CakNun.com

Pertemuan Arus Cinta Dalam Ma’dabah Nan Tsabita

(Reportase Singkat Sinau Bareng Dies Natalis ke-31 PENS, Surabaya, Jum’at 30 Agustus 2019)
Muhammad Zuriat Fadil
Waktu baca ± 2 menit

“Jadikan kesenanganmu dalam hal apa saja untuk menemukan kekuasaan Allah,” Mbah Nun kembali mengingatkan agar kita selalu kembali pada kesadaran tauhid, kesadaran bahwa segalanya saling bersambung, bertemu dan bermuara pada Allah Swt. Ini adalah Sinau Bareng, majelis Maiyah titik ke-4099 di seluruh Nusantara.

Bertempat di kompleks perkuliahan PENS yang sedang merayakan Dies Natalis ke-31. Dengan mengangkat tema “Pendidikan Menyemai Peradaban.”

Pukul 20.00 WIB KiaiKanjeng dan Mbah Nun naik ke panggung, setelah sapaan mesra pada anak cucu yang merindukan. Nomor Hati Matahari langsung menerangi batin jamaah, percintaan langsung meriah. Panggung dikelilingi oleh gedung perkuliahan, jamaah memadati tidak hanya tanah lapang tapi juga lantai dua dan tiga gedung. Menikmati Sinau Bareng dari berbagai sudut, jarak, sisi sampai lingkar pandang meresapi lapis demi lapis kemesraan. Mempertemukan, mempersentuhkan arus-arus alir kecendrungan menjadi pernikahan peradaban.

Mbah Nun membagi jamaah menjadi tiga kelompok besar yakni kelompok eksplorasi, inovasi, dan invensi. Tiga ini, adalah kecenderungan manusia yang bila bekerja sama dengan baik akan mampu menciptakan peradaban. Wa maa huwa peradaban? Mbah Nun menjelaskan bahwa peradaban adalah di mana ilmu, pengetahuan, pemahaman, penggalian manusia telah jadi laku-lampah keseharian yang dijalankan dengan tingkatan yang sudah menyerpih, menghalus meresap dalam kesadaran manusia dan bertahan dalam stamina yang istiqomah lintas zaman. Dari sini kita kembali diingatkan mengenai tadris, ta’rif, ta’lim, dan ta’dib, dan Mbah Nun tekankan “Malam ini adalah ma’dabah”. Iya, malam ini kita menyemai peradaban.

Ada ayat manis bernama Tsabita, seorang mahasiswi PENS yang pada sesi dialog di awal menyatakan dengan mantap bahwa yang paling utama dalam hidup ini adalah akhlaq. Kemunculan ayat Tsabita ini digali oleh Mbah Nun dengan mengambil ayat dari Surah Ibrahim yang menyatakan kira-kira (bilhal) bahwa kalimat yang baik ibarat pohon yang akarnya menancap di bumi dan cabangnya merentang menjangkau langit. Dalam ayat tersebut memang ada kata “tsabit” tampaknya berarti sesuatu yang pasti dan tetap, berketetapan.

Karena ini Sinau Bareng, memang kemudian seluruh fenomena digali. Kemudian dipertemukan. Termasuk karena PENS ini adalah institusi yang fokus pada elektronika. Ilmu elektronika ini digali dari jamaah terutama yang berasal dari mahasiswa PENS sendiri. Seorang mahasiswa diminta menjelaskan teknis terjadinya arus listrik dengan bahasa sesederhana mungkin. Hikmah dari pertemuan dua arus yang kemudian melahirkan energi listrik kemudian mengalir lagi jadi produk keilmuan.

“Kalau kamu berbeda-beda ada dua kemungkinan, tabrakan jadi kehancuran atau menjadi cahaya yang menerangi,” ungkap Mbah Nun. Dan pertemuan, muwajjahah adalah salah satu ciri Sinau Bareng. Pertemuan demi pertemuan, dari arus-arus yang berbeda, dari beda golongan, kelas sosial, strata pendidikan bertemu di Sinau Bareng sehingga menjadi daya terangnya peradaban baru masa depan.

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Exit mobile version