Akal, Paradigma, dan Nalar
Ciri akal adalah alat untuk bisa menembus waktu. Dia bisa ngomong masa lalu dan memprediksi masa depan. Otak adalah hardware-nya dan akal adalah emergence-nya. Setelah akal, baru ada paradigma, dan setelah itu, baru nalar. Kita bisa menganalogikan akal itu seperti memandang, sedangkan paradigma seperti kacamata. Sering kali paradigma inilah yang menjadi hijab dari akal.
Mengapa paradigma? Kita bisa membagi menjadi dua hal. Paradigma sebagai korban dan paradigma sebagai agen. Yang pertama diri sendiri merasa sebagai korban, sedangkan yang kedua cenderung melihat dunia sebagai kesempatan untuk menebar manfaat. Bukan berarti di sini paradigma harus dibuang, melainkan harus dibikin berdaulat. Kuncinya kembali ke kedaulatan diri sendiri.
Fungsi agama, dengan demikian, adalah membuat pilar perilaku supaya masa depan lebih baik seribuan tahun ke depan. Karena kita tidak mampu selama itu. Kita mampunya lima tahun, sepuluh tahun. Kita tidak mampu melihat dua puluh lima tahun ke depan.