CakNun.com

Pengajian Kok Begitu: 10 Hal untuk Millenial Ketahui Tentang Sinau Bareng Cak Nun dan KiaiKanjeng

Fahmi Agustian
Waktu baca ± 8 menit

7. Workshop yang menggembirakan

Karena tidak ada sekat, maka jamaah juga merupakan pelaku Sinau Bareng. Seringkali Cak Nun mengajak beberapa jamaah untuk naik ke panggung kemudian mengadakan workshop sederhana dengan fasilitator personel KiaiKanjeng. Seperti yang terlihat akhir-akhir ini di setiap Sinau Bareng. Ada sekitar 15 perwakilan dari jamaah yang menjadi peserta workshop secara langsung. Apa saja workshop-nya? Cak Nun biasanya membagi peserta menjadi 3 kelompok, kemudian diberi beberapa pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh peserta workshop. Pak Joko Kamto biasanya mengajak jamaah untuk workshop dasar-dasar teater. Mas Jijit dan Mas Donny mengajak jamaah untuk nguri-uri kebudayaan leluhur kita dengan workshop dolanan anak-anak zaman old atau dengan bernyanyi bersama.

Fungsi dari workshop ini untuk bersama-sama menggali atau mencari jawaban dari tema-tema pada tiap Sinau Bareng. Kalau pengajian umum, masyarakat pengundang menyuguhkan tema untuk kemudian ustadz atau kiai diminta menceramahi masyarakat terkait tema itu, tapi Cak Nun mengajak masyarakat–terutama generasi millenial–untuk juga menyumbangkan pemikiran mereka. Sehingga upaya solusi yang muncul menjadi otentik sesuai kebutuhan mereka. Cak Nun hanya nambal yang kurang-kurang dan membenahi yang kurang pas dari pendapat mereka.

8. Para orangtua muda yang membawa anak kecil

Salah satu fenomena yang terjadi di Sinau Bareng adalah semakin banyak anak kecil yang masih di bawah lima tahun diajak oleh orang tua mereka untuk Sinau Bareng. Dari sudut pandang kesehatan modern, begadang itu kan tidak baik bagi anak-anak yang belum dewasa. Apalagi begadang di ruang terbuka. Sinau Bareng Cak Nun dan KiaiKanjeng sering dilaksanakan di lapangan atau alun-alun. Di ruang terbuka yang hembusan angin malamnya cukup kencang. Belum lagi kalau hujan turun, suhu udara pasti akan lebih dingin lagi. Apalagi pembahasan ilmu yang disampaikan, apa iya anak-anak itu akan paham?

Tapi jangan salah, anak-anak itu mungkin hari ini belum paham apa yang mereka alami di Sinau Bareng. Bisa saja, suatu saat nanti mereka akan ingat bahwa ketika mereka kecil, mereka pernah merasakan atmosfer Sinau Bareng. Belum lagi banyak masyarakat kita yang masih memegang prinsip ngalap berkah. Maka, sebisa mungkin seluruh anggota keluarga mereka diajak untuk Sinau Bareng dalam rangka ngalap berkahe Cak Nun.

9. Shalawatan, atmosfer kemesraan, dan bergembira dengan kegembiraan yang disenangi Allah

Satu hal pokok dalam Sinau Bareng adalah shalawatan karena prinsip dasar yang dibangun Maiyah adalah bahwa hidup ini harus selalu dalam keselarasan segitiga cinta Allah-Rasulullah-Hamba. Maka shalawat adalah hal yang utama. Kalau di televisi, shalawatan hanya sebatas penanda jeda masuk iklan, atau ada yang shalawatan hanya sebatas pertunjukan dan nyanyian, dalam Sinau Bareng ia adalah kebutuhan. Tidak hanya manusia yang bershalawat, semua makhluk yang hadir di Sinau Bareng–yang tampak dan tak tampak serta alat-alat musik–diajak bershalawat dengan penuh kekhusyukan.

Juga yang sangat terasa jika teman-teman millenial ikut Sinau Bareng adalah kegembiraan. Tawa riang selalu hadir. Bisa melalui candaan yang disampaikan Cak Nun melalui berbagai anekdot, atau sajian dolanan bersama KiaiKanjeng. Juga muncul dari tingkah spontan jamaah ketika workshop berlangsung, atau dari pertanyaan jamaah dalam sesi tanya jawab. Atmosfer kegembiraan ini memang ditanamkan Cak Nun karena dalam menjalani hidup sebagai khalifah Allah di muka bumi ini harus dijalani dengan gembira. Namun kegembiraan itu tetap dengan pagar harus yang disenangi Allah, bukan gembira asal gembira saja.

Fahmi Agustian
Koordinator Simpul Maiyah dan Anggota Redaksi caknun.com. Penulis bisa dihubungi di @FahmiAgustian.
Bagikan:

Lainnya

Exit mobile version