Kebijaksanaan dalam Berbahasa
Kita ambil pelajaran dari ayat 14 surat Al-Hujurat.
“Orang-orang Arab Badui berkata, Kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka), Kamu belum beriman, tetapi katakanlah Kami telah tunduk (Islam), karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Pelajaran pertama adalah tentang sopan santun berbahasa. Dikatakan dalam ayat ini bahwa apa yang mereka ucapkan belum sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya. Jadi sebenarnya kategori apa ini? Kalau kata-katanya tidak sama dengan hatinya itu kategori apa? Munafiq. Tetapi Nabi diperintahkan untuk mengatakan mereka sebagai orang Islam, tidak dikatakan mereka sebagai munafiq. Dikatakan sebagai muslim, aslama, tapi belum mukmin. Jadi, ini bahasa yang sangat persuasif.
Diceritakan juga kalimat setelahnya, “Meskipun kalian masih muslim, belum mukmin, tapi jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka semua amal perbuatan baik kalian akan mendapat pahala dari Allah tidak dikurangi suatu apapun.” Ini adalah pilihan kata. Kita di Indonesia ini kadang-kadang juga hanya berpegang pada kebenaran, tapi mengabaikan kebaikan. Saudara-saudara kita yang nonmuslim itu kita sebut kafir benar apa tidak? Benar, karena dalam Al-Quran jelas. Tapi itu tidak baik kalau kita ucapkan.