Mbah Nun Menyelamatkan Saya dari Usiran Paman
Kalimat judul itu adalah cerita unik tentang bagaimana karya Mbah Nun memiliki manfaat atau pengaruh dalam kehidupan orang dalam cara yang boleh jadi tak terbayangkan oleh kita semua, bahkan oleh Mbah Nun sendiri juga. Yang punya cerita adalah Pak Sunyoto Lurah Gebangsari Jatirejo Mojokerto, tuan rumah dan pemrakarsa Sinau Bareng malam ini.
Dalam kesempatan sambutan yang diberikan oleh Mbah Nun, Pak Sunyoto bercerita pengalamannya di masa lalu. Pada waktu itu dia pergi merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai sopir di tempat pamannya. Ternyata di dalam mobil pamannya, setiap kali berperjalanan, ada satu kaset yang selalu diputar, dan itu adalah album Mbah Nun berjudul Allah Merasa Heran. Dan hanya ada kaset itu seingat dia. Saking seringnya diputar, sampai-sampai Pak Sunyoto ingat lirik-liriknya. Demikianlah setiap pergi, suara kaset Mbah Nun itu menghiasi ruang dalam mobil itu.
Hingga suatu ketika terjadi suatu insiden, mobil yang dikemudikan Sunyoto ini menyerempet mobil, dan itu sontak membikin sang paman marah-marah, bahkan muncul ultimatum dia akan diusir ke kampung halaman. Saking marahnya, si paman sampai lupa menyetel kaset itu, sebagaimana biasanya.
Dalam keadaan dimarahi itulah, apa yang saban hari Sunyoto remaja dengar di mobil itu mencuat dalam pikirannya. Ia ingat betul bahwa lirik Allah Merasa Heran itu punya makna dan pesan mendalam. Salah satu yang dicatat baik-baik olehnya adalah Allah Merasa heran kepada orang yang sudah tahu harta tak akan dibawa mati, tapi masih saja menumpuk-numpuk.
Ketika itulah dalam kesunyian mendadak di dalam mobil itu, Sunyoto sang driver langsung menirukan suara Mbah Nun bersuluk dalam lagu itu: “Sampai-sampai Allah merasa heran…” Secara tak langsung Ia mau nyentil pamannya, sudahlah keserempet sedikit saja kok marahnya seperti itu, seperti orang yang terlalu suka menumpuk harta, dan mencintainya segitu rupa.
Eh, ternyata setelah mendengar suara dia menirukan Mbah Nun, pamannya yang sedari tadi diliputi amarah pelan-pelan jadi tertawa sendiri dan tersenyum-senyum insyaf bahwa tak perlu marah berlebihan dan sebaiknya segera ikhlas saja. Kaset pun akhirnya diputar, dan sang keponakan tak jadi diusir atau dipecat.
“Seandainya ditulis, kira-kira judulnya adalah Mbah Nun telah menyelamatkan Saya dari Usiran Paman Saya,” begitu Pak Sunyoto mengungkapkan cerita yang akhirnya bisa langsung disampaikan di depan orang yang telah menyelamatkannya itu, dan butuh waktu dua puluhan tahunan sejak kejadiannya berlangsung.
Pak Sunyoto sangat senang dengan terselenggaranya Sinau Bareng yang telah lama dicita-citakannya. Kepada Mbah Nun dan seluruh jamaah yang hadir, beliau berharap Sinau Bareng ini dapat menambah keberkahan dan kedamaian, menambah terjaganya tradisi yang baik serta terjaganya NKRI. Selaku kepala desa, beliau juga berdoa agar desa Gebangsari semakin makmur dan sejahtera, rezeki warga desa digampangkan oleh Allah, serta diberi kesehatan semua. Amin amin, Pak Lurah. (Helmi Mustofa)