CakNun.com

Enam Model Mata Rantai Survivalitas

Rizky D. Rahmawan
Waktu baca ± 2 menit
Photo by Joey Kyber from Pexels

Aristoteles mengidentifikasi manusia sebagai Zoon Politicon atau makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki dorongan untuk senantiasa berkomunitas dan bermasyarakat. Manusia memang senantiasa membutuhkan berinteraksi satu dengan lainnya. Untuk tertibnya sebuah proses interaksi, maka di dalam proses berkumpul, orang-orang membangun berbagai tatanan norma.

Dalam pelajaran PPKn semenjak sekolah dasar ada anjuran yang terus diulang ditanamkan, yakni anjuran untuk mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Kalau memang manusia benar-benar makhluk sosial, mestinya anjuran ini tidak diperlukan. Sebab mestinya sudah set dafult-nya manusia pasti mementingkan kepentingan bersama ketimbang kepentingan dirinya sendiri. Ini kalau memang manusia benar-benar adalah makhluk sosial.

Namun, pada kenyataannya manusia membangun interaksi sosial, terlibat di dalam kelompok, memilih menjadi bagian dari sebuah masyarakat adalah karena menyandang motif tertentu. Membawa motif kepentingan diri di dalam kegiatan berkelompok tidaklah melulu jelek. Hal itu adalah sesuatu yang naluriah saja, mengingat setiap manusia hidup dan menjadi dewasa, ia mempunyai visi serta mimpi yang menjadi asa dari hidupnya. Dan setiap langkah di hari-harinya tidak bisa dilepaskan dari upaya mewujudkan visi dan mimpi itu.

Kedua pertemuan kepentingan itu menjadi efektif ketika kepentingan individu menunjang kemajuan kelompok. Atau sebaliknya, kepentingan kelompok menunjang kemajuan individu. Yang kemudian menjadi kontraproduktif adalah kondisi sebaliknya, kepentingan kelompok merugikan kepentingan individu. Atau kepentingan individu mengganggu kepentingan kelompok.

Dari pengalaman sejauh yang saya lalui di dalam interaksi komunalitas selama ini, setidaknya ada enam klasifikasi umum yang merupakan jenis-jenis motivasi seseorang yang saya jumpai di dalam melibatkan diri di dalam sebuah kelompok, yakni:

  1. Mencari wahana untuk meningkatkan ekspertasi diri
    Antusiasme seseorang di dalam meningkatkan kecakapan diri tidak bisa dipenuhi melalui pendidikan formal saja, melainkan membutuhkan ekosistem sosial yang dapat men-challenge ekspertasi agar terus meningkat dari waktu ke waktu.
  2. Memperoleh panggung aktualisasi diri
    Banyak orang yang sudah sungguh-sungguh menempa diri membutuhkan ruang selanjutnya, yakni ruang aktualisasi. Yang dicari orang dari ruang ini adalah keleluasaan di dalam berkiprah menyalurkan dorongan untuk senantiasa berkontribusi bagi sesamanya.
  3. Kegiatan pengayaan berbagai bidang pengetahuan dan keahlian
    Selain mendalami sebuah kecakapan diri tertentu, seseorang yang tekun di dalam proses penumbuhan diri tidak mau hidup dengan terforsir pada satu bidang. Oleh karena itu, orang-orang menempuh berbagai kegiatan yang menunjang pengayaan berbagai bidang pengetahuan dan keahlian.
  4. Sharing sumber daya produktif
    Pada masyarakat yang altruis adalah hal yang wajar sebuah aset produktif tertentu dimanfaatkan untuk pengupayaan produktivitas bersama-sama. Salah satu yang sempat begitu booming dan trennya masih terus bergulir sampai hari ini adalah pemanfaatan kantor bersama, coworking space.
  5. Kolaborasi finansial
    Urun dana, syirkah, tandon modal bersama, patungan lahan serta begitu banyak model kolaborasi yang memadukan potensi finansial ke dalam sebuah roda produksi tertentu.
  6. Sarana Refreshment
    Kebutuhan yang tidak kalah penting dan bisa dikerjakan bersama-sama yakni kebutuhan pleasure time menyegarkan jiwa di dalam “oase”.

***

Demikianlah, sebuah kelompok akan memiliki karakteristik interaksi komunalitas yang berbeda satu dengan lainnya. Hal itu bergantung pada bagaimana proses penyelarasan kepentingan bersama kelompok dengan jenis motif-motif individu penyusunnya.

Kunci sustainibility atau kelangsungan sebuah kelompok amat ditunjang oleh selarasnya tujuan kolektif bersama dengan motif yang diemban masing-masing individu di dalamnya. Kepentingan bersama yang sedang diupayakan merupakan mata rantai tidak terputus dari seluruh motif-motif individu penyusunnya.

Lainnya

Cak Nun dan Mata Air Rimba

Cak Nun dan Mata Air Rimba

Bulan lalu, pada malam Mocopat Syafaat di awal musim kemarau yang terlambat, tidak seperti biasanya, Cak Nun duduk di kursi.

Prayogi R. Saputra
Prayogi R.S.