Puncak Piramida
Salah satu faktor yang menyebabkan kurang gencarnya rasionalisme Islami ialah kurang terbukanya ruang bagi jamaah Kaum Muslimin untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran keislamannya. Mereka terkurung oleh suatu kondisi kultural-psikologis dalam struktur ‘organisasi’ kaum muslimin yang antara lain cenderung selalu memapankan kebakuan-kebakuan formalisme agama.
Latar belakangnya ganda: pertama, pikiran-pikiran bebas dalam kehidupan beragama terlalu ditakutkan akan membuahkan ‘penyelewengan’; penyelewengan itu bisa memungkinkan konflik yang ‘mubadzir’, juga bisa mengancam kemapanan struktural tertentu dalam ‘organisasi keagamaan’ yang untuk Indonesia biasanya sangat terkait dengan struktur-struktur kehidupan bernegara; pemimpin-pemimpin kaum Muslimin kurang percaya kepada jamaah; ada situasi umum di mana jamaah dibiarkan tak berkembang dewasa, ada semacam stabilitas-minded yang dipelihara dengan cara menjaga jamaah untuk tak berkembang secara mandiri.
Kedua, salah satu model sinkretisme kehidupan Islam dengan watak-watak kultural masyarakat kita ialah ‘bagan organisasional’ komunitas Muslimin yang lebih teraksentuasi ke puncak piramida dibanding ke kebersamaan suatu jamaah.