CakNun.com

Muhasabah Corona

Corona, 2
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 2 menit

Saya memohon kepada Jamaah Maiyah untuk berkenan menghimpun data dan meneliti seberapa banyak Tuhan ada di alam pikiran semua pihak yang kini sedang suntuk mengantisipasi Pandemi Covid-19. Apakah Tuhan ada dalam perspektif berpikir mereka, disebut dalam pernyataan-pernyataan mereka, atau disadari bahwa tidak mustahil salah satu pemeran di balik kasus Corona ini adalah Tuhan sendiri.

Covid-19 adalah produk, pasti ada produsennya. Adalah akibat, pasti ada sebabnya. Adalah hilir, pasti ada hulunya. Adalah makhluk, pasti ada Khaliqnya.

Mungkinkah menemukan terapi suatu penyakit, kalau diagnosisnya tidak menemukan akar masalahnya? Mungkinkah Al-Qur`an dihayati kalau tidak dari dan dengan Al-Fatihahnya? Mungkinkah bahasa dipahami kalau tidak mengenali Ibu-nya? Mungkinkah sesuatu yang harus disembuhkan dalam kehidupan ini, pelaksanaan penyembuhannya tercapai tanpa berlandaskan asal-usul riil dan sejatinya? Mungkinkah paran ditemukan tanpa memahami sangkan-nya?

Paradaban ummat manusia abad 21 adalah peradaban ilmiah dan teknologis yang canggih. Adakah bangunan gedung yang kokoh kalau tidak benar dan tidak tepat fondasinya? Apa akar masalahnya sehingga masyarakat dunia yang sudah bisa terbang ke Bulan dan menerbangkan gerobaknya ke Mars, yang sanggup membikin bom nuklir yang menghancurkan satu benua bahkan sedunia, yang mampu memproduksi berbagai macam kecanggihan artifisial yang sering ditayangkan sekan-akan sedang melayani kompetisi dengan kecanggihan Tuhan dalam menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau membikin sesuatu yang baru berdasar sesuatu yang lama?

Para Ulul Albab milenial yang berhasil menciptakan Quantum Teleporter, Q-Teleportation telah berhasil pada objek yang lebih kecil berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, 360º 3-D Holographic Displays, Lightsaber (Pedang Laser), JetPack, Military, exoskeleton prototype, Flying Car, Flying Saucer, Virtual Goggles—tidaklah masuk akal bisa dicemaskan oleh sebuah benda amat sangat kecil yang disebut Coronavirus atau Covid-19.

Maka sekali lagi saya memohon kepada Jamaah Maiyah untuk melakukan penelitian tentang hal itu. Siapa yang menciptakan Covid-19? Kenapa ia diciptakan? Kenapa sekarang ditanamkan dan disebarkan? Atas dasar perkara apa? Kenapa tanaman perintisnya dipilih Wuhan China? Kalau Covid-19 adalah akibat, ia diselenggarakan atas sebab apa? Apakah ‘akibat’ itu merupakan semacam balasan atau hukuman? Siapa yang membalas dan menghukum? Kesalahan apa yang dibalas dan dihukum? Seberapa besar kesalahan itu sehingga balasan dan hukumannya sampai sedemikian dahsyat dan bagaikan Kiamat Kecil? Siapa yang bersalah? Sekelompok manusia, atau satu bangsa manusia, ataukah seluruh ummat manusia sedunia?***

Jakarta, 17 Maret 2020

Lainnya

Kehangatan di Gua Sophisticated

Kehangatan di Gua Sophisticated

Kebahagiaan keluarga Cak Nun kemarin sore sangat kental dan saya ikut larut dalam kebahagiaan itu. Tidak ada script, tak ada skenario, tak ada director. Semuanya nyata!

dr. Eddy Supriyadi, SpA(K), Ph.D.
dr. Eddot
No News Means Good News

No News Means Good News

Sebenarnya tak perlu ditagih tentang tulisan ini karena Cak Nun juga sudah lama sekali sejak dulu mewanti-wanti agar selalu menulis, menulis, dan menulis. Begitu ada inspirasi, kalau tidak segera dituangkan dalam bentuk tulisan maka akan kehilangan momentum.

dr. Eddy Supriyadi, SpA(K), Ph.D.
dr. Eddot
Exit mobile version