Prasmanan Ilmu: Dunning-Krueger Effect
Memotret manusia sebagai orang bodoh atau orang pintar dengan generalisasi tentu tidak akan akurat, bahkan penyederhanaan itu sudah menyentuh bias kognitif. Setiap manusia memiliki bidang di mana dia sangat pandai di dalamnya, dan sebaliknya, ada bidang yang dia sangat bodoh di dalamnya. Lagi-lagi manifestasi rentang dinamika dualitas yang intrinsik di manusia.
Tapi coba ambil sebuah bidang tertentu, mau tak mau akan ada gap ‘kepandaian’ antara satu manusia dengan manusia yang lain. Celakanya, mau sepintar atau sebodoh apapun si manusia, keduanya sama-sama rentan terhadap bias kognitif. Si bodoh, karena tidak tahu dirinya adalah bagian dari yang tidak tahu, merasa pengetahuannya (yang sebenarnya sangat terbatas) berada di puncak pengetahuan bidang tersebut. Ini biasa disebut sebagai Dunning-Krueger effect.
Si pandai, karena tahu dirinya cukup tahu, dan sadar bahwa lebih banyak yang dia tidak tahu daripada yang dia tahu, kadang terjebak pada inferiority complex. Dia menghindari hal yang dia tidak tahu dan bertahan hanya pada yang dia tahu, dan percaya hanya itu yang diperlukan untuk menjawab society dan hidupnya. Dan malah kadang-kadang di permukaan justru menunjukkan superiority complex, sebagai kompensasi atas inferiority complex-nya.
Kedua tiang pancang pandai-bodoh ini menyediakan tensi yang terpetik untuk menjadi suara.