Pala Pendhem
Bagi masyarakat pedesaan, polo pendem (Pala Pendhem) atau umbi-umbian sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Selain bisa digunakan sebagai makanan alternatif pengganti makanan pokok, dalam banyak tradisi masyarakat, polo pendem sering juga digunakan dalam berbagai acara-acara tradisional. Misalnya seperti acara Tingkepan atau tujuh bulanan kehamilan.
Bagi manusia, keberadan tanah itu sangat sakral sebagai sumber penghidupan. Hal ini juga yang melatarbelakangi kenapa dalam acara-acara tradisional sering menggunakan polo pendem sebagai bagian atau perlengkapan acara. karena polo pendem itu hidup di tanah sedangkan manusia itu sendiri berasal dari tanah.
Didalam Al Quran sendiri disebutkan bahwa “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah,” (QS. Al-Mu’minun: 12). Hal ini menyiratkan dengan jelas tentang kebesaran sang pencipta alam semesta beserta isinya.
Sebagai mahluk yang diciptakan paling sempurna, sudah sepatutnya manusia senantiasa belajar tentang keberadaannya di dunia ini. Sangkan paraning dumadi, dari mana manusia berasal dan akan kemana kembali. Berkesadaran bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah kembali ke titik awal diciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. sehingga dalam menjalani kehidupan bermasyarakat pun orientasi kita harus mendekati nilai-nilai keilahian.
Kita melingkar kembali dalam Kajian bulanan Sinau dan Bergembira Bersama Maiyah Dusun Ambengan Edisi 55, yang gelarannya akan berlangsung pada Sabtu 14 Maret 2020 Jam 20.00 WIB, di Rumah Hati Lampung, Desa Margototo, Metro Kibang, Lampung Timur.