CakNun.com

Jamaah Njepiping

Corona, 44
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 3 menit

Jamaah Maiyah membaca, meneliti, mencari bahan-bahan, menganalisis mendekat ke arah kebenaran, berangkat dari beberapa pertanyaan ini:

  1. Kalau diasumsikan bahwa deraan sepenuh bumi Coronavirus ini adalah adzab Allah, maka kira-kira berapa persen (%)-kah kadar kedahsyatannya dibanding adzab Allah yang pernah di-qadar-kan pada ummat manusia di kurun Nabi Hud, Nuh, Luth, Shaleh, termasuk mungkin juga musnahnya Peradaban Atlantis oleh letusan gunung di Toba Sumatra Utara?
  2. Kalau menurut Jamaah Maiyah, Coronavirus ini bukan hukuman (adzab) atau balasan (intiqam), melainkan peringatan (indzar, warning), ujian atau cobaan (fithnah, mihnah, ikhtibar) — tolonglah dituliskan untuk Web kita ini muhasabah hulu-hilir permasalahannya.
  3. Pada kasus Corona maupun di kurun Nabi Nuh, Hud, Luth, Shaleh dll itu, yang diadzab secara rata-rata atau random oleh Allah adalah suatu kaum, bangsa, masyarakat, ummat, secara menyeluruh karena makar dan khianat mereka kepada Allah Swt, ataukah ada pertimbangan spesifik dan personal? Siapa saja yang menyakiti eksistensi Tuhan, diadzab. Yang beriman, beribadah dan berbuat baik, tidak diadzab. “Faman ya’ mal mitsqala dzarratin khairan yarah, waman ya’ mal mitsqla dzarratin syarran yarah”. Dihitung per-individu.
  4. Kalau dispesifikkan: apakah yang terpapar oleh Covid-19 bisa disimpulkan sebagai orang yang bersalah kepada Allah, sedangkan yang tidak terjangkit disimpulkan sebagai orang yang tidak menyalahi Allah? Ataukah qadla dan qadar Allah itu diimplementasikan melalui pertimbangan pengetahuan (‘ilmu) dan kehendak (iradah) yang makhluk manusia, bahkan mungkin juga para Malaikat, tidak bisa menjangkaunya?
  5. Apakah pembalasan (intiqam) Allah itu ditujukan kepada manusia yang ingkar (kufur, kafir) serta yang menyekutukan-Nya (musyrik) dan berdasarkan itu identifikasi serta verifikasinya apakah seseorang terpapar Covid-19 atau tidak? Baik kufur, syirik pada tataran syahadah pengetahuan, sikap maupun tingkat perilaku individu, kolektif, sistem, peradaban?
  6. Menurut Jamaah Maiyah, apakah mayoritas ummat manusia yang menghuni planet Bumi ini berposisi ingkar, penyekutu, khianat, membangkang dst pada berbagai level itu? Ataukah kebanyakan mereka mengakui keberadaan dan peran Allah, commited kepada-Nya, patuh dan menjalankan aturan-Nya?
  7. Kalau pembalasan Allah atas pembangkangan manusia itu diukur dan dilangsungkan berdasarkan fakta personal setiap orang, maka tentunya akan ada urutan rangking keterjangkitan Covid-19 termasuk di Indonesia. Rasionalkah pola muhasabah ini?
  8. Di Indonesia sangat banyak Dokter dan petugas kesehatan yang meninggal dunia karena intensitas pelaksanaan tugas-tugas kemanusiaan mereka. Apakah mereka tergolong orang yang dibalas oleh Allah ataukah justru disyahidkan di sorga-Nya?
  9. Agar supaya ummat manusia khususnya Kaum Muslimin memiliki peluang dinamis untuk memahami itu semua, menurut Jamaah Maiyah apakah sebaiknya Majelis Ulama, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan satuan aliran-aliran paham keislaman lain bertutur kepada publik fatwa-fatwa “barang jadi”, ataukah diperlukan juga penjelasan proses elaborasi ‘ilmiah syar’iyah fiqhiyah menuju “barang jadi” itu?
  10. Jamaah Maiyah tidak akan berdebat soal itu semua, karena seluruh muatan dan argumentasi sehabat apapun dalam setiap perdebatan yang pelakunya manusia — tetap saja berposisi persangkaan (dhonny) atau paling jauh hipotesis (ifthiradliyah). Manusia bertempat tinggal di bagian dari alam semesta yang bernama “Semoga” atau “mudah-mudahan”. Ilmunya bersifat “InsyaAllah” dan puncak pengetahuannya adalah “Wallahu a’lamu bis-shawab”.

Dari pancingan 10 pointer itu Jamaah Maiyah akan memeras daya keilmuan murninya dan mendapatkan tetesan-tetesan hikmah berupa wacana dan keputusan perilaku yang setepat-tepatnya di dalam kehidupan, di hadapan Allah dan Covid-19.

Hidup bermegah-megah, bermewah-mewah telah membuatmu lalai, sampai kamu berada di lubang kubur. Jangan gitu dong. Nanti kamu akan tahu akibat-akibat dari perbuatanmu. Dan begitu kamu mengetahui dengan ‘ilmul yaqin, maka kamu akan benar-benar melihat al-jahim dengan ‘ainul yaqin” (At-Takatsur).

Maiyah tidak punya apa-apa. Ilmu, harta benda maupun daya. Maiyah hanya bisa meniru-niru Allah saja. “Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, lantas datanglah adzab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari”. (An-Nahl: 26)

Katakanlah: “Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya”. (Al-An’aam: 64)

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, itu dari kesalahan dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (An-Nisaa: 79)

“Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu maka karena itu mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli lagi. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al-Maidah)

Jamaah Maiyah adalah Jamaah Njepiping. Njepiping artinya mengkerut karena ketakutan. Tentu ketakutan tidak kepada apapun di dunia dan Indonesia. Tidak kepada penguasa, pemegang senjata atau pemilik kursi-kursi singgasana dunia. Jamaah Maiyah njepiping sehingga bekerja keras keluar maupun ke dalam dirinya, agar tidak termasuk di dalam golongan orang-orang yang Allah sangat banyak sudah menyebutnya dengan terminologi dan bahasa yang sangat terang benderang: “Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman”. (Yasin). “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat” (Al-Baqarah).

Jamaah Maiyah menjaga disiplin untuk tidak mudah mengkafir-kafirkan siapapun, individu maupun golongan, institusi, atau Pemerintahan — meskipun mereka sangat punya hujjah untuk itu. Jamaah Maiyah menekankan disiplinnya atas dirinya sendiri. Njepiping jangan sampai dirinya nanti dituding Allah: “Kamu kafir”. *****

Lainnya

Kerasukan Iblis di Gontor

Kerasukan Iblis di Gontor

Hei Bambang Tri Hatmojo! Nanti pulang ke Jakarta dan tiba di rumah, kau hitung berapa jumlah harta benda dan uangmu, kamu pilah berapa yang halal dan berapa yang haram!

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Zaeta, Bidadari Surga (4)

Zaeta, Bidadari Surga (4)

Hari ini 100 hari kepergian Zaeta. Masih juga menyisakan suatu perasaan yang nano nano.

dr. Eddy Supriyadi, SpA(K), Ph.D.
dr. Eddot
Exit mobile version