CakNun.com

Milik Allahlah Spirit dan Power Itu

Fayo Umar
Waktu baca ± 2 menit
Foto: Adin (Dok. Progress)

Dalam keadaan pandemi saat ini, mari kita memperbanyak dzikir, membaca wirid, atau membaca surat Al-Fatihah untuk Nabi Muhammad SAW, para malaikat. Semoga kita berada dalam naungan pancaran energi syafaat dan penjagaan Allah Swt.

Marilah berprasangka baik kepada Yang Ghoib, bahwa jumlah para malaikat jauh lebih banyak, bahkan miliaran kali lipat dari jumlah partikel virus Corona yang saat ini sudah menyebar ke hampir semua negara.

Virus Corona, karena saking lembutnya, seperti udara yang tidak berbentuk namun bisa dirasakan kehadirannya. Atau seperti kentut yang terdengar suaranya dan tercium baunya tapi tidak terlihat kepadatannya.

Yang tidak terlihat itu sesungguhnya ada dan hadir di sekitar kita. Kelembutan yang sangat-sangat lembut itu sering tidak bisa dikendalikan gerakannya. Penyebarannya begitu cepat tanpa kita sadari sepenuhnya.

Sebagaimana udara yang menjadi bahan paling vital untuk kebutuhan organ pernapasan, kita sering lengah Siapa yang mengendalikannya. Dialah Allah Swt. Padahal, esensi perjuangan hidup manusia adalah kembali kepada Dia. Adapun peran manusia sebagai khalifah di bumi adalah mengelola alam semesta agar selamat di hadapan-Nya.

Karena itu, ada dua kenyataan yang tak terpisahkan dalam perjuangan hidup manusia, yaitu spirit dan power.

Spirit adalah “gairah” perjuangan. Power adalah “kekuatan” keyakinan. Jika dihubungkan dengan keadaan pandemi sekarang, spirit adalah “gairah” perjuangan menjaga diri, keluarga dan lingkungan sekitarmu. Sedangkan power adalah “kekuatan” keyakinan bahwa Allah melindungi kita semua.

Gairah perjuangan ini membuat kita tidak merasa dumeh, tidak merasa paling sehat di antara manusia yang lain. Kita jadi lebih waspada terhadap segala bentuk sikap “besar kepala” serta terhindar dari kesembronoan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Namun, segala bentuk “gairah” perjuangan itu bukan kepastian objektif bahwa kita pasti selamat dan tidak bisa sakit. Upaya logis kemanusiaan itu tetap disandarkan pada “kekuatan” keyakinan terhadap Allah Swt yang innahuu ‘alaa kulii syai-in qodiir. Kita jadi lebih rendah hati. Kepala menunduk. Sumeleh terhadap rangkulan Rahman Rahim-Nya.

Jadi, spirit adalah “gairah” menjaga kewaspadaan. Sedangkan power adalah “kekuatan” keyakinan untuk sumeleh kepada-Nya. Spirit dan power, gairah dan kekuatan, ini sesungguhnya berasal dan akan kembali kepada-Nya juga.

Pasuruan, 27 Maret 2020

Lainnya