Sinau Bareng Perkumpulan Koperasi Se-Kabupaten Karanganyar
Malam ini saat berlangsung Sinau Bareng di Alun-alun Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, KiaiKanjeng sebenarnya sedang berduka karena Ibunya Pak Toto Rahardjo dipanggil oleh Allah menghadap ke haribaan-Nya sore tadi. Pak Toto sendiri sudah berencana ikut menemani Mbah Nun ke Sinau Bareng di Karanganyar ini. Namun, menjelang pukul 15.00, beliau beroleh kabar bahwa sang Ibu sedang dalam keadaan agak kritis. Tak berselang lama, ternyata sang Ibu dipanggil oleh Allah Swt.
Sore tadi pula Pak Toto sekeluarga segera pulang ke kampung halaman, di Lawen Banjarnegara. Mbah Nun dan KiaiKanjeng tak bisa ta’ziyah karena sudah terjadwal Sinau Bareng di Karanganyar malam ini dan besok malam di Mojokerto. Doa telah disampaikan Mbah Num secara langsung kepada Pak Toto. Sementara itu, rekan-rekan penggiat jamaah Maiyah di seputaran Banjarnegara bersiap takziyah.
Beberapa hari lalu, tepatnya 17 Juli 2019, baru saja Pak Toto menulis tajuk berjudul Kembali Ke Spirit. Salah satu maksudnya adalah mengajak kita semua untuk lebih memperbanyak melantunkan shalawat atau dzikir yang kita miliki, untuk memperkuat sikap kita supaya tidak gampang terombang-ambing oleh keadaan di masa sekarang. Mbah Nun dan KiaiKanjeng sangat setuju. Maka malam ini, Mbah Nun meminta semua hadirin yang memenuhi alun-alun ini, untuk memasuki kekhuyukan terlebih dahulu melalui nomor Shohibu Baity.
Kekhsuyukan di awal ini diteruskan dengan suara magis nomor Pambuko dan kemudian disambung dengan Shalawat Nariyah yang dilantunkan bersama-sama. Acara Sinau Bareng kali ini diselenggarakan oleh perhimpunan koperasi-koperasi se-kabupaten Karanganyar dalam rangka memeringati Hari Koperasi ke-72. Hadir menemani dan mendampingi Mbah Nun adalah Bupati, Wabup, Kapolres, dan Dandim, serta perwakilan penyelenggara.
Dalam kesempatan sambutan yang diberikan oleh Mbah Nun, Pak Bupati dengan sederhana dan lugas menyampaikan rasa syukur dan gembira atas acara ini yang diliputi oleh keguyuba, kerukunan, dan kekompakan khususnya di antara para pelaku koperasi di Karanganyar ini. Juga, Pak Bupati berharap acara ini dapat menambah kepercayaan masyarakat kepada koperasi, dan dengan ikut menjadi anggota koperasi mereka mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan. Sejahtera di dunia maupun akhirat, kurang lebih demikian yang disampaikan Pak Bupati.
Dari sini, sekaligus telah bergerak tahapan Sinau Bareng dari suasana sublim khusyuk menuju mulai lebih santai, lebih horisontal. Mbah Nun langsung mengajak jamaah mengurai ‘Sejahtera dunia akhirat.’ Apa itu kira-kira maksudnya, dan bagaimana sebaiknya kita memetakannya. Jamaah dipancing oleh beliau untuk bareng-bareng menemukan empat jenis situasi. Sejahtera di dunia, dan sejahtera di akhir. Kemudian: tidak sejahtera dunia tetapi sejahtera akhirat. Sejahtera dunia, tetapi tidak sejahtera akhirat. Dañ yang keempat: Tidak sejahtera dunia dan tidak pula sejahtera akhirat.
Melalui format bertanya tapi lebih dekat ke obrolan santai namun semua jamaah serius menyimak konten yang hendak disampaikan Mbah Nun. Macam-macam jawaban partisipan. Kreatif-kreatif, dan banyak yang mbak-mbak atau ibi-ibu yang terlibat berpartisipasi. Buat para partisipan ini, Mbah Nun siapkan hadiah buat mereka berupa uang 50 ribu (diawali oleh Pak Bupati yang mengeluarkan uang dari dompetnya). Jawaban yang bagus malahan bisa dapat tambahan nominalnya menjadi 100 ribu. Mbah Nun bertanya tentang ontoh orang yang jenis keempat tadi: tidak sejahtera dunia dan tidak sejahtera akhirat.
Ada yang menjawab seperti ini: kere dan tidak ngaji, miskin dan tidak beribadah, dan juga ada yang urun jawaban: kere dan mencuri atau maling. Untuk jawaban terakhir ini, Mbah Nun menggoda: di tempatmu ya ada? Di Karanganyar? (Rupanya mbak yang menjawab datang dari Ponorogo). Kalau di Indonesia, adakah?
Semua jamaah tergerak buat rileks tapi pelan-pelan memaknai setiap nilai dan pengalaman yang berlangsung di Sinau Bareng malam. Apalagi kemudian segmen ini disambung dengan workhop lagu berbasis tiga kelompok dan nanti akan dilanjut dengan Dolanan yang juga melibatkan patisipasi jamaah.
Sampai posisi itu, Mbah Nun sudah menorehkan pesan-pesan kepada jamaah agar mereka benar-benar belajar menjadi diri sendiri yang otentik dengan cara rajin titen sebagaimana ajaran Mbah-Mbah kita zaman dulu, belajar hidup melalui falsafah beda antara sungai dan kereta api, mempelajari makna iqra (pengajian adalah mengajak jamaah untuk ber-iqra`/membaca dan bukan nuturi), dan juga kita semua diajak untuk mempertimbangkan kanan kiri kita atau sregep taren kepada orang-orang di sekitar kita.
Untuk konteks itulah, dengan menggunakan istilah koperasi, Mbah Nun mengibaratkan Sinau Bareng ini sebagai koperasi ilmu, karena Sinau Bareng mencoba mengaktifkan semua hadirin, termasuk seluruh narasumber yang ada di panggung, dalam satu gerak kerja sama mencari ilmu dan membangun kegembiraan. Dan semuanya dilakukan dengan proporsi spiritual yang kuat dan menjadi landasan, persis seperti malam ini dengan diawalinya Sinau Bareng dengan Shohibu Baity.
Demikianlah, tanpa butuh waktu lama sejak Mbah Nun tiba di panggung, alun-alun Kabupaten Karanganyar telah mewadahi anak-anak muda dan jamaah yang datang dari tempat manapun, dan terlihat penuh dari satu ujung ke ujung lainnya, terhiasi oleh wajah-wajah yang memadukan antusiasme dan kekhidmatan dalam mencari kebaikan dan kebersamaan. (Helmi Mustofa)