Doa Untuk Para Dokter dan Tenaga Kesehatan
Berikut adalah teks doa, simpati, dan ungkapan hati Mbah Nun kepada para dokter dan tenaga kesehatan yang disampaikan dalam acara “Doa Bersama dan Mengheningkan Cipta” yang diadakan oleh IDI dan Satgas Covid-19 tadi malam, Rabu 2 September 2020, melalui Zoom dan disiarkan langsung melalui Youtube BNPB. Secara khusus acara ini dimaksudkan untuk mendoakan para dokter dan tenaga medis yang telah berjuang dalam penanganan pandemi Covid-19 — Red.
Kepada saudara-saudara sahabat-sahabat saya para dokter dan semua tenaga kesehatan di seluruh Indonesia.
Saya adalah pengagum Anda. Saya tidak mampu membayangkan betapa beratnya dan dahsyatnya tugas Anda sehari-hari 24 jam. Saya tidak mungkin punya kemampuan dan energi untuk berjuang sebagaimana Anda.
Maka, saya sangat takjub kepada perjuangan Anda, dan seandainya saya adalah orang yang cukup dekat dengan Tuhan, serta yang terpenting kalau seandainya Tuhan cukup dekat dengan saya, maka nama-nama Andalah yang akan pertama-tama saya sebut kepada Allah untuk memohonkan kekuatan, ketabahan, kesabaran, keawetan hidup, pengayoman, dan kasih sayang.
Anda para dokter dan tenaga kesehatan adalah mujahidin fi sabilillah dan Anda yang sudah dipanggil Allah adalah syuhada fi jannatillah. Para dokter yang sudah diambil Allah bukan hanya masuk surga tetapi diletakkan oleh Allah di tempat yang tertinggi dan terindah di Surga. Wong yang sakit-meninggal saja masuk surga, InsyaAllah para dokter yang meninggal dunia juga ditempatkan di tempat yang mulia, tinggi, dan indah.
Doa Covid 2020
Wahai Tuhan
Kami ummat manusia semua
Kami ummat manusia sedunia
Sedang sangat menderita
Dan bersembunyi di rumah, dalam jarak serta di balik masker
Kami sedang mengalami semacam kesengsaraan
Yang belum pernah kami alami sebelumnya
Yang kami tidak mengerti kapan batas akhirnya
Kami mengalami serbuan massal
Yang ilmu kami tidak sanggup mengantisipasinya
Kami sedang menjalani peperangan akbar
Yang teknologi kami tidak mencukupi
Untuk mempertahankan diri
Wahai Tuhan
Kami adalah makhluk logika, namun kurang mengakar
Dan setengah-setengah mendayagunakannya
Yang menjalani hidup tanpa berpedoman kepada Penciptanya
Kami adalah makhluk tanpa akal dan rasio
Yang membangun peradaban tanpa fondasi yang Kau sediakan
Kami adalah mesin yang berputar dan bekerja
Di luar aturan pabriknya
Sehingga hidup kami dipenuhi oleh ketidaktepatan dalam memilih
Tidak ‘aqliyah memilih cara hidup, melenceng memilih tujuan hidup
Tidak bijak memilih makanan, tidak mizan memilih tayangan
Rabun memilih pemimpin, membabi buta memilih panutan
Tidak presisi memilih nada dan irama
Kami tak akan terpapar kesengsaraan global ini
Andaikan kami adalah makhluk yang tahu diri
Tak kan kami alami derita badan, derita hati
Derita pikiran, derita ekonomi dan silaturahmi
Andaikan kami adalah manusia yang menjalani kehidupan
Sebagaimana konsep-Mu tatkala menciptakan kami
Andaikan kami adalah hamba-Mu yang ahsanu taqwim
Andaikan kami adalah Khalifah-Mu yang cerdas karena kerendahan hati
Wahai Tuhan
Yang maha mengetahui dan maha berkuasa
Atas yang terjangkau maupun yang tak terjangkau oleh ilmu kami
Di dalam doa kami pasti terkandung permohonan kepada-Mu
Tetapi kami juga tahu bahwa kami tidak merasa layak
Untuk Engkau dengarkan dan Engkau kabulkan
Maka doa kami adalah pengakuan dan pernyataan rasa malu
Karena syukur kami sangat tidak memadai
Dibanding melimpah ruahnya rahmat-Mu
Doa artinya memanggil, namun kami tidak memanggil-Mu
Kami menyapa dengan jiwa yang minder dan gemetar
Doa kami adalah pengakuan atas kelalaian dan pengingkaran kami
Doa kami adalah istighfar sepenuh jiwa
Doa kami adalah astaghfirullah sepanjang masa
Wahai Tuhan
Yang maha mengendalikan dan mengayomi
Segala yang lebih besar dari jagat raya
Maupun yang lebih kecil dari biji virus
Kami tidak sanggup merumuskan apakah Covid-19 ini terkait dengan-Mu
Tetapi kami juga tidak berani menyimpulkan
Bahwa wabah sebumi ini, pageblug dunia dan pandemi global ini
Tidak ada hubungannya dengan-Mu
Engkaulah Maha Kepastian
Sedangkan kami hidup di semesta kemungkinan
Di jagat raya prasangka dan kira-kira
Seluruh kesombongan peradaban kami ini
Pijakannya hanyalah asumsi, duga-duga dan hipotesis
Yang dengan angkuh kami menyebutnya ilmu dan pengetahuan
Wahai Tuhan
Mungkin Covid-19 ini adalah cobaan dari-Mu
Untuk menguji sistem nilai-nilai dalam ilmu kami
Mungkin Covid-19 ini adalah peringatan dari-Mu
Agar kami bercermin wajah dhaluman-jahula kami
Wajah kehidupan yang selalim-lalimnya
Wajah peradaban yang sedungu-dungunya
Mungkin Covid-19 ini adalah rezeki dan berkah dari-Mu
Yang Engkau sembunyikan di balik sesuatu yang menyengsarakan
Yang muatannya adalah cinta dan berkah
Apabila kami berhasil menghadapinya dengan hikmah atau kebijaksanaan
Tetapi mungkin juga Covid-19 ini adalah hukuman dari-Mu
Atas kelalaian dan sikap acuh tak acuh kami semua kepada-Mu
Kami tidak bisa melihat di mana posisi-Mu dalam peta urusan Covid-19 ini
Kami juga tidak berupaya mengidentifikasi apa peranan-Mu
Kami tidak bekerjasama untuk merumuskan cinta atau amarah-Mu
Wahai Tuhan
Sudah sejak berabad-abad silam Engkau menyatakan
Bahwa semua manusia adalah ummatan wahidah, ummat yang satu di hadapan-Mu
Tetapi kami terpecah-pecah menjadi golongan-golongan
Kelompok-kelompok, aliran-aliran, madzhab-madzhab, versi-versi
Karena mindset kami memang bukan hidup di hadapan-Mu
Apalagi hidup bersama-Mu
Kami hidup sendiri-sendiri, masing-masing, fakultatif dan inter-alienated
Padahal hanya Engkaulah yang Maha Qiyamuhu Binafsihi
Ada-Mu karena diri-Mu sendiri, tegak-Mu karena tegak-Mu sendiri
Wahai Tuhan
Bahkan Engkau mengajarkan kehidupan adalah perjodohan
Sehat tidak cukup, harus sehat walafiat
Sehat adalah fakultasnya, Afiat adalah universitasnya
Tentang fakultas dan jurusan sehat saja kami terpecah-pecah
Sehingga yang dilakukan oleh Pemerintah kami
Hanyalah salah satu saja dari kepingan-kepingan itu
Maka sampai hari ini semua tindakan yang kami putuskan
Bukan hanya belum menenteramkan, tetapi malah membingungkan
Ilmu kami terlalu sempit untuk sanggup memahami sangkan paran Covid-19
Kami belum mampu menolong rakyat kami
Bahkan kami juga tidak mengerti sampai kapan
Kami akan masih berbuat sesuatu untuk rakyat kami
Bahkan juga tidak mengerti sampai kapan
Kami tetap tidak bisa berbuat sesuatu untuk ketenangan mereka
Wahai Tuhan
Taubat tidak cukup, harus taubah nashuha
Taubah pada kesendiriannya, nashuha pada kebersamaannya
Dhaluman jahula, produk kedunguan adalah kelaliman
Dan puncak kelaliman adalah kedunguan
Bahkan baldatun thayyibatun masih selingkaran rantai
Mata rantainya adalah wa Rabbun Ghafur
Semaju-maju peradaban manusia
Syarat finalnya adalah Engkau tidak murka kepada mereka
In lam yakun biKa ‘alaina ghadlabun
Ya Allah sesengsara apapun hidup kami oleh sakit ini
Asalkan itu kehendak-Mu, dan Engkau tidak marah kepada kami
Maka akan kami jalani dengan tetap mempertahankan cinta kepada-Mu
Setinggi-tinggi teknologi, semeriah-meriah pasar bebas
Secanggih-canggih pencapaian hidup, seefektif-efektif komunikasi
Kalau tidak wa Rabbun Ghafur
Kalau Engkau tidak berhati legowo kepada kami semua
Maka semester terakhir hidup kami hanyalah kehancuran
Wahai Tuhan
Ya Qadiir qaddirna
Wahai Yang Maha Mentakdirkan
Andaikan kami meminta kesembuhan|Kami pasrah kesembuhan itu menurut pandangan-Mu
Bukan kesembuhan menurut konsep ilmu kami
Andaikan kami meminta obat atau dawa`
Karena janji-Mu adalah likulli da`in dawa`un
Engkau mungkin menjawab “Sanurihim ayatina fil afaqi wa fi anfusihim hatta yatabayyana lahum annahul haqq awalam yakfi birabbika annahu ala kulli syai’in syahid. Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya dia menyaksikan segala sesuatu.” [QS. Fushshilat: 53]
Bahwa obat-obat dan segala jenis penawar itu
Telah Engkau sebarkan dan taburkan di sekitar kami
Di halaman rumah kami, di kebun dan hutan kami
Tetapi kami mempersempit cakrawala dan semesta kemungkinan itu
Dengan prasangka ilmu, ideologi dan kepentingan golongan kami
Maka wahai Tuhan
Yang kami butuhkan sekarang bukan pengurangan beban dan kesengsaraan
Yang lebih kami perlukan adalah penambahan kekuatan dan ketabahan
Maka hanya kasih sayang dan kemurahan-Mu
Keselamatan semua umat manusia
Keselamatan bangsa dan rakyat Indonesia
Keselamatan semua dokter dan tenaga kesehatan terletak semata-mata hanya di tangan kasih sayang-Mu
Di dalam ayoman cinta dan kemurahan-Mu
Ya Rahman Ya Rahim
Ya Fattah ya Halim
Yogya 02 September 2020.
Emha Ainun Nadjib