Ketika Berada dalam Kegelapan
Menurut para sesepuh dan cerdik pandai di Jawa, siapa pun yang nemoni pepeteng (mengalami kegelapan hidup) jangan buru-buru bergerak atau bertindak. Apabila grusa-grusu (ceroboh, asal bertindak tanpa perhitungan), yang namanya kala (halangan) dan wisuna (suka mengadu, panjang lidah) sudah menunggu di mana-mana. Tangan baru kumlawe (bergerak) sudah nyampe (menampar) gelas, melangkah setindak nabrak cagak, dan sebagainya.
Maka dari itu, ketika berada dalam kegelapan, pertama-tama yang dianjurkan adalah nentremke pikir, madhangke ati, nguripake rasa (menenteramkan pikir, menjernihkan hati, menghidupkan perasaan). Apabila upaya tersebut berhasil, romya-romya (remang-remang) keadaan sekitar bakal mulai nampak, dan apa yang harus diperbuat dapat direncanakan pelan-pelan. Sebelum titik terang mengejawantah seluruh perbuatan dapat menjadi salah.