CakNun.com

Membunuh Pertanyaan

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 1 menit

Daya khayal (imajinasi) biasanya justru ada pada anak-anak yang masih bebas dan asali (genuine), anak-anak lah yang paling kerap berani mengajukan pertanyaan: kenapa 2+2=4, kenapa tidak 5 atau 6? Racun untuk bunuh nyamuk kok namanya ‘obat nyamuk’? Kenapa ke sekolah harus pakai seragam? Bahkan, tak jarang sampai ke perkara yang dianggap ‘tabu’: Saya lahir dan keluar dari perut ibu lewat mana? Kalau kita mati, kita pergi ke mana? Kalau Tuhan ada, kenapa tidak kelihatan? Apakah adil kalau Tuhan selalu meminta saya memenuhi semua perintah-Nya, padahal tidak semua permintaan dan keinginan saya Dia penuhi?

Memupuk dan menumbuhkan kebiasaan (sikap dan prilaku) ‘bertanya yang mempertanyakan’ itulah yang hampir tidak ditradisikan dalam lingkungan kehidupan kita, bahkan di institusi pendidikan kita—bukannya menumbuhkan pertanyaan-pertanyaan yang mempertanyakan—bahkan realitasnya malah sering membunuh embrio/janin pertanyaan.

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:

Lainnya

Belum Aqil Baligh

Belum Aqil Baligh

Media-media ribut soal hak anak. Ada situasi yang membuat anak-anak kehilangan hak bermain, hak asuh, hak Pendidikan dll gara-gara pandemi Covid-19 ini.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Exit mobile version