CakNun.com

Kenduri Cinta Tak Enggan Selami Makna Syariah

Catatan Majelis Ilmu Kenduri Cinta, Jakarta, 18 Januari 2019
Fahmi Agustian
Waktu baca ± 8 menit

Mimpi-mimpi Jamaah Maiyah

Yang menarik adalah, ada salah satu peserta workshop yang mengaku beberapa kali didatangi oleh Cak Nun melalui mimpi. Yang kemudian memancing tawa jamaah yang lain adalah, peserta yang bernama Ardi itu masih berpikiran secara konsep wadag, ia menyangka bahwa salah satu kesibukan Cak Nun setiap malam adalah mendatangi jamaah dalam mimpi. Lain lagi dengan Budi, ia pernah bermimpi diajak sholat oleh Cak Nun di sebuah Masjid. Tanpa ada pembicaraan, tanpa ada diskusi, yang ada adalah peristiwa yang sangat indah yang dirasakan oleh Budi dalam mimpi itu.

Iqbal, salah satu peserta workshop, mengakui bahwa Maiyah adalah yang telah menyadarkan dirinya untuk memahami Islam sesuai dengan esensi yang sebenarnya. Sebelumnya, ia pernah bergabung dalam komunitas Islam yang sangat konservatif, sehingga sedikit-sedikit mengharam-haramkan, meneriakan takbir, mengkampanyekan khilafah dan sebagainya. Hingga akhirnya ia menemukan salah satu video Maiyahan di Youtube, yang menurutnya membongkar pemikirannya terhadap Islam. Begitu juga dengan Syam’un, yang sudah mengenal Cak Nun sejak sebelum era Reformasi. Bahkan ia pernah mengikuti sebuah forum dimana Cak Nun dan Amin Rais berada di satu panggung. Ia mengakui bahwa pemikiran Cak Nun telah mengubah cara berpikirnya, sehingga dalam merespons peristiwa yang ia hadapi, ia tidak mudah grusa-grusu untuk menyikapinya.

Cak Nun dan Syaikh Nursamad Kamba yang secara langsung mendengar paparan peserta workshop pun turut merespons. Syaikh Kamba menjelaskan bahwa Maiyah ini adalah jalan kenabian, yang penuh dengan kesunyian. Syaikh Kamba bercerita, bahwa dahulu Sayyidina Umar begitu benci kepada Islam, namun begitu mendengar ayat Al-Qur`an dibacakan, luluh hatinya, sehingga kemudian meyakini bahwa ia harus memeluk Islam. Begitulah metode Maiyah menyentuh kita, menurut Syaikh Kamba, Maiyah ini tak ubahnya seperti sebuah Tariqat dengan Cak Nun sebagai pembimbing utama spiritualnya. Peristiwa Cak Nun datang ke dalam mimpi setiap jamaah merupakan sebuah persitiwa yang tidak bisa dianggap remeh, Syaikh Kamba menjelaskan peristiwa mimpi itu adalah peristiwa keindahan yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita sebagai jamaah Maiyah. Bahkan kita harus bersyukur karena Allah secara khusus memberi hadiah kepada kita berupa Maiyah ini.

Cak Nun pun turut merespons, dilandasi pondasi bahwa jangan sampai jamaah Maiyah mengkultuskan sosok Cak Nun, sehingga terbangun kultus individu. Hal ini yang sejak lama sangat diwanti-wanti oleh Cak Nun kepada kita semua, karena kita harus memiliki pedoman yang kuat bahwa yang nomor satu di Maiyah adalah Allah, kemudian Rasululah Saw. “Jangan pernah berlebihan menilai tentang diri saya”, Cak Nun menyampaikan. Selalu, Cak Nun dengan segala kerendahan hati menjelaskan bahwa beliau adalah manusia biasa seperti yang lainnya.

Dan kembali, melalui kalimat basmalah, Cak Nun menjelaskan bahwa tak perlu kita semua memahami seluruh isi Al Qur`an, cukup kalimat basmalah saja jika kita benar-benar memahami isi dan kandungan dari kalimat basmalah. Cak Nun menjelaskan bahwa ikon utama Allah dalam kalimat basmalah adalah Rahman dan Rahim. Keduanya merupakan sifat Allah, yang seharusnya juga diejawantahkan oleh setiap manusia. Kasih sayang adalah sifat utama Allah yang secara khusus disematkan dalam kalimat basmalah, dan kalimat tersebut adalah kalimat yang sering diucapkan oleh manusia, tentu ada misi khusus dari Allah mengapa dua sifat yang agung itu adalah yang harus sering diucapkan oleh manusia. “Maka jiwa kita juga harus mencerminkan sifat pengasih dan penyayang. Sifat Allah itu setidaknya bisa tercermin dari jiwa kita,” Cak Nun menambahkan.

Bung Tamalele Mandar hadir di Kenduri Cinta

Malam itu, di Kenduri Cinta juga hadir salah satu sahabat Maiyah dari Mandar, Tamalele. Mandar adalah sebuah kota yang memiliki tempat tersendiri dalam hati Cak Nun. Ada sejarah panjang yang sangat membekas, sehingga Mandar bagi Cak Nun adalah salah satu rumah yang selalu dirindukan untuk kembali. Tamalele berkisah bagaimana tahun 1985 Cak Nun datang ke Mandar, kemudian turut membimbing komunitas teater Flamboyant yang hingga hari ini sudah mencapai generasi ke-9. Tamalele juga berkisah, ada sebagian masyarakat di Mandar yang meyakini bahwa Cak Nun adalah reinkarnasi dari Imam Lapeo, salah satu ulama besar di Mandar.

Maka, jika ada kesempatan Cak Nun datang ke Mandar, Cak Nun disambut dengan gegap gempita. Lebih-lebih ketika semua berkumpul di kediaman Bunda Cammana, yang tampak akhirnya adalah keindahan lantunan sholawat yang bersahut-sahutan, tidak ada diskusi seperti Maiyahan, puncak kerinduan ketika bertemu adalah ketika bersama-sama bersholawat, mengungkapkan rasa cinta kepada Rasulullah Saw.

Syari’at adalah Bagian dari Agama (ad-Diin)

Setelah penampilan El Bams yang membawakan nomor-nomor gembira, Fahmi secara khusus meminta kepada Syaikh Nursamad Kamba untuk mengulas kata syariah. Tentu saja sesuai dengan kapasitas keilmuan Syaikh Nursamad Kamba, sebagai salah satu marja’ Maiyah yang memiliki pengetahuan mumpuni untuk menjelaskan kata syariah. Sebuah pertanyaan disampaikan oleh Syaikh Kamba; “Apakah syariah yang kita pahami hari ini sama dengan yang disampaikan oleh Rasululah Saw di zaman beliau masih hidup?”. Pertanyaan sederhana yang memancing jamaah untuk berpikir, karena jarak antara era Rasulullah Saw hingga hari ini membentang jarak 14 abad, adakah kemungkinan reduksi, kontaminasi, bahkan hingga adanya kemungkinan penggiringan kepada pemahaman yang tidak sesuai dengan makna aslinya dari kata syariah tersebut?

Dengan gamblang dan detail Syaikh Kamba menjelaskan.“Penggunaan kata syariah di dunia saat ini memperlihatkan posisi kita dalam keilmuan Islam yang sangat dangkal, pemahaman kita terhadap kata syariat itu sudah sesat di jalan.” Syaikh Kamba menyampaikan bahwa ada banyak pendapat tentang syariat, yang pada akhirnya kita tidak mampu membuat satu kesimpulan yang disepakati bersama tentang syariat itu sendiri. Karena pemahaman kata syariat ini sekarang sudah dalam posisi tersesat, Syaikh Kamba mengajak jamaah untuk kembali ke titik nol-nya kata syariat, yaitu kepada Allah. Dalam konteks ini Syaikh mengajak jamaah untuk mentadabburi salah satu ayat Al Qur`an di surat Asy-Syura ayat 13, bahwa syariat yang diperintahkan oleh Allah adalah menegakkan ad-diin sehingga manusia tidak terpecah belah. “Dari ayat tersebut, kita memahami bahwa syariat adalah bagian dari agama”, Syaikh Kamba menjelaskan.

Kemudian Cak Nun mengemukakan ihwal latar belakang psikologi manusia berkaitan dengan perpecahan. “Sepandai-pandainya Anda, menganggap diri Anda pandai berarti Anda adalah orang yang paling bodoh.”.Salah satu hal yang juga menjadi penyebab perpecahan dari perbedaan pendapat masyarakat adalah karena setiap orang merasa paling pandai, merasa paling tahu, merasa paling menguasai informasi. Padahal, justru lebih banyak informasi yang tidak kita ketahui dari apa yang kita sudah ketahui sebelumnya.

“Hidup itu tidak sealu seperti yang kita pikirkan, maka kita harus waspada,”Cak Nun mengelaborasi. Dijelaskan kembali pula bahwa waspada itu dalam bahasa Al-Qur`an adalah taqwa. Maka jelaslah dalam ayat kedua di surat Al Baqarah dinyatakan bahwa Al-Qur`an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, maksudnya adalah orang-orang yang waspada. Wasapda terahadap apa saja yang mereka temui di kehidupan ini.

Malam itu, Kenduri Cinta terasa sangat membahagiakan. Seperti halnya edisi-edisi sebelumnya. Setiap jamaah yang datang meluapkan rasa kerinduan untuk hadir kembali di forum ini. Kegembiraan Kenduri Cinta malam itu dipuncaki dengan doa bersama yang dipimpin oleh Syaikh Nursamad Kamba.

Dan kembali, kegembiraan akan rasa memiliki bersama terhadap forum Kenduri Cinta ditampakkan di akhir acara. Jamaah bersama penggiat Kenduri Cinta bersama-sama melipat karpet yang sebelumnya digunakan sebagai alas duduk, menurunkan baliho, hingga mengumpulkan sampah-sampah yang berserakan di area pelataran Taman Ismail Marzuki. Kegembiraan yang hanya dirasakan oleh manusia-manusia yang penuh kemurnian, manusia-manusia yang tidak pernah menyerah untuk mencari kesejatian hidup.

Lainnya

Topik