CakNun.com

Sengkuni2019 Hingga Tari-Tarian Tauhid di Maiyah

Catatan Majelis Ilmu Mocopat Syafaat, 17 Januari 2019
Muhammad Zuriat Fadil
Waktu baca ± 9 menit

Tari Losari yang Menemukan Rumah di Maiyah

Mbah Nun dipersilakan naik ke panggung ketika bahasan mengenai Sengkuni2019 telah memuncak, diselingi beberapa nomor dari Kiai Kanjeng. Juga dipersilahkan Mbak Nanik seorang penari tari topeng Losari yang berasal dari Cirebon juga dibersamai oleh Pak Jujuk Prabowo serta Pak Tanto Mendut. Mbak Nanik pada saatnya menjelaskan perbedaan antara tari topeng Cirebon dengan Losari. Jadilah di atas panggung, bersama Mbah Nun ada Pak Toto, Mas Helmi, Mbak Nanik, Pak Tanto Mendut Pak Jujuk Prabowo yang menyutradarai Sengkuni2019, juga Pak Mustofa W Hasyim yang malam ini lebih sering dipanggil sebagai “Susilo Bambang Yudhoyono KW lima” tampaknya Pak Kiai Hasyim kita yang juga penggerak Muhammadiyah ini tidak protes apa-apa terhadap gelar tersebut.

Mbak Nanik kemudian diberi waktu untuk menunjukkan tarian asal Losari tersebut. Ada sedikit lenggok khas Sunda, lambaian mirip Jawa bagian tengah dan patahan-patahan lincah menghentak seperti lumrahnya daerah pesisir, penggunaan topeng selalu mengindikasikan zaman yang sangat lama dalam proses budaya, hampir purba bisa kita katakan begitu di mana pelaku kesenian lebih ingin menampilkan yang bukan dirinya. Pengalaman menyaksikan tari topeng Losari langsung akan berbeda rasanya bila menyaksikan dari video atau menyampaikannya hanya lewat tulisan, ada perasaan yang tercampur aduk. Baru ketika Mbak Nanik dipersilakan berbicara sedikit demi sedikit tabir perasaan membuka, sepertinya Mbak Nanik menari dengan rasa penuh haru walau gerakannya cukup rancak.

“Saya seperti menemukan rumah di Maiyah”, aneh bukan? Tarian dengan default khas pesisir yang “adoh ratu” itu malah berkata demikian di wilayah Yogya yang secara geopolitik jelas sangat kraton-isme, tapi belum sepenuhnya “topeng emosi” Mbak Nanik membuka. Mbak Nanik pada awalnya hanya mengutarakan bahwa saat ini beliau sedang memiliki persoalan dan baru ketika bertemu dengan Mbah Nun di dalam rumah sebelum ke panggung tadi beliau bisa menceritakan semua yang beliau alami. “Saya ndak mau cerita dulu, saya ndak mau nangis. Malam ini saya senang sekali”. Pada kesempatan pertama berbicara, Mbak Nanik hanya sekali berucap “Ketika orang mengkafirkan saya, saya jadi tenang ketika ketemu Mbah Nun,” namun detail persoalan beliau belum dapat kita tangkap, hanya mulai tergambar. Lebih banyak kemudian Mbak Nanik bercerita perihal Tari Losari.

Menurut Mbak Nanik, Tari Losari dipercaya sebagai gubahan Sunan Kalijaga yang disempurnakan oleh Pangeran Losari. Sebagai tambahan, Kalau Cirebon bagi kita adalah daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, Losari justru lebih masuk lagi sehingga secara kultural dia mengalami pertemuan budaya yang lebih kompleks, dekat-dekat arah sana misal ada tarlingan yang seperti campursari tapi juga bukan, Tari topeng Losari seperti itu juga, agak sulit didefinisikan.

“Tari topeng Cirebon lebih filosofis, kalau Tari Topeng Losari lebih ke ritual”. Mbak Nanik ternyata dititipi amanah untuk menjaga dan merawat Tari Topeng Losari oleh neneknya, sering sekali dalam berbicara Mbak Nanik mengutip kata-kata neneknya, kita bisa merasakan betapa besar pengaruh sosok sang nenek dalam kehidupan Mbak Nanik. “Kata nenek saya, kalau menari saya jangan lihat orang. Nanti kalau lihat orang kamu jadi sombong. Menari saja dengan hati kamu, kalau kamu menari pakai hati nanti akan ke hati setiap orang juga. Begitu kata nenek saya,” kisah Mbak Nanik.

Lainnya

Topik