Damar Ate, Paddhang Ate, Jhembhar Ate
Tiga hari yang lalu, 16 Oktober 2020, diadakan hari ulang tahun simpul Maiyah Bangkalan yang bernama Paddhang Ate di Pondok Pesantren Ibnu Cholil yang diasuh oleh KH. Imam Buchori, putra Allah yarham KH. Cholil AG yang masih cucu dari seorang Ulama’ ternama, Walyullah al-Arif billah, Syaikhona Kholil Bangkalan.
Tak terasa, acara Paddhang Ate yang pertama kalinya diadakan di belakang masjid perumahan Khayangan Regency dengan dihadiri oleh penyair kebanggan bangsa Madura, D Zawawi Imron dan beberapa dosen UTM, telah berusia satu tahun dan malam miladnya juga dihadiri oleh Beliau, KH. Imam Bukhori dan seorang sastrawan muda berdarah Madura, Timur Budi Raja, serta beberapa Kiai dan sastrwan lain yang tak sanggup saya sebut satu persatu karena begitu banyaknya.
Milad Paddhang Ate pertama, mengambil tema yang sarat makna dan revolusioner, yaitu “Sastra Lil Alamin”, sebuah pemaknaan yang sangat lembut terhadap rahmatan lil alamin.
D Zawawi Imron memaparkan bahwa masyarakat Madura memang masyarakat sastra, sampai dirinya yang hanya tamatan SR, Sekolah Rakyat, setingkat SD, bisa mendapatkan penghargaan sastra tingkat ASEAN. Bangsa Madura adalah bangsa santri yang berasal dari kata sastri sebagai subjek dari kata sastra. Nasihat-nasihat moral keagamaan untuk kebahagian hidup banyak disampaikan dengan bahasa sastra dan puisi oleh Bangsa Madura. Banyak contoh untuk hal itu.
Sebelum Paddhang Ate yang artinya terangnya hati, setahun sebelumnya di ujung timur Madura, telah berdiri simpul Maiyah yang bernama Damar Ate, lampunya hati. Kedua nama ini seperti telah janjian, padahal tidak. Karena saya sendiri yang dimintai nama Paddhang Ate pada saat memberinya, belum mengetahui kalau di ujung timur, telah ada simpul Maiyah dengan nama Damar Ate.
Begitulah Gusti Allah Swt menghendakinya, Damar ate sebagai lampunya hati memang harus terbit di Sumenep dan akibatnya yang berupa Paddhang Ate, terangnya hati berada di bagian barat Madura, yaitu Bangkalan.Terpisah jarak secara geografis, tapi menyatu dalam semangat dan spiritual.
Sore hari, tanggal 16 Oktober 2020, sebelum malam Milad 1 Paddhang Ate, 5 orang anak muda berasal dari Sampang, Aufa Marom, Hasan Makki, Moch Yasin Mukhtar, Hasan Mudadi dan Halim, mewakili teman-temannya dI kabupaten Sampang Madura, datang ke rumah saya di Arosbaya Bangkalan, untuk musyawarah pendirian simpul maiyah Kabupaten Sampang.
Dari diskusi sebentar yang kata merela merupakan finalisasi dari diskusi-diskusi sebelumnya, disepakati berdirinya simpul Maiyah Sampang Madura. Muncul beberapa alternatif nama, seperti slempang cahaya dan slempang syafaat, tapi akhirnya kita mengajukan nama Jhembhar Ate kepada Mbah Nun. Dan alhamdulillah, Mbah Nun merestui nama ini dengan doanya.
Selamat Milad I untuk Paddhang Ate dan sahlan wa sahlan bi Jhembhar Ate. Mari kita rajut kebersamaan menuju Cinta Segitiga.