CakNun.com

Meneguhkan Lima Prinsip Jalan Kenabian

Catatan Majelis Ilmu Kenduri Cinta, Jakarta, Jum'at 11 Oktober 2019
Fahmi Agustian
Waktu baca ± 6 menit

Atas dasar ini, Syeikh Kamba mengajak seluruh jamaah Maiyah untuk bersyukur atas karunia Allah berupa Maiyah yang kita alami ini. Syeikh Kamba mengigatkan, sebagai orang Maiyah lebih baik memfokuskan diri untuk menanam, menyebar, menyemai prinsip-prinsip kebaikan.

Mbah Nun kemudian merespona paparan Syeikh Kamba. “Anda semua berkumpul di sini karena anda sudah memenuhi lima prinsip yang disampaikan Syeikh Nursamad Kamba tadi”, Mbah Nun mengawali. Apa yang kita alami bersama di Maiyah, ditekankan oleh Mbah Nun adalah suasana sinau bareng. Semua saling belajar, semua adalah pembelajar. Dengan konsep sinau bareng, tercipta nuansa kebersamaan yang didasari cinta kasih. Dan kita tidak perlu memikirkan jika ada yang belum bisa menerima Maiyah.

Maka, posisi Maiyah kepada Indonesia juga bukan sesuatu yang penting. Maiyah sama sekali tidak memiliki kewajiban apa-apa kepada Indonesia. Jika suatu saat ada hal yang dilakukan oleh Maiyah untuk Indonesia, Mbah Nun menyatakan bahwa sifatnya adalah sedekah. Maka Maiyah juga tidak akan memiliki nafsu untuk dikenal oleh siapa-siapa. Kita semua datang ke Maiyah atas dasar hidayah dari Allah yang turun bersamaan cinta dan kasih, yang kemudian mengejawantah pada pertemuan kita semua di Maiyahan.

“Maka, salah satu fakta di Maiyah adalah, jika anda tidak bergembira maka anda belum ber-Maiyah”, ungkap Mbah Nun. Pada hakikatnya, Allah menciptakan seluruh makhluk dan juga alam semesta dengan penuh kegembiraan. Jika kita menggunakan cara pandang manusia, hal itu dikarenakan Allah tidak ingin bahagia sendirian. Allah ingin melibatkan seluruh makhluk ciptaan-Nya untuk bergembira bersama-Nya. Karena Allah menciptakan kita dengan cinta, maka jangan sampai ita menjadi ciptaan-Nya yang tanpa cinta.

“Di Maiyah, yang kita cari adalah kejernihan jiwa”, lanjut Mbah Nun. Naluri sejati manusia sebenarnya adalah tidak ingin disentuh oleh sesuatu yang mengotori kesucian. Di Maiyah kita memahami kesucian itu tidak rumit. Bahwa 1 adalah 1, itulah kesucian. Benar adalah benar, dan jika salah adalah salah, itulah kesucian.

Mbah Nun kembali menegaskan prinsip-prinsip dasar di Maiyah. Bahwa Maiyah bukanlah sebuah organisasi yang memadat, yang tidak ada syarat dan ketentuan khusus bagi siapa saja yang datang ke Maiyah. Begitu juga pada diri Mbah Nun, sama sekali tidak ada satupun alasan untuk menjadikan Mbah Nun sebagai sosok yang dikultuskan di Maiyah. Mbah Nun kemudian menukil surat An Nisaa ayat 59; Athii’ullaha wa athii’u-r-rasuul wa uuli-l-amri minkum.

Pada tadabbur ayat ini, Mbah Nun kembali menegaskan bahwa hanya ada dua pihak yang secara mutlak wajib untuk kita taati; Allah dan Rasulullah. Selain dari itu, maka sebagai khalifah di muka bumi, manusia memiliki kedaulatan untuk menghitung kemungkinan-kemungkinan untuk mentaati sesuatu atau tidak. Mbah Nun juga menegaskan bahwa tema Kenduri Cinta kali ini; “Negara Ta’lih” adalah salah satu upaya kita bersama untuk berikhtiar meneguhkan kembali tauhid kita kepada Allah.

Maka, secara khusus Mbah Nun merilis Panduan Wirid Akhir Zaman. Kenduri Cinta menjadi simpul pertama yang melaksanakan prosesi Wirid Akhir Zaman tersebut. Dipandu oleh penggiat Kenduri Cinta, jamaah kemudian melantunkan Wirid Akhir Zaman. Mbah Nun menjelaskan bahwa wirid tersebut akan menjadi wirid pembuka di setiap Maiyahan rutin di seluruh simpul Maiyah. Dan juga, dijelaskan oleh Mbah Nun, wirid tersebut juga bisa dilakukan secara mandiri baik berkelompok atau sendiri-sendiri di luar Maiyahan.

“Maiyah adalah gembira”, Mbah Nun kembali menyampaikan bahwa dalam ber-Maiyah jangan sampai kita tidak merasa gembira. “Anda jangan terbebani dengan sesuatu hal yang sebenarnya tidak menjadi beban anda. Jangan memasukkan semua hal ke dalam pikiran dan hatimu. Temukan kegembiraan dalam hidupmu”, ungkap Mbah Nun.

Kegembiraan dan kebahagiaan di Kenduri Cinta edisi Oktober dipuncaki kembali dengan prosesi Wirid Akhir Zaman. Mbah Nun kemudian memimpin do’a bersama. Lewat pukul 3 dinihari, Maiyahan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki ini pun diakhiri.

Lainnya

Exit mobile version