CakNun.com

Sinau Generik Kepada RSUD Dokter Iskak

Liputan Sinau Bareng CNKK di Desa Besole Kec. Besuki Tulungagung, 18 Agustus 2019 (3)
Helmi Mustofa
Waktu baca ± 3 menit

Semalam Mbah Nun juga ditemani oleh Dokter Supriyanto, direktur RSUD Dokter Iskak Tulungagung. Untuk diketahui, Pak Pri adalah orang yang sejak kuliah telah menetapkan diri untuk melakukan suatu hal yang terminologi maupun ilmunya diperolehnya dalam salah satu tulisan Mbah Nun, yaitu Pohon Pioner.

Tulisan itu membekas di dalam pikirannya, dan mencerahinya untuk melakukan sesuatu yang bernilai pioner, merintis, mengawali sesuatu yang baru, meninggalkan yang semestinya sudah tidak zaman lagi, menerobos kebuntuan dan ketidakmungkinan, dan itu di bidangnya, yaitu kedokteran.

Di tengah banyak permasalahan dan ketidakpuasan publik terhadap layanan rumah sakit, atau tak kunjung idealnya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan rakyat akan hak-hak kesehatan, saat mulai dipercaya menjabat sebagai Direktur RSUD Dokter Iskak itulah, Dokter Pri mengerahkan ijitihad dalam memperbaharui praktik pelayanan rumah sakit. Dalam tingkat paradigma hingga detail-detail penataan rumah sakit, bahkan hingga bagaimana ruang pasien didesain, semunya mesti baru, cerdas dan inovatif. Baca beberapa liputan sebelumnya di web ini tentang Sinau Bareng dan Kunjungan Mbah Nun ke RSUD Dokter Iskak.

Alhasil, dengan kepemimpinan Dokter Pri, RSUD Dokter Iskak Tulungagung menjelma fenomenologi baru menyangkut konsep dan praktik rumah sakit di Indonesia, bahkan juga dunia. Inovasi-inovasi baru yang dilahirkan telah diserap untuk diaplikasikan di rumah-rumah sakit lain di Indonesia. RSUD Dokter Iskak sendiri akhirnya merupakan rumah sakit terbaik di Indonesia. Setiap setahun sekali setidaknya, Dokter Pri pergi ke luar negeri untuk presentasi bagaimana dia mengelola secara inovatif rumah sakit yang Ia pimpin.

Tahun ini, RSUD Dokter Iskak masuk dalam nominasi untuk mendapatkan penghargaan dari International Hospital Federation Award dalam kategori IHF/Bionexo Excellenxe Award for Corporate Social Responsibility, dan di sini RSUD Dokter Iskak akan menghadirkan fenomena Rumah Sakit, yang bisa berkembang, sebagai Public Safety Center. Awal November 2019 nanti, Dokter Pri akan berangkat ke Muscat ibukota Oman untuk mempresentasikan Public Safety Center tersebut dalam tema Strategi dan Inovasi dalam menghadapi era yang disrupted.

Tadi malam, Mbah Nun meminta Dokter Pri untuk bercerita beberapa hal mengenai RSUD Dokter Iskak, dan ditanya mengenai makna satu kata dari dunia kedokteran/obat, yaitu: generik. Dijelaskan, generik artinya adalah umum. Dia ambil contoh, teh adalah istilah umum, tapi kalau teh botol sosro, teh botol bermerek lainnya, adalah sudah tidak lagi generik. Artinya, generik adalah sesuatu yang masih sederhana dan murah. Dalam contoh teh misalnya, untuk minum teh, meski tehnya juga diproduksi pabrik, tapi untuk menjadi minuman kita bisa bikin sendiri, dan tidak mesti membeli minuman teh produk industri yang harganya relatif lebih mahal.

Mbah Nun mau menegaskan bahwa sebenarnya generik itu bertitik berat pada murahnya atau mandirinya. Dokter Pri bilang, “Pada kemandiriannya.” Kemudian dipakai sebagai perspektif dalam melihat, Mbah Nun mengantarkan teman-teman Jamaah untuk menyadari bahwa acara-acara Sinau Bareng ini juga generik. Dalam banyak sisi. Coba teman-teman bisa ikut mencari.

Dengan term generik ini, Mbah Nun menegaskan kepada semua hadirin dan jamaah bahwa Tulungagung telah menemukan apa-apa yang generik. Rumah Sakit Dokter Iskak adalah generik Tulungagung. Karenanya, di doa bersama saat awal acara, digarisbawahi oleh Mbah Nun bahwa rasa syukur itu juga harus rasa syukur khusus sebagai orang Tulungagung dengan fenomena generiknya. Di ujung menyelami terminologi ‘generik’ ini, Mbah Nun mengajak perguruan-perguruan Pencak Silat di Tulungagung juga berlaku generik, yakni memiliki kebijaksanaan-kebijaksaan lokal.

Ke kualitas generik, mandiri, kreatif, dan cerdas itulah kiranya yang Mbah Nun harapkan semua anak-cucunya bergerak. Tidak tenggelam oleh keadaan yang mungkin tampaknya baik-baik dan tenang-tenang saja tapi sejatinya membutuhkan perubahan mendasar bahkan mondial juga skalanya. Bacalah bagian akhir Tajuk (4) Mbah Nun: Yang Percaya, Percayalah, Yang Ingkar Ingkarlah.

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Exit mobile version