Ada Atau Tak Ada Corona
Tulisan saya yang ini sangat terlambat karena saya harus menemui Sabrang, yang menerangkan kepada saya berbagai dimensi fakta, data, pengetahuan, wacana dan kemungkinan solusi-solusi di sekitar kasus Corona. Sabrang menguraikan sangat banyak hal yang saya sama sekali tidak mampu menguraikannya, dari pemetaannya, intra Corona maupun ekstra multiefeknya pada ummat manusia. Menurut sempitnya pemahaman saya sedemikian lengkap dan komprehensif apa-apa yang dipaparkan oleh Sabrang.
Sayang dia bukan stake-holder Pemerintahan, bukan pejabat tinggi Negara, sehingga kurang berguna semua ilmu pengetahuannya itu untuk Bangsa dan Negara. Paling tidak mudah-mudahan sudah berlangsung hubungan, akses, dan komunikasi timbal balik antara Sabrang dengan Simpul-simpul Jamaah Maiyah di semua wilayah.
Mungkin yang bisa dilakukan oleh masing-masing hari ini, salah satunya adalah kembali ke beberapa pertanyaan elementer untuk diteguhkan kembali jawabannya sebagai ketetapan langkah berikutnya. Setiap pilihan jawaban sangat menentukan jalan yang akan ditempuh dan antisipasi perilaku yang akan dilaksanakan.
Misalnya, pertama, kita mau kita sendiri bersama keluarga kita tidak tersentuh Virus Corona, ataukah kita mengutamakan fokus urusan agar seluruh bangsa kita, ummat atau sekurang-kurangnya komunitas kita terhindar dari malapetaka Corona. Bahasa jelasnya: perhatian kita Corona sebagai urusan individu dan keluarga, ataukah urusan se-Negara dan ummat manusia sedunia.
Kalau ini terbatas urusan kita sekeluarga, tinggal lakukan segala hal yang sudah kita ketahui panduannya: jaga kesehatan, kebersihan, jalani PSBB disuruh atau tidak, jaga jarak, tutupi mulut dan hidung ke mana pun pergi, hindari persentuhan dengan orang lain, bahkan dengan gagang pintu, lembaran uang dan apa saja yang Corona bisa numpang melompat ke badan kita.
Kalau ini berkaitan dengan kita sebagai warga dari sebuah Negara, warga dari suatu masyarakat, maka kita juga memikirkan sistem dan formula-formula survivalisme bersama semua rakyat yang terjangkau oleh kita melalui komunalitas dan cluster apa pun: jaringan Jamaah, grup WA, teman klub motor dan mancing, pertetanggaan teritorial desa, atau bentuk komunalitas apa pun.
Kedua, kita ambil cara pandang bahwa kasus Corona ini terkait hanya dengan lingkup kehidupan manusia ini sendiri dengan alam dan proses sosialnya selama ini. Ataukah ia ada hubungannya dengan Tuhan, baik dengan inisiatif-Nya, kehendak-Nya, atau sekadar izin-Nya atas apa yang berlangsung di Bumi.
Yang kedua ini ada pilah: pengalaman Corona kita ini berkaitan erat dengan Tuhan, tetapi bukan Tuhan itu sendiri sumbernya. Ataukah memang sumber inisiatifnya Tuhan sendiri atas kehidupan kita, karena sebab-musabab yang harus kita cari.
Kalau Corona tidak ada kaitannya dengan iradat dan amr Tuhan, maka semua kemungkinan jalan keluar dari masalah ini harus kita cari sendiri. Harus kita sendiri yang menolong diri kita sendiri. Pernyataan Tuhan misalnya “Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (Ali Imran). Firman ini tidak berlaku karena kita sendiri tidak memberlakukannya dengan posisi yang kita ambil. Tidak ada fakta bahwa “Maka Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya) dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ash-Shura).
Secara keseluruhan, kalau Corona ini bukan adzab Allah, maka posisi kita adalah meminta tolong kepada Allah. Kalau Corona ini adzab Allah, maka posisi kita adalah memohon ampun kepada Allah.
“Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan adzab yang demikian itu, melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (Saba).
Salah satu tradisi Jamaah Maiyah di setiap Maiyahan maupun di rumah masing-masing adalah berikhtiar agar tergolong yang dimaksud oleh Allah “sedang kamu (Muhammad) berada di antara mereka: Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Al-Anfal).
Ilmu, pengetahuan dan lelaku klasik Jamaah Maiyah juga sudah jelas:
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan jalan keluar untuk masalah mereka. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (At-Thalaq).
Sebenarnya ada Corona atau tak ada Corona, memang sudah selalu demikian lelaku Maiyah kita.