CakNun.com

Lumbung Desa

Mukadimah Maiyah Dusun Ambengan Juli 2019
Maiyah Dusun Ambengan
Waktu baca ± 3 menit

Logika akan bekerja, apabila logistik terpenuhi. Bagaimana bisa kita berlogika, apabila logistik tersumbat, terkendala distribusinya, bahkan terhenti (stagnan) muatannya. Sebagaimana mestinya bila logistik erat kaitannya dengan asupan makanan pokok demi kelangsungan metabolisme dalam tubuh, dan dijadikan prioritas utama untuk selalu ditunaikan oleh kebanyakan orang.

Dinamika kehidupan dunia yang fana penuh tipu daya ini, selalu membutuhkan supply logistik berkelanjutan. Terlebih lagi kehidupan akhirat yang kekal abadi. Jelas porsi logistiknya lebih kita utamakan daripada kefanaan dunia yang selalu memperdaya ini. Ketahanan stabilitas hidup kita akan akhirat ialah yang utama daripada fluktuatif-nya putaran roda dunia.

***

Logistik dapat bertipe sumbu pendek, kebutuhan waktu dekat, jangka menengah, rentang waktu panjang, bahkan momentum jauh ke depan yang tak terduga sama sekali. Oleh karena itu kita dituntut peka dan jeli untuk menghimpun bekal-bekal tertentu, sebagai persiapan menghadapi berbagai kemungkinan yang tak bisa diprediksikan.

Sederhananya kebutuhan makan saja, itu selalu kita perjuangkan semaksimal mungkin, demi menunjang kebutuhan akan konsumsi primer. Namun jika dalam pemenuhan hasrat makan tak terkendali dan penuh dengan pelampiasan, maka kita tak mampu mengisi lumbung-lumbung makanan sebagai stok.

Lumbung desa, dalam kebudayaan Bali disebut (Jineng), berarti suatu ruang wadah penyimpanan bahan makanan pokok masyarakat desa. Difungsikan saat kondisi rentan akan masa paceklik, ketahanan pangan yang terancam, dan kondisi darurat minimnya hasil pertanian, perladangan untuk kelanjutan hidup masyarakat desa itu sendiri.

Serupa juga dalam tradisi Lampung. Masyarakat Lampung biasa menyebut lumbung padi yang terbuat dari kayu dengan sebutan “Balai”. Ruangan ini berfungsi menyimpan padi atau dikenal dengan sebutan “Ratu Sanghyang”. Sebanyak 1.000 pucung atau 10 ton gabah yang dapat disimpan selama setahun.

Begitu juga dengan leuit pada tradisi masyarakat sunda. Alang pada tradisi Toraja, Rangkiang pada tradisi Minangkabau. Mereka mencontohkan tentang suatu hal yang kita sebut : kedaulatan, ketahanan, kemandirian dan keamanan pangan.

Lumbung-lumbung itu, dominan tabungan bahan mentah yang biasa dihimpun oleh masyarakat Indonesia ialah semisal padi yang telah dipanen (gabah), gandum, jagung, ketela rambat, dan apapun saja yang dapat dijadikan asupan makanan pokok. Kesemuanya itu bertujuan agar ketika menghadapi kondisi tak terduga sekalipun, masyarakat desa tetap berlangsung hidup, agar tidak kelabakan dan kekurangan stok makanan.

Anggap saja dalam panggung sandiwara kehidupan di dunia ini, kita sedang memasuki wilayah labirin-labirin yang tidak pasti dan penuh teka-teki. Apabila tidak siap akan bekal-bekal makanan di lumbung penyimpanan, kita akan kehabisan asupan energi di tegah perjalanan. Yang sejatinya tujuan dan garis finish yang kita tuju adalah alam akhirat yang kekal di dalamnya. Boleh saja kita mencintai dunia, tapi ingat, suatu saat kita akan meninggalkannya. Gemerlapnya segala kehidupan dunia, semua itu akan kita tanggalkan, ketika kita sudah memijak rute alam akhirat yang ‘abadan abadaa’.

Atas kemurahan Allah SWT, kita diizinkan untuk membangun dan mengisi lumbung-lumbung bekal di dunia. Untuk nantinya bermanfaat di alam akhirat. Namun kebanyakan manusia terperdaya oleh ladang, sawah, perkebunan di dunia ini. Bahkan meremehkan sama sekali bahwa perjalanan sebenarnya ialah di akhirat. Yang jelas kita perlu senantiasa mengisi berbagai macam varian bekal ketika di alam akhirat nanti. Perspektif akan Lumbung Desa, sebagai ruang penyimpanan, fungsi manfaat, dan deposito tabungan akan sangat luas cakupan pemaknaannya. Tergantung bagaimana kita meresapi, memaknai, dan memanfaatkannya.

Dengan segala kerendahan hati dan tanpa sekat kasta sekalipun, mari melingkar untuk sinau dan bergembira bersama membedah tema “Lumbung Desa” yang diusung Majelis Masyarakat Maiyah : MAIYAH AMBENGAN, Sabtu 13 Juli 2019, Pukul 20:00 WIB di Rumah Hati Lampung, Margototo, Metro Kibang, Lampung Timur.

Lainnya

Rembug Langkah Maiyah Organisme

Rembug Langkah Maiyah Organisme

Orang berilmu belum tentu faham tentang ilmunya. Orang faham belum tentu Arif dengan pemahamannya. Orang Arif belum tentu berjiwa Mengasuh. Mengasuh belum tentu santun.

Majelis Gugur Gunung
Gugur Gunung