Bonek Mencari yang Terbaik dari Nilai Hidup
“Wani urip gak wedi mati, wedi mati ojo urip, wedi urip matek o ae.” Itulah pedoman hidup yang dibacakan Mbah Nun dan ditirukan oleh semua Bonek yang hadir di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Mbah Nun urun khasanah nilai kepada Bonek khususnya yang mempunyai prinsip “Wani!!!”.
Mbah Nun meneguhkannya dengan menyambungkan prinsip “wani” tersebut ke pedoman nilai hidup, agar menjadi energi yang bermanfaat bagi diri Bonek, yang memegang teguh prinsip “wani” tersebut.
Tadi malam, Sabtu, 11 Januari 2020, Bonek dan Bonita dari segala penjuru daerah berkumpul tumplek blek di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya demi melepas kerinduannya mbonek, bertemu saudara dari berbagai daerah, dan menyaksikan tim kebanggan bertanding di kandangnya sendiri.
Selain itu, Bonek ingin terus berbenah untuk menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi diri sendiri, tim, dan masyarakat. Atas dasar hal itu maka, Official Persebaya Surabaya mengundang Mbah Nun agar berkenan membersamai, memberikan nasihat, dan mendoakan kepada seluruh keutuhan Persebaya: Official, Bonek, dan seluruh lapisan masyarakat di Surabaya agar dibimbing oleh Allah melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Mas Doni menyapa Bonek dengan menyapa dan mengungkapkan bahwa dirinya dan bapak-ibu KiaiKanjeng juga berjiwa bonek-bonita. Demi menambah rasa paseduluran kita untuk mengurai nilai dan prinsip hidup kedepan. Setelah itu Mas Doni mengajak semua Bonek beryel bersama. Mas Doni membagi dua kelompok: separuh dari kiri Mas Doni beryel “bajol-bajol ijo” dan separuh di sebelah kanan Mas Doni beryel “satu nyali wani”, diyelkan bersama menggelora dan menambah energi semangat semua bonek.
Setelah semua semangat dan tetap berada pada semangat yang sama Mas Doni langsung mengajak semua yang hadir untuk mengingat Kanjeng Nabi dan menyapa Beliau dengan mempersembahkan nomor Hati Matahari bersama KiaiKanjeng, yang dilantunkan bersama, dan diakhiri dengan menggelorakan semangat bersama dengan menyanyikan lagu Song For Pride, kebanggaan Bonek untuk membangkitkan semangat berjuang di antara Bonek dan Persebaya.
Terakhir Mbah Nun memberikan pemahaman baru kepada para Bonek. Menurut beliau, “kita sedang melakukan perjuangan nilai-nllai yang akan kita capai. Bal-Balan podo karo sembahyang, podo karo macul, dan podo karo nyambut gae. Kita mencari yang terbaik dari nilai hidup kita”.
Pemahaman itu disampaikan agar Bonek bangkit menjadi lebik baik, dan menggembirakan. Karena, sebagai orang tua, yang diinginkan Mbah Nun adalah melihat anak-cucunya bangkit, menunjukkan kegembiraan, dan kehebatan. Mbah Nun ingin Bonek tidak berpikir Bonek, Bonek harus berpikir Indonesia, di mana sesungguhnya Bonek adalah api yang sangat potensial untuk menjadi alat pembakaran bagi kemaslahatan bersama.