Prasmanan Ilmu: Islam Sangat Menyediakan Jawaban
Untuk gap kaya-miskin, pada bahasan ini, kita limitasi pada konsep kepemilikan. Kaya-miskin kita ambil sebagai simbol kata-kata yang merefleksikan jumlah kepemilikan.
Manusia memiliki naluri untuk bertahan hidup. Dari naluri itu muncul naluri turunan untuk terdorong mengumpulkan resources/sumber daya sebanyak-banyaknya. Perbedaan jumlah kepemilikan ini yang melahirkan gap kaya-miskin.
Si miskin merasa society tidak adil karena tidak memberi kesempatan yang adil untuk dia mencari kepemilikan sesuai yang dibayangkan. Sementara si kaya merasa dirinya berhak untuk mendapat banyak kepemilikan karena memang merasa sudah bekerja lebih giat, dan bisa memanfaatkan peluang lebih baik daripada si miskin.
Jenis polaritas ini sangat mudah untuk dipetik menjadi disonansi. Padahal, sepanjang sejarah peradaban manusia yang pernah diteliti, ketika terjadi surplus komoditi dalam kumpulan manusia, pasti akan terjadi gap kaya-miskin di dalamnya. ‘Kewajaran’ ini tidak selalu baik, walaupun juga tidak selalu buruk. Kepemilikan yang juga berarti salah satu kekuatan untuk ‘mengarahkan’ arus peradaban, akan lebih tepat diserahkan kepada tangan yang capable. Islam sangat menyediakan jawaban pada petikan harmoni di area ini.