Kurikulum Berkelanjutan Tentang Menjadi Diri yang Otentik
Ilmu Resolusi Konflik Sosial Bermasyarakat
“Di Maiyah ini adalah pembelajaran ilmu yang tidak ada kurikulumnya di sekolahan. Maiyah ini adalah ilmu kehidupan”, Mbah Nun menyambung apa yang disampaikan oleh Mas Anies. Mbah Nun menjelaskan bahwa di Maiyah kita membahas, mempelajari, mendiskusikan apa saja, mulai dari agama, kesehatan, pendidikan, ekonomi, hukum, politik dan seterusnya, dari siapapun saja. Dan pijakan kita bersama adalah mencari sesuatu yang benar bukan siapa yang benar. Kebenaran yang mutlak hanya milik Allah, manusia yang hanya diberi cipratan-cipratan sedikit saja tidak diperkenankan untuk sombong bahwa ia telah menemukan kebenaran.
Dari Maiyahan yang kita ikuti saja, ilmu yang bisa kita ambil adalah ilmu resolusi konfik sosial bermasyarakat. Dalam sebuah forum, siapa saja boleh datang, kapan saja boleh pulang, siapa saja boleh berbicara, dan yang tidak berbicara juga ikhlas mendengarkan apapun saja yang disampaikan. Keputusan akhir ada pada diri masing-masing individu, mana yang akan dibawa pulang, mana yang memang tidak perlu disimpan, mana yang memang cukup hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Mbah Nun mentadabburi surat At Talaq ayat 2-3; Wa man yattaqillaha yaj’al lahu makhrojan wa yarzuqhu min haistu laa yahtasibu. Mbah Nun merespons pernyataan Mas Anies sebelumnya yang menyatakan bahwa selama menjabat Gubernur di Jakarta, ada banyak solusi yang muncul secara alami. Ketika ada persoalan, solusi muncul begitu saja. Mas Anies menggambarkan seperti ada tangan-tangan Allah yang membantu. Mbah Nun juga mentadabburi ayat; fainna ma’a-l-’usri yusro. Bahwa pada ayat tersebut disebutkan kata ma’a bukan ba’da, artinya memang solusi dari sebuah persoalan ada ketika persoalan itu muncul.
Ini termasuk ilmu di Maiyah pada semester awal, bahwa kemudahan dari setiap masalah yang dihadapi sebenarnya sudah disiapkan oleh Allah bersamaan dengan masalah atau kesulitan itu. Mbah Nun pun kembali mengingatkan kepada jamaah Kenduri Cinta untuk terus mengasah kepekaan berpikir, sehingga mampu membaca ayat-ayat Allah yang tidak difirmankan. Bagi yang baru beberapa kali ikut Maiyahan, pernyataan Mbah Nun ini bisa disalahpahami.