Membunuh Pertanyaan
Daya khayal (imajinasi) biasanya justru ada pada anak-anak yang masih bebas dan asali (genuine), anak-anak lah yang paling kerap berani mengajukan pertanyaan: kenapa 2+2=4, kenapa tidak 5 atau 6? Racun untuk bunuh nyamuk kok namanya ‘obat nyamuk’? Kenapa ke sekolah harus pakai seragam? Bahkan, tak jarang sampai ke perkara yang dianggap ‘tabu’: Saya lahir dan keluar dari perut ibu lewat mana? Kalau kita mati, kita pergi ke mana? Kalau Tuhan ada, kenapa tidak kelihatan? Apakah adil kalau Tuhan selalu meminta saya memenuhi semua perintah-Nya, padahal tidak semua permintaan dan keinginan saya Dia penuhi?
Memupuk dan menumbuhkan kebiasaan (sikap dan prilaku) ‘bertanya yang mempertanyakan’ itulah yang hampir tidak ditradisikan dalam lingkungan kehidupan kita, bahkan di institusi pendidikan kita—bukannya menumbuhkan pertanyaan-pertanyaan yang mempertanyakan—bahkan realitasnya malah sering membunuh embrio/janin pertanyaan.