Keep Moving
Tapi tunggu dulu? Apakah kita pernah diam? Bukankah electron-electron tidak pernah diam? Bukankah diri kita yang seolah-olah diam, sebenarnya juga bergerak? Bergerak bersamaan dengan rotasi dan revolusi bumi, dan bahkan bertawaf bersama galaxy bima sakti mengelilingi black hole yang menjadi titik tengahnya. Dan jika kita turun jauh menyelam di diri kita, bahkan roh kita pun tidak pernah diam bahkan dalam tidur kita, imajinasi kita terbang melalang buana dalam lamunan kita, jadi apakah kita pernah diam?
“Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Sebuah penggalan hadist dari Bukhari dan Muslim, diatas juga dimana yang kami jadikan pointer adalah kata “mendekat” dan “berjalan”. Sebuah kata kerja aktif yang menerangkan bahwa subject yang tersebut di Hadist (manusia dan Allah) melakukan suatu pekerjaan yakni saling mendekat mendatangi satu sama lain. Dan Allah pun juga terus bergerak. Hal ini seakan mentahbiskan bahwa kita selalu bergerak menuju “sesuatu” , sesuatu itu bisa di terjemahkan macam-macam, sebuah pemahaman baru , sebuah pemikiran baru ataupun sebuah tujuan baru. Tidak peduli bagaimana cara kita akan terus bergerak menuju satu tujuan tersebut, bisa dengan kawan baru ataupun kawan lama, bisa juga dengan sendiri ataupun bersama-sama. Lalu kita berdiam atas hal apa?
Wassalam
BataMMaiyah, Agustus 2020