Kurikulum Berkelanjutan Tentang Menjadi Diri yang Otentik
Gelar Saya: “Mbah”
Malam ini, Mbah Nun hadir di Kenduri Cinta bersama Ibu Via. Menjadi sebuah kegembiraan tersendiri bagi jamaah Maiyah yang hadir di Taman Ismail Marzuki tentunya. Bagaimana tidak bahagia, layaknya seorang anak yang dikunjungi oleh Bapak dan Ibunya, tentu saja kebahagiaan yang membuncah karena rasa kangen yang sudah tidak tertahan lagi.
Mas Anies Baswedan yang juga Gubernur DKI Jakarta, sesaat sebelum Kenduri Cinta meminta waktu secara khusus kepada Mbah Nun untuk bertemu. Setelah bertemu, kemudian, Mbah Nun mengajak Mas Anies untuk bergabung di Kenduri Cinta. Bagi Mas Anies, Mbah Nun adalah salah satu orang tua yang ia hormati. Terlebih, Mbah Nun dahulu sangat dekat dengan kakek Mas Anies; A.R. Baswedan.
“Semua orang sekarang bercita-cita untuk menjadi kaya, terkenal, dan berkuasa”, Mbah Nun mengawali setelah sebelumnya menyapa jamaah dan melambari beberapa pointer untuk pijakan diskusi selanjutnya. “Saya sekarang tahu gelar saya apa, yaitu; Mbah”, Mbah Nun menyegarkan suasana disambut tawa jamaah.
Tidak mudah bagi seseorang untuk “menghancurkan” dirinya di depan publik seperti yang dilakukan oleh Mbah Nun. Berkali-kali, Mbah Nun menyatakan bahwa jangan sampai ada yang mengkultuskan sosok Emha Ainun Nadjib. Mbah Nun juga menegaskan bahwa tidak ada penganut di Maiyah, tidak ada pengikut Emha di Maiyah. Posisi kita semua di Maiyah semua adalah pembelajar, maka pijakan kita di Maiyahan adalah sinau bareng, karena satu dengan yang lainnya saling belajar, saling melengkapi.
“Kenduri Cinta ini sudah 19 tahun kita selenggarakan di TIM”, Mbah Nun melanjutkan. Forum seperti Kenduri Cinta ini ada di 64 titik tersebar di berbagai daerah, dalam dan luar negeri. Tema Kenduri Cinta kali ini menjadi pijakan tema yang juga dibahas di seluruh Simpul Maiyah, termasuk di lima simpul induk; Padhangmbulan, Mocopat Syafaat, Gambang Sayafaat, Bangbang Wetan dan Kenduri Cinta. Mbah Nun menjelaskan bahwa proses sinau bareng untuk mengkristalkan formula tiga kategori manusia ini akan terus berlangsung, setidaknya sampai setahun ke depan, melalui forum-forum diskusi di semua Simpul Maiyah dengan berbagai skalanya.
“Setengah tahun ke depan saya ingin Anda mendapatkan hal-hal yang Anda perlukan agar Anda tetap bahagia dalam keadaan apapun saja”, Mbah Nun melanjutkan. Bahagia yang dimaksud adalah bahagia bukan karena lingkungan eksternal diri kita, melainkan bahagia karena kita mampu memenej jiwa, hati, pikiran kita. Sehingga dalam keadaan apapun saja kita mampu menemukan kebahagiaan. Mbah Nun kemudian mengajak jamaah untuk bersholawat bersama, sholawat Alfu Salam. Semua khusyuk bersholawat, menyapa Rasulullah Saw sebelum memasuki sesi diskusi yang lebih mendalam.