CakNun.com

Pengorganisasian Masyarakat

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 1 menit

Membicarakan pengorganisasian masyarakat kebanyakan orang salah-kaprah karena berpatok semata pada konsep Community Development. Community Development titik beratnya pada pembangunan ekonomi. Parameternya adalah perkembangan atau kemajuan ekonomi. Ia diukur secara kuantitatif. Sebagai contoh, panen sawah satu kuintal belum dinilai cukup, maka ia terus digenjot sampai menjadi lebih besar. Namun, tidak demikian dalam pengorganisasian masyarakat.

Pengorganisasian masyarakat selalu dimulai dari pengorganisasian pikiran. Titik beratnya harus pada pendidikan kritis. Di sini letak consciousness menjadi penting dan relevan. Pengorganisasian masyarakat dan pikiran niscaya mengandalkan pola bertatap muka secara langsung. Situasi pandemi sekarang tidak memungkinkan hal itu terealisasi. Kita harus lebih kreatif, mendayagunakan teknologi, mengorganisir masyarakat melalui sarana online.

Kalau kita membicarakan teknis di lapangan, prinsipnya kita berangkat dari kebutuhan orang atau masyarakat setempat. Kita harus berangkat dari strategi, terutama mengetahui teritori, baik skala RT, RW, atau lebih luas. Makna teritori ini juga bisa dimaknai sebagai profesi. Berpijak pada nilai kebersamaan hal demikian bisa dimungkinkan untuk menodorong solidaritas komunal.

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:

Lainnya

Belum Aqil Baligh

Belum Aqil Baligh

Media-media ribut soal hak anak. Ada situasi yang membuat anak-anak kehilangan hak bermain, hak asuh, hak Pendidikan dll gara-gara pandemi Covid-19 ini.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Exit mobile version