CakNun.com
Maiyahan Cak Nun dan KiaiKanjeng ke-4112

Jombang Sinau Bareng

Liputan Sinau Bareng “Ngaji Budaya” bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng, Alun-alun Jombang, Sabtu 21 September 2019
Helmi Mustofa
Waktu baca ± 5 menit

Sejarah Jombang Bagi Indonesia

Kesempatan Sinau Bareng ini juga Mbah Nun manfaatkan untuk menebar sejumlah clue menyangkut pentingnya masyarakat Jombang memahami sejarah Jombang. Misalnya, terbentuknya kabupaten Jombang yang diawali oleh situasi kacau di wilayah Tunggorono ke selatan. Saat itu pemerintah Belanda kuwalahan sehingga meminta tolong kepada seseorang yang “sakti” untuk mengatasi situasi di situ.

Orang sakti ini bersedia namun mengajukan syarat. Pertama, jika sudah berhasil, daerah ini harus menjadi kabupaten tersendiri, yaitu kabupaten Jombang, yang terpisah dari Kabupaten/kawedanan Mojokerto. Kedua, yang menentukan siapa menjadi bupati-nya adalah orang sakti itu sendiri. Dan selama tiga periode, orang sakti inilah yang menentukan bupati Jombang kala itu.

Masyarakat juga diajak untuk mengenal sejarah peranan Jombang melalui adanya pasukan Mujahidin Anshorullah yang berperan namun tidak banyak disebut dalam menggelorakan semangat para pahlawan di bulan November 1945 yang berpuncak pada momentum yang disebut Hari Pahlawan di Surabaya.

Secara lebih terumuskan, pancingan agar anak-anak yang hadir dalam Ngaji Budaya tadi malam untuk mempelajari sejarah Jombang terwakili pada satu dari tiga pertanyaan yang diberikan Mbah Nun kepada tiga kelompok yang diminta menjawab tiga soal tersebut dan kemudian mempresentasikannya. Satu pertanyaan itu adalah apa saja jasa Jombang bagi Indonesia. Minimal 3 hal, apakah itu melalui momentum-momentum bersejarah maupun lainnya.

Jalin-jemalin antara kegembiraan dan berpikir diolah dengan baik oleh Mbah Nun. Bu Mundjidah bersama jajarannya sangat menikmati semua yang berlangsung. Semua beliau-beliau bertahan sampai acara benar-benar purna pada pukul 01.15 WIB. Beliau-beliau turut menyaksikan dan memberikan respons atas momen-momen kegembiraan dan pembelajaran yang dihadirkan KiaiKanjeng lewat workshop musik yanh melibatkan semua jamaah, serta melibatkan flash light smarthphone mereka. Pak Sumrambah mengatakan, “Kompak, dan ini cermin masyarakat Jombang.”

Beberapa lagu membawa Pak Kajari tak kuasa menolak untuk mau menyumbangkan suaranya, pada nomor Suket Teki dan kemudian sebuah nomor dangdut. Beberapa remaja naik ke panggung dan ikut berjoget. Habis lagu dangdut ini, salah seorang di antara yang ikut joget ini minta foto sama Mbah Nun. Dirangkullah dia, bahkan kemudian dibopong sama Mbah Nun penuh kedekatan dan kemesraan.

Tidak Pernah Tidak Menjadi Orang Jombang

Sinau Bareng yang diselenggarakan Pemkab Jombang ini terasa spesial juga, karena ini adalah kabupaten tempat lahirnya Mbah Nun. Terasa ada dorongan khusus pada diri Mbah Nun. Dorongan itu adalah support dan ungkapan cinta kepada para pelaku seni tradisi ISHARI untuk kesekian kalinya. Dorongan yang lain adalah seperti yang Mbah Nun katakan kepada Bu Mundjidah dan seluruh hadirin, “Saya sudah lama tidak tinggal atau meninggalkan di Jombang, tapi kemanapun dan di manapun saya tidak pernah tidak menjadi orang Jombang.”

Dorongan untuk memberikan contoh tentang bagaimana menjadi manusia Jombang.

Itulah serba sedikit dari apa yang berlangsung semalam di alun-alun Jombang. Mbah Nun mengajak khususnya masyarakat Jombang untuk mencintai dan menjaga kemuliaan yang dimilikinya sebagai kota yang secara sejarah lebih tua ketimbang negara Indonesia, selain juga mau mempelajari sejarahnya dengan makin akurat dan presisi. Dengan begitu, Jombang dapat menjadi kota yang bermartabat dan berkarakter, sehingga ada apapun dan di manapun orang-orang Jombang, meminjam kata-kata Mbah Nun, tidak pernah tidak menjadi orang Jombang. ISHARI Kabupaten Jombang adalah salah satu contohnya.

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Puasa, Pause?

Puasa, Pause?

Ayat-ayat dari juz kelima belas Al-Quran Al-Kariim mengawal Kenduri Cinta bulan Agustus, disambung dengan lantunan shalawat dari para jamaah.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta