Kemelut Manusia dan Kezaliman Pemerintah
Selasa malam, 13 Oktober 2020, take Mocopat Syafaat edisi Oktober ini berlangsung di Rumah Maiyah Kadipiro. Malam itu Mocopat Syafaat dihadiri tamu Habib Hasan Dalil, Habib Ahmad, tiga orang habib lain. Persinggungan mereka dengan Cak Nun, seperti aku Habib Ahmad dari Pekalongan, telah dimulai sejak dirinya berkuliah di Yogyakarta. Sudah lama mereka tak berjumpa Cak Nun. Maka malam itu mereka bersyukur karena silaturahmi itu terwujud kembali.
Tentu Habib Hasan mengenang sejak dulu sampai sekarang Cak Nun terus mendampingi orang-orang yang terpinggirkan. “Beliau juga menjahit orang-orang yang saleh, sehingga apa yang dilakukan beliau selama ini sangat bermanfaat bagi orang banyak,” ucapnya. Itu kenapa dirinya masih akrab dengan Cak Nun, kendati jarang bertatap muka langsung. Kedekatan ini juga karena mereka sama-sama pencinta shalawat.
Sejumlah shalawat dibawakan KiaiKanjeng malam itu menambah kekhusyukan dan mengobati kerinduan di antara jamaah terbatas yang datang.
Ada satu topik menarik yang disampaikan Habib Hasan. Ia mengawali diskusi dengan membentangkan keberadaan manusia di tengah arus sejarah. “Manusia banyak yang gagal dalam memahami dirinya dan memahami orang suci,” tegasnya. Kegagalan itu dapat ditengok kebelakang.
Kegagalan manusia dalam memahami dirinya itu ditandai oleh kesalahan mereka di bumi. Sesama manusia justru saling menghardik dan akhirnya menimbulkan keretakan sosial. Habib Hasan mengambil contoh bangsa Israil. “Untuk memperbaiki bumi, Allah lalu mengirimkan nabi dan rasul. Dari jumlah keseluruhan sebanyak 124 ribu, sekitar 60-70 ribu diturunkan Allah khusus kepada kaum Bani Israil,” jelasnya.
Turunnya para nabi dan rasul itu membuktikan begitu gentingnya peran mereka untuk memperbaiki kerusakan di bumi. Tapi Bani Israil justru tak menyadari peristiwa itu sebagai rahmat. Sebagian dari mereka ternyata masih bebal. Banyak pula yang justru membunuh para nabi itu. Sejarah Bani ini bisa menjadi bahan pelajaran untuk generasi setelahnya. Namun, kata Habib Hasan, kebanyakan manusia juga belum memahami kedudukan orang-orang suc atau para nabi itu.
Ia kemudian merefleksikan masalah di antara masyarakat belakangan ini. “Bahwa problem masyarakat itu kebanyakan karena kezaliman pemerintah tapi malah dibiarkan oleh mereka. Masyarakat hanya nerima saat melihat kezaliman itu,” keluhnya. Tapi Habib Hasan percaya kalau tak akan datang hari kiamat sebelum tegaknya keadilan.
Habib Hasan mengingatkan di tengah masalah itu hendaknya masyarakat selalu menyadari dua hal. “Masyarakat kalau kita lihat terbagi atas dua hal.” Pertama, saudara seiman. Kedua, saudara sesama manusia. Pembagian ini bukan untuk memecah-belah kesadaran masyarakat, melainkan agar mereka menyadari posisi dirinya secara sosial.
Apa yang diperjuangkan Cak Nun selama ini, menurut Habib Hasan, berpusar pada kerekatan sosial. Cak Nun mengajak siapa pun untuk mengenal diri lebih luas. Kalau mengenal diri dilakoni, maka seseorang akan mengenal masyarakatnya. Diri dan masyarakat harus terus dijaga. “Tapi bukan berarti melihat kezaliman lantas kita diam saja,” pungkasnya.