Kesatuan Ihsan dan Tawadhu’
Surat an-Nisa’ ayat 36 memuat perintah untuk berbuat ihsan langsung setelah perintah-Nya untuk menyembah Allah. Dijelaskan bahwa perbuatan ihsan itu pertama-tama diperuntukkan kedua orangtua, kemudian berturut-turut kepada keluarga atau karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, sahabat dekat atau teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Ayat ini ditutup dengan pernyataan “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”
Ini mengisyaratkan bahwa perbuatan ihsan itu mesti dilakukan dengan tawadhu’ atau rendah hati, tidak dengan sikap sombong, merasa dirinya paling berjasa karena telah melakukan perbuatan ihsan. Tawadhu’ harus menyatu dan merupakan bagian tak terpisah dari ihsan.