CakNun.com

Alat Bantu Menemukan Peran

Bima Yusuf Asfidayat
Waktu baca ± 3 menit
Batara Kala yang menyamar jadi Prabu Petruk
Batara Kala yang menyamar jadi Prabu Petruk. Foto: Adin.

Manusia adalah makhluk yang ditugaskan untuk mengelola bumi secara kolektif. Dengan demikian maka ada pembagian tugas berdasarkan kemampuan masing-masing. Kemampuan tersebut berbeda-beda, dan memang digariskan berbeda agar saling mengisi satu sama lain. Ada peran yang harus dimainkan setiap individu berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Namun tidak sedikit dari manusia yang sering gelisah dengan perannya masing-masing. Kebanyakan manusia bingung dengan dirinya sendiri. Mereka salah mengenali diri mereka sendiri sehingga kurang dapat memainkan peran yang semestinya menjadi tanggung jawabnya.

Kegelisahan akan peran apa yang harus dimainkan oleh seseorang merupakan hal yang wajar terjadi dalam proses kehidupan manusia. Kegelisahan seperti itu dapat dijawab dengan melihat ke dalam diri manusia itu sendiri dengan bahan-bahan yang mungkin berasal dari luar dirinya. Beberapa bahan dari luar diri manusia yang mungkin dapat dijadikan sebagai jalan untuk mengenali dirinya salah satunya adalah melalui perhitungan weton, feng shui, maupun zodiak. Perhitungan-perhitungan tersebut merupakan hasil dari ilmu titen. Ilmu titen sendiri dapat diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh dari proses niteni, yaitu mengamati suatu hal atau fenomena secara saksama dalam jangka waktu yang cukup lama.

Ilmu titen yang kemudian melahirkan primbon Jawa, feng shui, maupun zodiak sebenarnya sama halnya dengan ilmu pengetahuan pada umumnya. Perhitungan weton yang mampu mendeskripsikan karakter seseorang sebenarnya juga sama dengan teori-teori psikologi, sosiologi, maupun antropologi yang menggambarkan suatu fenomena tertentu. Keduanya diperoleh berdasarkan penelitian terhadap hal-hal empiris yang kemudian disimpulkan dalam hukum-hukum tertentu. Sehingga ilmu titen lebih tepat apabila dianggap sebagai himpunan hukum/teori yang memiliki kemungkinan benar atau salah layaknya disiplin ilmu lainnya, daripada disikapi sebagai suatu kepercayaan mistik yang berlebihan.

Dalam perhitungan primbon Jawa, karakter seseorang dapat dilihat berdasarkan hari lahir dan pasarannya (weton). Setiap orang memiliki weton masing-masing sehingga memunculkan karakter yang juga bermacam-macam. Misalnya, seseorang yang memiliki weton Minggu Legi kemungkinan akan berbeda dengan orang yang memiliki weton Senin Pahing. Menurut Rahil Briggs, Psy.D., pimpinan program Healty Steps di Montefiore Medical Center di New York, perkembangan emosi bayi pada satu tahun pertama merupakan masa yang cukup berpengaruh bagi kehidupan manusia. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kehidupan manusia dipengaruhi oleh keadaan yang dialami bayi sejak pertama kali terlahir di dunia, termasuk keadaan emosi yang ditularkan oleh orang tuanya. Sebagai contoh; bayi yang lahir di hari Minggu dengan suasana hati orang tuanya yang sedang santai akan berbeda dengan bayi yang lahir di hari Senin dengan nuansa hati orang tuanya yang sedang sibuk. Keadaan emosi orang tua yang menular kepada bayi untuk pertama kalinya dimungkinkan akan membentuk karakter si bayi. Sehingga hari, bulan, maupun tahun seseorang lahir secara tidak langsung akan mempengaruhi karakter seseorang tersebut.

Percaya tidak percaya, ilmu titen seringkali nyaris tepat dengan realitas atau karakter seseorang. Itu bisa disebabkan oleh bahwa informasi yang didapatkan berdasarkan perhitungan ilmu titen telah melewati pengujian dan verifikasi yang cukup lama. Pengamatan, percobaan, bahkan pengujian dalam ilmu titen tidak hanya dilakukan satu-dua tahun melainkan telah berlaku dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sehingga kebenarannya hampir sempurna meskipun tidak dapat dikatakan sebagai kebenaran mutlak. Mbah Nun pernah menyampaikan bahwa ilmu titen seperti perhitungan weton bagi orang Jawa merupakan bentuk pencarian orang Jawa yang bisa benar bisa salah. Mbah Nun juga menyampaikan bahwa ilmu titen tersebut tidak bisa dikatakan benar namun juga tidak dapat dikatakan salah. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran bahwa status ilmu titen hanya sebagai cara, jalan atau bahan untuk menemukan kebenaran yang sejati.

Perhitungan weton yang berkaitan dengan keunikan diri seseorang dapat dijadikan bahan untuk menemukan peran diri. Weton biasanya menunjukkan watak dasar seseorang, kelebihan, kekurangan, pantangan atau anjuran terhadap suatu hal, serta jenis pekerjaan yang cocok. Begitu pun dengan feng shui maupun zodiak yang menunjukkan kepribadian dan gambaran umum seseorang. Informasi-informasi yang didapatkan dari perhitungan ilmu titen dapat dijadikan sebagai alat analisis untuk memahami diri sendiri. Tidak ada salahnya jika mencoba pekerjaan yang cocok berdasarkan perhitungan weton sebagai batu loncatan awal untuk menjawab kegelisahan-kegelisahan tentang peran yang harus dimainkan.

Namun demikian, perlu ada kesadaran bahwa kedudukan ilmu titen hanya sebagai referensi awal atau alat bantu. Semua informasi dalam ilmu titen perlu dipelajari lebih dalam dan diverifikasi secara empiris oleh masing-masing individu sehingga dapat dimaknai secara autentik. Dengan demikian seseorang akan terbantu memahami dirinya sehingga dapat menemukan perannya di dalam kehidupan.

Kulon Progo, 05 Mei 2020

Bima Yusuf Asfidayat
Jamaah Maiyah asal Kulonprogo dan aktif di Simpul Maiyah Manunggal Syafaat Kulonprogo. Mahasiswa tingkat akhir Jurusan Sejarah dan Kebudayaaan Islam di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Bagikan:

Lainnya

Topik