belanda otomatis berhenti dari pekerjaan. Rencananya zakat teman-teman PCI setempat akan disalurkan ke mereka. “Amsterdam saja orang gelap ini sekitar 200 orang,” imbuhnya.
Argo yang saat ini berada di Korea Selatan mengabarkan bahwa penggiat Tong Il Qoryah yang saat ini masih berada di Korea Selatan sebanyak 12 orang dan semua dalam keadaan sehat. Di Kawasan Industri Tek Ho sendiri, ada 3 penggiat yang tinggal berdekatan, sehingga masih bisa saling bertemu di akhir pekan. Ada 22 orang penggiat Tong Il Qoryah yang sudah pulang ke Indonesia kemudian saling bekerja sama dan berkoordinasi untuk membuat sendiri masker di Semarang dan Yogyakarta.
Masker tersebut akan segera didistribusikan kepada masyarakat. Di Korea Selatan sendiri tidak ditetapkan lockdown dan juga tidak ada mekanisme Work From Home. Semua berjalan seperti biasa, karena kesadaran masyarakat di Korea Selatan sangat bagus, mereka tidak keluar rumah kecuali untuk hal-hal yang sangat penting.
Dari Jeddah, Thobib mengabarkan bahwa penanganan Covid-19 di Arab Saudi diambil alih oleh Kerajaan Saudi Arabia (KSA), aktivitas penduduk sangat dibatasi. Warga yang keluar rumah tidak menggunakan masker akan ditangkap oleh polisi setempat. Jam aktivitas sehari-hari pun dibatasi, hanya dari pukul 6 pagi sampai 3 sore, itu pun hanya untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Ada kemungkinan Ibadah Haji tahun ini ditiadakan. Mufti di Riyadh sudah mengeluarkan fatwa bahwa selama Ramadhan nanti, seluruh kegiatan ibadah dilaksanakan di rumah masing-masing, termasuk Sholat Tarawih dan Sholat Ied. Untuk penanganan Covid-19 ini, semua terpusat di Rumah Sakit milik Kerajaan, R.S. Malik Fahd.
Aminullah dari Bangbang Wetan mengabarkan bahwa penggiat Bangbang Wetan sempat ada yang dinyatakan sebagai ODP karena baru datang dari kota yang dianggap Zona Merah. Namun, secara keseluruhan, penggiat Bangbang Wetan sehat semua. Kegiatan rutinan sholawatan di tempat usaha Cak Mad berlangsung seminggu sekali. Beberapa penggiat Bangbang Wetan terjun ke masyarakat untuk membagikan masker dan juga makanan. Aminullah memohon doa untuk kesehatan Hari Widodo yang juga salah satu Koordinator Simpul Maiyah saat ini sedang terganggu penglihatan mata sebelah kanannya.
Sementara itu, kondisi jalan raya sudah mulai ramai lagi, karena masyarkaat mungkin sudah merasa jenuh berdiam diri di rumah. Kondisi demikian mirip di Surakarta. Agung Pranawa, salah satu Penggiat Suluk Surakartan, melaporkan kalau dua minggu silam semua pasien di R.S. Muwardi, Solo, dinyatakan sembuh. Pagi hari jalanan ramai tapi kembali sepi setelah dikabarkan terdapat orang yang positif Covid-19.
Kendati penjarakan fisik diterapkan, angka mudik di Blora naik tajam. Cak Rudd, penggiat Simpul Lumbung Bailorah, mengatakan sekitar 20 ribu pemudik mengerubungi Blora. “Pemudik diperiksa. Kalau ada suhu tinggi disuruh pulang dan periksanya ke bidan desa,” ujarnya. Nahasnya peralatan ADP bidan desa setempat terbatas.
Mas Sabrang yang juga turut menyimak laporan informasi dari teman-teman penggiat Simpul Maiyah menyampaikan bahwa apa yang dilakukan oleh masing-masing penggiat Simpul Maiyah saat ini sudah sangat bagus. Mas Sabrang mengingatkan bahwa ini bukan bencana biasa dan bisa berlangsung lama. Mengenai keluhan persoalan ekonomi, Mas Sabrang menyampaikan bahwa hal yang sama sedang dialami oleh manusia di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia.
Dinamika tiap simpul beraneka rupa tapi bertaut erat: selama pandemi mereka ikut meleburkan diri di masyarakat, mengupayakan kebermanfaatan sosial bagi sesama. Beberapa telah menginisiasi pertahanan pangan mikro. Sesuatu yang sedang Maiyah perjuangkan guna merespons situasi-kondisi yang sedang tak menentu ini.