CakNun.com

Perjuangan Traga KiaiKanjeng

Pipink Riveea
Waktu baca ± 2 menit

Malam nanti, Selasa 10 Maret 2020 adalah penampilan ke-4147 Cak Nun dan KiaiKanjeng. Jelas ini merupakan perjalanan sangat panjang dan melelahkan, apalagi bagi Pakdhe-Pakdhe KiaiKanjeng yang kita semua tahu rata-rata usianya sudah tak muda lagi. Begitu juga dengan Simbah, rambut beliau sudah tampak memutih sebagian. Namun, semangat dan keistiqomahan mereka membuat kita para muda-mudi patut sinau dan mbungkuk atas proses juga pencapaian mereka.

Berbagai tempat dan wilayah baik dalam maupun luar negeri sudah mereka arungi. Tentunya tidak sedikit juga mereka dihadapkan pada lokasi dengan medan yang susah ditempuh. Seperti lokasi yang akan ditempati Sinau Bareng ing Padhang Mbulan bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng malam nanti. Negeri Atas Angin, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro adalah sebuah bukit yang berada di ketinggian sekitar 650 meter dan dari puncak bukit ini, kita bisa memandang luas Kabupaten Bojonegoro.

Informasi dari Mas Bekti, kru KiaiKanjeng yang berangkat terlebih dahulu membawa peralatan, medan yang dilalui menuju lokasi penuh dengan tanjakan dan berliku, sehingga menyulitkan pengendara, khususnya roda empat dan lebih. Dari foto-foto yang dikirim Mas Bekti, tampak jalan menuju bukit adalah tanah basah berkelok dan masih banyak batu besar di sekitarnya. Isuzu Traga yang dipakai mengangkut alat-alat musik KiaiKanjeng pun tak luput dari gronjalan dan sempat tersangkut batu hingga ban belakang sebelah kanan meletus.

Berkat cinta dan kasih sayang Allah, Cak Nun dan KiaiKanjeng memiliki kru yang tangguh dan setia. Bersama-sama mereka mengatasi permasalahan yang terjadi. Satu persatu dari mereka dengan ikhlas dan tetap bergembira menurunkan dan mengangkat kotak peralatan untuk dipindah ke mobil pick up yang sebelumnya sudah tiba terlebih dahulu. Sementara Mas Awik, Mas Bekti, dan kru sound dari Paramarta membantu menarik mobil dari kubangan tanah basah dan mengganti ban yang meletus.

Alhamdulillah sekitar satu jam, kendala tersebut sudah bisa teratasi, alat musik dan peralatan lainnya sudah bisa terpasang di atas panggung. Mudah-mudahan, nanti malam Sinau Bareng ing Padhang Mbulan bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng dapat berlangsung dengan lancar dan sukses.

Kesuksesan sebuah acara tidak hanya karena pengisi acara dan orang-orang yang tampil di depan, tetapi juga karena tenaga, pikiran, dan doa dari para kru yang ada di belakang panggung, yang tak pernah tampak di depan dan terkadang juga luput dari sekadar ucapan terima kasih. Sudah semestinya pula kita ikut sinau pada kepada mereka. Bukankah sinau itu bisa kepada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja?

Terima kasih untuk Pak Erfan, Mas Bekti, Mas Awik, Mas Yudhis, dan semua kru yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Barakallah.

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Exit mobile version