CakNun.com

Niteni, Nirukke, lan Nambahi-nya Pak Iman Budhi Santosa

Amin Ungsaka
Waktu baca ± 2 menit
Sastraliman, 05 November 2019. Foto: Adin (Dok. Progress).

“Niteni, Nirukke, dan Nambahi” adalah insight yang saya dapatkan dari Pak Iman Budhi Santosa, pada saat beliau menjadi mentor pada sinau kepenulisan sekitar Januari 2020 di Rumah Maiyah.

Waktu itu Pak Iman mengutip 3 kata itu yang bersumber dari Ki Hadjar Dewantoro, supaya menjadi pijakan para peserta kepenulisan agar lebih kreatif dan orisinal dalam menulis. Karena, menurut Pak Iman, penulis itu tidak ujuk-ujuk ahli dalam menulis tanpa mengalami proses niteni: belajar dan membaca semua peristiwa di sekitar, nirukke: menirukan cara dan gaya menulis orang-orang yang sudah ahli dalam menulis, dan diakhiri dengan nambahi: dari apa yang sudah ditirukan lantas dikoreksi dan ditambahi — yang pada akhirnya menemukan keontentikan diri kita dalam hal menulis.

Sangu insight tentang menulis itu saya bawa pulang, lupa untuk dibaca ulang dan tenggelam dalam note di gadget. Padahal Pak Iman Budhi Santosa adalah contoh nyata dari aktualisasi dari kata Niteni, Nirukke, dan Nambahi, yang sudah menuliskan banyak buku bernapaskan Jawa. Tapi ilmu titen saya masih diragukan, karena masih tak menghiraukan laku lampahe Pak Iman Budhi Santosa yang menjadikan menulis sebagai ladang dakwah untuk mengenali jatidiri pembaca, terutama tentang Jawa.

Dari sekian buku karya Pak Iman Budhi Santosa, hanya satu yang saya miliki, buku itu berjudul Spiritualisme Jawa, juga terlupa untuk membacanya, untuk mengaktualisasi 3 kata itu masih jauh kiranya. Sebab buku itu belum saya baca, hanya saya tumpuk dengan buku bacaan yang lain.

Setelah saya mengetahui kabar kepundut-nya Pak Iman Budhi Santosa, kesadaran menarik tali ingatan persentuhan saya dengan Pak Iman Budhi Santosa. Dari kabar itu saya diingatkan bahwa saya punya buku karya Pak Iman Budhi Santosa yang lupa dibaca. Saya diingatkan juga tentang pertemuan bersama, ketika beliau menjadi mentor sinau kepenulisan pada januari 2020 di Rumah Maiyah. saya juga langsung membuka note poin-poin penting yang saya catat di gadget.

Setelah saya klik dan baca kembali catatan insight yang saya dapatkan dari Pak Iman, seperti ada yang membisiki bahwa kepergiannya adalah kabar. Kepulangan beliau menuju Yang Maha Abadi merupakan kabar untuk mengingatkan saya untuk kembali belajar niteni, nirukke, lan nambahi. Setidaknya niteni laku lampahe beliau selama hidup, berusaha sebisa mungkin nirukke, dan perlahan nambahi dari ilmu yang saya tirukke dari beliau, sebagai bagian dari pengembangan proses belajar menjadi manusia yang otentik.

Pak Iman Budhi Santosa, lantaran panjenengan niteni laku lampahe Jawa, lantas nirukke salah satunya dengan berbagi sejarah, laku, intisari ajaran Islam dan Jawa lewat tulisan-tulisan Panjenengan. Semua demi nambahi tresno seduluran, dan Kanjeng Nabi Muhammad, maka semoga juga Kanjeng Nabi nambahi cintanya kepada Panjenengan, yang berbuah syafaat menuju swargi langgeng.

Surabaya, 10 Desember 2020

Lainnya