CakNun.com

Khomsun Wa Khomsun Maiyah Atas CoronaVirus

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 2 menit

5 MANTHIQ

  1. Tak seorang pun kecuali Allah yang mengetahui ‘ainul hal dan asbabun nuzul Coronavirus: kenapa dilimpahkan saat-saat ini, kenapa dari Wuhan Negeri China ke seluruh dunia, dan berbagai kenapa lain di sekitarnya.
  2. Tak satu makhluk pun di seluruh di bumi yang berposisi sanggup menjamin dirinya merdeka dari limpahan Coronavirus. Termasuk manusia yang paling sehat badannya, paling benar kehidupannya, serta paling baik akhlak dan perilakunya.
  3. Manusia yang terlimpahi Coronavirus belum tentu manusia paling berdosa, dan yang terhindar darinya belum tentu manusia yang paling berpahala. Semua regulasi dan sebab akibat dalam kehidupan manusia berada mutlak dalam lingkup INNALLOHA ‘ALA KULLI SYAI`IN QODIR dan MIN HAITSU LA YAHTASIB Allah swt yang manusia tak mampu menghitungnya dengan ilmu setinggi apapun dan pengetahuan seluas apapun.
  4. Jika Coronavirus adalah adzab dan balasan Allah: Yang paling mendekati batas rasionalitas manusia adalah Coronavirus itu dilimpahkan oleh Allah Swt atas dasar dua sebab. Pertama: sikap takabbur, kesombongan dan pengingkaran ummat manusia dalam peradaban abad 21 terhadap ada dan peran Allah Swt atas kehidupan mereka—melebihi Iblis. Manipulasi mereka atas nilai-nilai hakiki kehidupan, melampaui Dajjal. Serta keserakahan dan tak tahu batas nafsu mereka melebihi Ya’juj Ma’juj. Kedua: Kebudayaan dan sikap hidup global ummat manusia yang hampir seluruh pembangunan kebudayaannya sangat jelas menomorsatukan keduniaan, materialisme dan hedonisme — sekaligus meremehkan Allah swt dengan konsep Akhirat-biYadihil KHOIR-Nya.
  5. Allah Swt melimpahkan Coronavirus bisa merupakan adzab, hukuman dan balasan, atau bisa juga merupakan rahmat, ujian atau peringatan—bergantung pada pilihan, sikap, positioning yang diambil oleh manusia sendiri.

5 MAKHRAJ

  1. Jamaah Maiyah sudah memperoleh anjuran untuk menjernihkan pikirannya dari “dhonnun salibiyun” atau prasangka-prasangka intelektual yang mengandung destruksi; membersihkan hatinya dari takabbur, sombong, mungguh dan GR; mensucikan jiwanya dari “aba wastakbara” (Bertasbih dari dimensi dan energi Iblis) sampai urusan yang sekecil-kecilnya.
  2. Jamaah Maiyah mengukuhkan kesadarannya bahwa sebagai hamba Allah mereka berposisi tergantung mutlak kepada kemurahan Allah Swt. Tempat tinggal kehidupannya adalah di wilayah “semoga”, profesi utamanya adalah tawadldlu’ berhati-sujud di depan kaki Allah, ideologinya adalah tawakkal, jihad utamanya adalah sumeleh kepada qadla qadar Allah, ujung tujuannya adalah minimal tidak dimurkai oleh Allah Swt.
  3. Jamaah Maiyah meneguhkan kebiasaanya untuk mentradisikan kesehatan jiwa dan raga mereka. Mendayagunakan anugerah Allah di alam untuk mengolah dan merawat kesehatannya. Memelihara kesucian diri dengan menjaga wudlu sepanjang siang dan malamnya.
  4. Jamaah Maiyah mengaplikasikan firman-firman Allah sebagai dzat penjaga kesehatan dan kearifan hidup mereka. Mengqur`ankan ruang dan waktunya sepanjang siang dan malamnya. Mewiridkan sebanyak mungkin AYAT KURSI, TIGA QUL, DOA LA YADHURRU, LUTHFI MUHAMMAD, YA HAFIDH dll yang Allah Swt memberi petunjuk kepada Jamaah Maiyah.
  5. Jamaah Maiyah menetapkan JIWA TAWAKKAL, BERSERAH DIRI SECARA SEPENUH-PENUHNYA KEPADA KETENTUAN ALLAH, MENGAQALI DAN MENGHIKMAHI SEGALA BENTUK MIN HAITSU LA YAHTASIB DARI ALLAH, MENADAHI APAPUN KETENTUAN ALLAH DENGAN SIKAP IMAN DAN CARA BERPIKIR ISLAM.

Jamaah Maiyah melaksanakan prinsip dan panduan di atas dengan kedaulatan, kecerdasan dan hikmah di lingkaran masing-masing.

Jakarta, 15 Maret 2020
Muhammad Ainun Nadjib

Lainnya

Khalifah Islam dan Khilafah Silmi

Khalifah Islam dan Khilafah Silmi

Konsep Silmi membukakan jalan agar seorang tukang jahit di pinggir jalan bisa diterima oleh Allah tanpa menjadi warga negara sebuah Negara Khilafah.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Exit mobile version