CakNun.com

Membaca Ruang Kosong Di Tengah Derasnya Corona

Amin Ungsaka
Waktu baca ± 2 menit

Di tengah ketidaksadaran kita dalam menjalani hidup. Waktu bergulir begitu saja, kehadiran makhluk yang bernama derita, tergesa-gesa dan kesumpekan menemani perjalanan kita yang tanpa disadari berkonsentrasi mengejar dunia, yang dunia sendiri lari karena tak mau kita kejar.

Nafas tersengal, setiap hari ditemani keletihan dan rasa payah sehingga yang paling kita butuhkan setiap saat adalah istirahat. Istirahat terasa sangat mahal harganya, sehingga oleh sebagian orang dikapitalisasi dan ditafsirkan dengan tersedianya game online, warung kopi atau cafe, restoran, go food, pijat relaksasi, wahana atau taman bermain, seminar motivasi, lagu ambyar dan bahkan acara stand up comedy yang sekarang ini sangat digemari untuk sekadar tertawa. Sebab istirahat atau relaksasi sekarang sangat sulit dilakukan di tengah keterhimpitan terhadap segala hal yang kita mau tidak mau harus menghadapinya.

Sebelum kita sembuh dan dewasa terhadap segala keterhimpitan, kita ditantang lagi untuk menghadapi pandemi Corona atau covid-19 yang membuat hampir seluruh penduduk bumi ketakutan olehnya. Kehadiran Corona seperti dua sisi mata uang: di satu sisi menguji mental kita terhadap Corona itu apakah semakin merasa takut mati bahkan takut kelaparan akibat chaos yang diakibatkan oleh pandemi Corona tersebut. Di satu sisi menyadarkan kita untuk lebih eling dan waspada terhadap kesehatan diri kita dan lingkungan sekitar kita. Menjaga kesehatan diri juga bisa diartikan bertafakkur, merenung, meningkatkan spiritualitas kita atau berusaha lebih dekat kepada Allah. Sang Pemilik kehidupan kita. Kesehatan lingkungan dengan mengurangi rasa angkuh atau merasa takabur kita terhadap bumi sehingga bersikap semena-mena dan mengeruk kekayaan alam sesuka hati, bukan malah mengelola sesuai panduan Tuhan.

Kita mengoreksi segala hal yang sudah kita perbuat selam ini, sebagai mana yang sudah Mbah Nun tulis “Lockdown 309 tahun”. Sepemahaman saya, di tengah semua hal yang menyangkut hubungan banyak orang di-lockdown oleh pemerintah, untuk mengurangi meluaskan penyebaran Corona tersebut, Mbah Nun mengajak kita me-lockdown diri dengan masuk ke dalam diri: mengoreksi segala hal yang sudah kita perbuat selama ini, bertafakkur, merenung, dzikrullah atau bersholawat dan mewiridkan wirid kelembutan Muhammad. Sebagai suatu cara kita memohon syafaat Kanjeng Nabi agar disambungkan roso kita kepada Allah. Mengadukan langsung segala hal yang kita alami berdasar ketidakberdayaan dan kelemahan kita kepada Allah.

Sebab Allah sedang me-reboot sistem software kehidupan yang tengah berlangsung di muka bumi ini. Setelah semua yang berlangsung sampai saat ini, hanya berakibat kerusakan atau ketidakseimbangan bagi ekosistem kehidupan kita sebagai khalifah serta alam sebagai obyek yang kita diamanahi untuk mengelolanya.

Salah satu langkah kita me-lockdown diri sementara waktu di gua “Ashabul Kahfi” diri supaya apa yang sedang Allah kerjakan melalui tangan-tangan malaikat-Nya tidak berakibat suatu hal yang serius, yang kita sendiri belum siap menerimanya sehingga kita menyebutnya sebagai bencana.

Semoga yang berlangsung hanya perpaduan antara wujud kasih sayang Allah — karena melihat ketidakseimbangan akibat kekurang tepatan sikap dan tatakelola kita. Dan dengan harapan Allah supaya kita segera sadar bahwa sebenarnya kita hanya hamba Allah. Bukan merasa Tuhan yang bertindak sesuka hati dengan hasrat kuasa-Nya kepada manusia, bumi dan kehidupan.

Agar pada puncak ketakutan kita terhadap kepungan hujan deras Corona ini lahir kesadaran bahwa “la ilaha ilallah, la malika ilallah, la rabba ilallah. Muhammadur Rasulullah” dalam hati yang menggetarkan antivirus atau vaksin dari ruang kosong kesadaran menghadapi derasnya Corona, menjadi getaran perlawanan kita terhadap Covid-19 dan ke-Corona-an atau kekafiran kita terhadap Tuhan selama ini. Coronalladzi yuwaswisu fi shudurinnas.

Surabaya, 24 Maret 2020

Lainnya

Keluarga Maiyah dan Tadabbur Corona

Keluarga Maiyah dan Tadabbur Corona

Alhamdulillah setelah bertahun-tahun tidak pernah berkesempatan bermaiyah, akhirnya pada 13 Maret 2020, saya diperjalankan mengikuti acara Kenduri Cinta (KC) kembali.

dr. Ade Hashman, Sp. An.
Ade Hashman