Ketergantungan Kepada Tuhan
Mawlana Rumi berkata: “Apa pun yang dilakukan oleh manusia tetap berorientasi ke Tuhan, baik disadari maupun tidak, tetapi akan menjadi ideal jika disadari”.
Boleh jadi, dalam konteks itulah Tuhan berpesan kepada utusan-Nya agar menganjurkan umatnya meniatkan segala sesuatu hanya demi Tuhan. Namun, otoritas keagamaan menafsirkan pesan itu sebagai perintah membaca niat yang berimplikasi hukum, sehingga legalitas setiap perniatan ditentukan olehnya, atau tergantung kepadanya.
Karena sudah sekian lama terpenjarakan dalam “akuarium raksasa” yang disebut mainstream, manusia tidak menyadari betapa ketergantungannya kepada Tuhan bisa jadi telah dieksploitasi oleh pemangku otoritas keagamaan — yang selalu berbicara dan menetapkan aturan-aturannya atas nama Tuhan. Sementara Tuhan, melalui firman-firman-Nya dalam kitab suci, tak henti-hentinya mengajak manusia untuk menggunakan potensi-potensi intelektual serta bakat yang dianugerahkan kepadanya — bahkan meminta pertanggung jawaban atas semua itu — untuk merealisasikan kemandiriannya.
Kemandirian adalah pilar utama membangun peradaban yang pada gilirannya, menjadi misi kenabian.