CakNun.com

Kalender Jowo Digowo, Kalender Arab Digarap, Kalender Barat Diruwat

Yudi Rohmad
Waktu baca ± 11 menit

Ruwatan kalender yang telah diusulkan selama lebih dari 350 tahun itu akhirnya mendapat pencerahan setelah disetujui oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Februari 1582, yang terabadikan pada papal bull (semacam piagam kepausan) berjudul “Inter Gravissimas”. Delapan bulan kemudian diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1582 dengan menghilangkan 10 hari dalam kalender. Setelah Kamis, 4 Oktober 1582, keesokan harinya adalah Jumat, 15 Oktober 1582 (17 Ramadhan 990 H). Lha iyo, momentum peresmian kalender Gregorian ini kok yo pas dengan hari-tanggal-bulan sakral bagi umat Islam? Apakah hanya kebetulan?

Tampilan kalender bulan Oktober 1582 Masehi dari aplikasi Kalender Pawukon

Koreksi 10 hari ini didapatkan dari selisih antara panjang satu tahun kalender Julian dengan panjang rerata tahun tropis (tropical year). Satu tahun kalender Julian adalah 365,25 hari, sedangkan panjang rerata tahun tropis adalah 365,2422 hari, selisih 0,0078 hari (11 menit 13,92 detik) per tahun. Selisih ini setiap 129 tahun sudah menjadi 1 hari lebih. Sedangkan sejak tahun 325 (tahun Konsili Nicea I) sampai 1582 sudah berjalan selama 1257 tahun, sehingga sudah kelebihan 9,8046 hari (9 hari 19 jam 18 menit 37,44 detik), mendekati 10 hari. Ini dibuktikan dengan musim semi pada tahun 1582, dimana vernal ekuinoks jatuh pada tanggal 11 Maret, bukan sekitar tanggal 21 Maret seperti sebelumnya.

Untuk menghindari pergeseran terulang kembali, maka dalam 400 tahun kalender Gregorian ada 97 kabisat, bukan 100 kabisat sebagaimana kalender Julian. Tahun yang habis dibagi 4 adalah tahun kabisat (contoh: 2004, 2008, 2012, 2016), kecuali tahun kelipatan 100 yang tidak habis dibagi 400 (contoh: 1600, 2000, 2400 adalah kabisat; sedangkan 1700, 1800, 1900, 2100 bukan tahun kabisat). Dengan demikian, panjang tahun kalender Gregorian adalah 365,2425 hari, selisih 0,0003 hari (25,92 detik) dengan panjang rerata tahun tropis. Selisih ini baru menjadi 1 hari setelah 3333 tahun. Masih sangat lama untuk dilakukan koreksi pengurangan 1 hari pada kalender Masehi.

1 Tahun Gregorian = ((365×303)+(366×97))/400 = 146.097/400 = 365,2425 hari

Paus Gregorius XIII memberikan maklumat kepada seluruh jajaran tertinggi Gereja Katolik agar mengadopsi sistem kalender baru ini. Namun, maklumat itu tidak punya kekuatan otoritas di luar Gereja Katolik. Sistem kalender baru ini saat itu tak diakui oleh gereja-gereja Protestan dan Ortodoks, karena dianggap sebagai pekerjaan para Anti Kristus. Akibatnya terjadi perbedaan perayaan hari Paskah dan hari libur.

Geger ruwatan sistem kalender ini kemudian tersebar di seluruh wilayah Eropa. Hanya beberapa negara yang siap dan bersedia mengubah kalender mereka pada tahun 1582, yaitu negara-negara Katolik seperti Perancis, Italia, Spanyol, Polandia, dan Portugal. Tetapi setiap negara tidak sama waktu koreksinya. Perancis mengoreksinya dengan loncatan dari Minggu, 9 Desember 1582, keesokan harinya Senin, 20 Desember 1582. Negara Katolik Jerman, Belgia, dan Belanda menyusul mengoreksinya pada 1584, dan Hungaria pada 1587.

Ruwatan ini memang tidak main-main. Tidak serta merta semua negara setuju dan bersedia menggunakannya, karena harus menghilangkan 10 tanggal dalam kalender, yang berdampak pada banyak aspek kehidupan. Jadwal ritual-ritual agama berubah, tidak ada catatan sejarah selama 10 hari, protes para buruh karena kehilangan 10 hari kerja, atau keberatan para pemilik industri karena dituntut membayar upah sebulan penuh sebagaimana bulan biasa.

Tetapi karena terkait ilmu pasti yang bisa diamati, satu per satu mulai mengoreksi kalender Masehi yang mereka gunakan. Jika tidak segera mengoreksi, maka jumlah tanggal yang harus dihilangkan akan terus bertambah. Pada tahun 1700, Denmark mengoreksi dengan loncatan dari Minggu, 18 Maret 1700, esok harinya Senin, 1 Maret 1700. Inggris Raya dan daerah koloninya melakukan koreksi setelah Rabu, 2 September 1752, esok harinya Kamis, 14 September 1752. Swedia mengoreksinya dengan loncatan dari Rabu, 17 Februari 1753, esok harinya Kamis, 1 Maret 1753. Dan seterusnya dapat dibaca pada artikel-artikel seputar “Adoption of the Gregorian calendar”.

Satu per satu, negara-negara di penjuru bumi mulai mengadopsi kalender Masehi, meski kalender lokal juga masih digunakan. Jepang mulai mengadopsi pada 1873, Mesir pada 1875, Latvia, Albania, Bulgaria, Estonia, Lithuania, Rumania, dan Turki mulai penyesuaian adopsi antara 1912 hingga 1917, Uni Soviet pada 1919, Yunani pada 1928, dan China pada 1949.

Indonesia sendiri secara otomatis dan resmi mengadopsi kalender Masehi sebagai kalender nasional sejak menyebut hari kemerdekaannya pada 17 Agustus ’05. Angka 05 adalah bentuk singkat dari tahun Jepang 2605 yang berlaku saat itu, yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi. Tak banyak yang ingat apalagi memeringati, bahwa kemerdekaan Indonesia itu terjadi pada hari Jumat Legi, 9 Ramadhan 1364 Hijri.

Yudi Rohmad
Jamaah Maiyah asal Bojonegoro. Pegiat Maiyah Relegi Malang. Menekuni Kamus Al-Quran, Kalender Nusantara, Psikologi Pendidikan, dan Teknologi Pembelajaran. Menulis “Quranic Explorer (Kamus & Indeks Al-Quran)” 2000-2017 dalam asuhan Cak Fuad sejak tahun 2000.
Bagikan:

Lainnya

Exit mobile version