CakNun.com

#JEDASEJENAK; Membangun Menep Komunal, dan Khusyuk Bersama

Redaksi
Waktu baca ± 6 menit

Jumat pekan kedua, biasanya linimasa sosial media Kenduri Cinta, terutama Twitter @kendurcinta mengabarkan secara langsung persiapan teknis penyelenggaraan Maiyahan bulanan rutin. Mulai dari terpasangnya baliho, digelarnya karpet, pendirian tenda, penataan sound system hingga persiapan ubo-rampe semuanya. Tapi, hal itu tidak kita lihat di bulan April 2020 ini. Tentu bukan karena PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) ditetapkan di Jakarta. Tanpa adanya aturan PSBB pun, secara naluriah manusia tidak mungkin kita memaksakan diri untuk menyelenggarakan Kenduri Cinta bulanan seperti biasanya.

Maiyah adalah kata kerja. Maksudnya adalah bahwa setiap orang Maiyah dalam melakukan segala hal, sehari-hari, tidak pernah lepas dari kebaikan. Tentu kita selalu ingat pesan Mbah Nun bahwa yang kita gelorakan bersama-sama di Maiyah adalah bukan mengajak berbuat kebaikan, tetapi yang ditanamkan adalah bagaimana caranya agar kita menikmati berbuat kebaikan.

Sebagaimana semestinya, Kenduri Cinta tetap merilis tema untuk edisi April 2020 ini, mengusung tema “Negara Dalam Sunyi”, menyiapkan mukadimah sebagai pintu masuk diskusi.

Yang berbeda hanyalah, pada poster tak ada keterangan waktu dan tempat, hanya ada sebuah pesan sederhana pada sudut kanan bagian atas poster “Memberi Jeda Sejenak Kepada Langit dan Bumi”. Ilustrasi visual bernada surialis terpampang jelas, keangkuhan kota dan kebingungan para pemangku kekuasaan tak mengerti harus berbuat apa, melakukan apa, bahkan sekadar untuk saling berkoordinasi. Bingung, kebingungan total, yang bingung kalau tak mau disebut limbung.

Seolah mereka semua hanya mengerti dan tahu bagaimana caranya untuk berkuasa, namun tak tahu dan jauh dari tahu bagaimana cara merawat, menjaga, mengamankan, dan melindungi rakyat yang semestinya menjadi kewajiban dan kesadaran utama bagi pemangku kekuasaan. Bisa jadi memang salah sejak akadnya, para karyawan dan wakil rakyat lupa posisi atas diri serta perannya, dan menjadikan Rakyat yang semestinya Pemilik Saham dan “CEO” utama atas NKRI swbagai objek komoditi. Semua serba terbolak-balik. Belum lagi, mereka tahu bagaimana caranya mengkampanyekan hajatan 5 (lima) tahunan dengan baik, namun saat situasi ini, mereka lenyap dan tak ada yang tahu bagaimana harus bergerak dan mengkampanyekan apa yang semestinya dilakukan. Tapi sudahlah, ini bukan soal itu.

Kembali, ibarat aransemen sebuah lagu, dalam sebuah partitur yang sudah disusun, harmonisasi harus tetap dijaga. #JEDASEJENAK merupakan satu bagian dari harmonisasi yang tetap dikelola oleh Penggiat Kenduri Cinta. Bagaimana hidup tetap harus berjalan, sebagaimana alam terus bekerja melakukan penyeimbangan di segala lini, melakukan refreshment besar-besaran, untuk keseimbangan semua mahluk hidup.

Maka, teruslah menggeliat, teruslah “bergerak” dalam kesunyian ini. Betapa tak eloknya kita sebagai orang Maiyah pada saat-saat sekarang ini hanya duduk berpangku tangan, tolah-toleh, ingah-ingih tidak melakukan apa-apa, sementara Mbah Nun setiap hari dengan detail dan telaten menemani kita, memandu kita terus-menerus, menyampaikan pesan-pesannya melalui tulisan yang setiap hari terus ada. Betapa nikmatnya kita, meskipun belum dapat bertatap muka langsung, Mbah Nun terus menyapa kita.

Beberapa bulan lalu, Mbah Nun di Kenduri Cinta juga menyampaikan bahwa istirahat dari suatu kegiatan adalah bergantinya satu aktivitas dengan aktivitas yang baru. Apapun saja, jangan biarkan tubuh ini berhenti beraktivitas, jangan biarkan pikiran mandeg, jangan biarkan kreativitas dalam otak macet. Mudahnya, jika selesai nyapu rumah, lanjutkan dengan mengepel lantai. Jika sudah selesai mengepel lantai, lanjutkan dengan mencuci baju, dan seterusnya.

#JEDASEJENAK bukan berarti tidak ada kegiatan apa-apa. #JEDASEJENAK bukan berarti tidak Maiyahan. Ingatlah kembali bahwa Maiyahan itu tidak sama dengan hanya sekadar kita datang ke suatu tempat, duduk bersama, melingkar, ngopi, ngerokok, ngunyah kacang, ketawa-ketiwi, haha-hihi sampai menjelang subuh. Tidak, Maiyahan tidak seperti itu. Bahwa saat ini kita sedang tidak bisa berkumpul bersama dari malam hari selepas Isya’ hingga menjelang Subuh, itu adalah satu hal. Tetapi, substansi Maiyahan itu sendiri adalah hal lain yang tentu saja lebih luas dari itu. Maka dari itu, Kenduri Cinta mengajak semuanya, dari sudut belahan bumi mana saja, untuk ayo mari kita luangkan waktu sedikit saja, 180 DETIK untuk #JEDASEJENAK pada malam di mana Kenduri Cinta, 10 April 2020, secara serentak tepat pukul 20.20 WIB.

Mengajak kita semua untuk menilik kembali ke dalam ruang batin kita, merefleksikan dan menata kembali semuanya, menenangkan, melakukan penyelarasan diri kita ke dalam, untuk output yang baik dan menjadi penyeimbang bagi langit dan bumi. Jadikan momentum ini, untuk kita uzlah diruang yang sangat private direlung hati kita, menatap kembali setiap sudut yang terdekat dari diri kita, setiap sudut rumah kita, yang mungkin selama ini terlewat bahkan abai, sedekap langkah setelah kita keluar dari pintu rumah kita, ada yang masih tersisa, kerinduan yang menanti dengan setia, yang sempat terlewat oleh seluruh aktivitas kita di luar sana.

Bukan ide yang besar, tak ada gagasan yang megah, sangat sederhana, ramping. Mengajak semua menyisihkan waktunya selama 180 detik, mengajak semuanya, siapa pun saja, apakah itu Jamaah Maiyah atau bukan, dari kalangan mana pun, dari aliran kepercayaan dan agama apapun, selama 180 detik untuk duduk sejenak, menundukkan kepala, memasuki ruang batin dan relung hati masing-masing.

Yaa hafiidh ihfadhnaa… Ya Rohman Ya Rohiim Irhamnaa…

#JEDASEJENAK di linimasa media sosial Kenduri Cinta memfokuskan pada tingkat kepasrahan diri. Postingan pertama yang muncul setelah Poster dan Mukadimah adalah video 1 menit dengan backsound musik “Duh Gusti” karya KiaiKanjeng. #JEDASEJENAK ini menitikberatkan pada ajakan untuk menuju ke kesadaran diri agar segera kita untuk memasrahkan diri kepada Dia Yang Maha Kuasa. Kita, hari ini benar-benar sangat terkepung, kebingungan, tidak benar-benar mengerti harus kemana menghadapi situasi dan kondisi ini.

Duh Gusti mugi paring ing margi kaleresan
Ya Allah, tunjukkanlah kami jalan yang lurus, ihdinash-shiroto-l-mustaqim

Kados margining menungso kang manggih kanikmatan
Seperti jalan manusia yang Engkau pertemukan dengan kenikmatan, kebahagiaan, ketenteraman

Sanes margining menungso kang Paduko laknati
Bukan jalan manusia yang engkau beri laknat

Tepat pukul 20.20 WIB, gong dari #JEDASEJENAK ini dimulai. Sebuah video 1 menit kembali dirilis melalui media sosial Kenduri Cinta. Video documenter dengan latar suara Wirid Penjagaan yang juga diaransemen oleh KiaiKanjeng. Kita cukup mengulang video itu sebanyak 3 kali, sembari melantunkan wirid penjagaan itu, sudah cukup untuk melaksanakan #JEDASEJENAK selama 180 detik.

Wirid yang juga tampak sederhana, namun mampu mengambrukkan batin kita, maknanya sangat mendalam dan benar-benar apa yang sedang kita butuhkan saat ini. Siapa yang paling mampu menjaga kita saat ini? Hanya Allah. Hanya Dia yang mampu, Tuhan seluruh alam semesta. Yaa hafiidh… Yaa Hafiidh… Ihfadhnaa… Ya Rohman… Ya Rohiim… Irhamnaa

Dan pada akhirnya, pantikan #JEDASEJENAK selama 180 detik ini pun ternyata tidak hanya berhenti pada Wirid Penjagaan saja. Ada yang membaca Al-Qur`an, ada yang melantunkan Wirid Akhir Zaman, ada yang memilih bersholawat, ada yang juga rengeng-rengeng Ijazah Tetes Kelembutan Muhammad, mungkin juga ada yang membaca Wirid Tahlukah, bahkan Wirid Wabal.

Kenduri Cinta dan Simpul Maiyah di mana pun memiliki kesadaran yang sama, bahwa hakikatnya Maiyahan tidak berhenti, teruslah Sinau Bareng, maka sedemikian rupa situasi ini untuk dimaknai dan dikreatifi. Salah satu ikhtiarnya adalah dengan #JEDASEJENAK ini. Pada akhirnya menggiring Jamaah Maiyah dan netizen turut menyemarakkan #JEDASEJENAK di linimasa pada Jumat malam (10/4). Maka tak ada rilis resmi bahwa Kenduri Cinta tidak melakukan Maiyahan, karena yang ada adalah perubahan paradigma baru Maiyahan yang selama ini diselenggarakan secara bertatap muka secara langsung di Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki diganti dengan Maiyahan dari rumah masing-masing, untuk bersama-sama untuk #JEDASEJENAK, mengkhususkan diri sekadar 180 detik untuk menyapa Allah dan Rasulullah Saw.

Usai 180 detik dilangsungkan, mereka saling bertukar momen dan pengalaman dalam berbagai macam media, ada yang bercerita, ada juga yang membagikan foto serta video, berbagai macam ekpresi mereka ungkapkan. Ada yang mengungkapkan kerinduan dan kangen Maiyahan seperti biasanya, ada yang mengekspresikan kekhusyukan wirid dan munajat mereka, ada yang mengeksplorasi khasanah ilmu dan nilai Maiyah, ada yang merekam video #JEDASEJENAK mereka, rengeng-rengeng wiridan dan sholawatan. Semua mengekspresikan #JEDASEJENAK dalam nuansa khusyuk yang penuh kegembiraan. Dan benar-benar mereka lakukan di tempatnya masing-masing, ada yang masih bertugas menangani pasien di rumah sakit, petugas lalu lintas, petugas keamanan, dan masih banyak lagi.

Tak sampai lama, berbagai pengalaman tersebut mengantarkan #JEDASEJENAK pada trending topic urutan pertama pada Twitter. Tak perlu ditanya lagi, sudah pasti kita semua ini rindu dan kangen untuk Maiyahan. Itulah yang mengantarkannya, dan sudah pasti urutan utama tersebut adalah wujud kangen kita semua. Sudah banyak, bahkan mungkin hampir semua Jamaah Maiyah sudah tidak bisa menahan rasa kangen untuk Maiyahan lagi. Itu satu hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi.

Tapi, marilah kita mengambil jarak, untuk #JEDASEJENAK. Yakinlah, bahwa kita memang sedang membutuhkan #JEDASEJENAK untuk mengatur kembali, berhitung kembali, menakar kembali, setidaknya langkah-langkah dalam hidup kita. Bisa jadi alam semesta pun membutuhkan #JEDASEJENAK untuk menyeimbangkan lagi sistem metabolismenya.

Bersabarlah untuk #JEDASEJENAK. Semoga ini tidak akan lama. Meskipun kita juga menyadari bahwa hitungan #JEDASEJENAK kita sangat berbeda dengan hitungan #JEDASEJENAK yang ditentukan oleh Allah Swt. Semoga rakaat panjang ini, segera memuncaki salam-Nya dengan kesadaran baru untuk kita semua, seluruh manusia dan penghuni lainnya di alam semesta ini.

Lainnya

Topik