CakNun.com

Mensyukuri 14 Tahun Bangbang Wetan

Amin Ungsaka
Waktu baca ± 4 menit
Malam ini Bangbang Wetan genap berusia 11 tahun. Acara digelar di halaman TVRI Surabaya.
11 Tahun Bangbang Wetan di Halaman TVRI Surabaya.

September merupakan momentum bersejarah bagi Bangbang Wetan. Empat belas tahun lalu, tepatnya pada September 2006, Bangbang Wetan lahir semburat menampakkan keadaan dan keberadaannya di Balai Pemuda Surabaya.

Bangbang Wetan lahir dan hadir mewarnai pengetahuan dan prinsip hidup arek-arek Suroboyo dengan prinsip egaliter (duduk sama rata, belajar dan bersama dalam satu nilai). Bangbang Wetan merupakan ruang yang bebas untuk ngudoroso bagi semua orang yang hadir dan ruang untuk menemukan solusi bersama dari permasalahan yang sedang kita alami. Dan menegaskan jatidiri kita sebagai arek etan.

Bangbang Wetan juga mewarnai sikap arek-arek Suroboyo yang cinta Persebaya. Ketika mbonek mereka lebih arif dalam mengekspresikan cintanya kepada klub Persebaya, dengan tertib di jalan dan menjaga sportivitas dengan suporter tim lain. Dalam kesadaran, Bonek juga mulai menyisipkan shalawat untuk menjadi bagian terpenting yang perlu digelorakan di tengah stadion ketika mendukung tim kebanggaan, sehingga cintanya mendalam dan menambah semangat, tak hanya kepada Persebaya juga kepada Kanjeng Nabi.

Kalau didaftar yang hadir adalah mulai dari pejabat, dosen, seniman, guru, siswa, mahasiswa, santri, pedagang kaki lima, bakul akik, bakul kopi, penjual rokok, kolonel, intel, preman, bonek, pegawai klub malam, pegawai mall, gojek, dan masih banyak yang lain yang kami sendiri masih terus mendata dalam ingatan. Melengkapi wacana, pengetahuan, pemahaman segala lapisan, jabatan, dan status sosial yang hadir tersebut sebagai modal untuk terus berusaha menjadi manusia, juga syukur alhamdulillah ada yang meneruskan sampai pada derajat khalifatullah.

Bangbang Wetan dari generasi awal Wak Mad, Pak Dudung, sampai Cak Amin, Mas Hari, Mas Very, hingga sekarang generasi Yasin dan H. Rohman tetap berusaha menjaga keistiqamahan dalam penyelenggaraan rutinan Bangbang Wetan dan berusaha sepenuh hati melayani jamaah yang setia hadir dalam kebersamaan sinau mencari hakikat hidup di Bangbang Wetan pada setiap bulannya. Dalam rentang sejarah itu, warisan nilai yang tetap terjaga serta dapat kami rasakan sampai sekarang adalah: bekerja dengan sepenuh hati, berendah hati, istiqamah, ikhlas, gak golek rai, tak mencari kepentingan, setia pada apa yang benar bukan siapa yang benar, dan gondelan jubahe Kanjeng Nabi.

Ada cerita tentang rasa syukur yang kami rasakan selama di Bangbang Wetan dan akan kami ceritakan kepada jenengan semua. Rasa syukur yang pernah kami rasakan adalah ketika kami berencana menyelenggarakan acara-acara besar atau momentum penting seperti sekarang ini—yang membutuhkan ongkos finansial besar, sedang kondisi finansial Bangbang Wetan sedang limit. Maka ketika rapat koordinasi kita semangati diri kita dengan,” tenang ae, Gusti Allah soge”. Pusaka kalimat itu menjadi sugesti yang ampuh pada diri kami untuk bekerja sepenuh hati dan menjaga solidaritas dalam kebersamaan untuk mempersiapkan segala kebutuhan di setiap acara tanpa ada keraguan sedikit pun.

Seiring berjalannya persiapan demi persiapan acara tersebut, keteguhan hati kami dijawab oleh Allah dengan mendatangkan rezeki: mencukupkan segala sesuatu yang kita butuhkan pada saat itu—yang datangnya dari arah yang tak kami duga sebelumnya. Sehingga melahirkan kepuasan batin dan rasa syukur karena perjuangan kami berbuah kesuksesan atas pertolongan Allah.

Namun semenjak ada tamu pandemi ini, kita yang berada pada zona nyaman harus mencari cara baru untuk tetap bisa melayani jamaah untuk tetap memiliki ruang sinau dan memecahkan masalah bersama. Pada bulan awal-awal pandemi sekitar Maret, April, dan Mei kita berinisiatif untuk melangsungkan rutinan Bangbang Wetan dengan live streaming Youtube Bangbang Wetan, sehingga jamaah dapat tetap belajar, menyampaikan uneg-uneg, mengkaji permasalahan untuk menemukan langkah yang solutif untuk kita lakukan ke depan. Dan ketika kondisi sudah mulai penormalan baru, kita kembali lagi mengadakan rutinan bertatap wajah secara terbatas melalui undangan dan tetap live streaming Youtube di SMK Prapanca — tetap patuh pada protokol kesehatan.

Momentum ulang tahun kali ini tak bisa kita ulangi seperti ketika peringatan 12 tahun itu yang kita asyik dalam kegembiraan bersama — tumplek blek di Balai Pemuda, Surabaya. Atau ketika 13 tahun kita asyik dalam kegembiraan bersama Mas Sabrang dan Letto di halaman TVRI Surabaya.

Kami menyadari betul betapa kangennya Njenengan semua untuk kumpul kembali di Bangbang Wetan seperti sediakala. Terbaca, banyak jamaah yang bertanya melalui direct message ke akun official tentang info terbaru kapan dimulai lagi rutinan Bangbang Wetan. Ada banyak juga yang sampai sekarang nge-tag akun official yang berisi foto momen ketika hadir di Bangbang Wetan dan disertai tulisan yang memancarkan ungkapan kerinduan untuk segera berkumpul kembali dalam kegembiraan di Bangbang Wetan.

Semua kerinduan itu juga sangat menguat pada diri kami untuk bekerja dan melayani Njenengan semua dengan sepenuh hati di Bangbang Wetan. Tapi untuk saat ini kita harus berpuasa dalam kerinduan berkumpul kembali. Dan menemukan cara baru untuk mensyukuri kelahiran Bangbang Wetan yang ke-14 pada September 2020 ini di tengah Penormalan Baru.

Dengan berat hati, kami tak bisa mengundang saudara semua yang memiliki ikatan sejarah, ikatan emosional, ikatan intelektual, dan ikatan batin yang mendalam kepada Bangbang Wetan untuk datang menghadiri acara puncak yang masih kami rencanakan. Keputusan yang kami ambil merupakan bentuk kebijaksanaan sosial di tengah Penormalan Baru.

Kami berharap, kita tetap meneguhkan rasa syukur kita dalam memperingati kelahiran Bangbang Wetan dengan cara kita masing-masing. Mungkin ada yang memulainya dengan mewiridkan wirid Kelembutan Muhammad, Wirid Maiyah, atau Shalawat dari rumah masing-masing(sak ikhlase). Saling mendoakan dengan hadiah Al-Fatihah kepada Para Marja’ dan sesepuh kita semua. Boleh dengan memposting dari akun media sosial masing-masing: kisah dan pengalamannya bermaiyah di Bangbang Wetan dengan disertakan #14ThBangbangWetan. Ada yang nge-tweet atau nulis di Inter Face maupun grup Bangbang Wetan di Symbolic.id pengalaman bermaiyah dan kegembiraannya selama di Bangbang Wetan. Atau ada yang memiliki inspirasi atau swadaya yang ingin disedekahkan kepada kami, silahkan hubungi melalui direct message akun ofisial media sosial Bangbang Wetan.

Mari kita isi bulan September ini dengan kisah dan pengalaman kegembiraan kita selama ini dengan Maiyah dan Bangbang Wetan. Sebagai suatu cara meneguhkan rasa cinta kita kepada Allah, Rasulullah, Islam, Maiyah, Mbah Nun, Para Marja’, dan saudara kita.

Terima kasih kepada saudara semua yang setia dan istiqamah kepada Maiyah dan Bangbang Wetan, untuk berusaha menjalankan nilai-nilai Islam dan menjaga ikatan al-mutahabbina fillah di antara kita, sehingga berbuah manfaat bagi sekitar kita.

Surabaya, 3 September 2020

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Maiyah Penangkal Petir

Maiyah Penangkal Petir

Memasuki tahun 2022, Kenduri Cinta kembali diselenggarakan secara offline.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta